Sejarah Pendidikan Agama Islam Masa Abbasiyah
A. PENDAHULUAN
Sejarah pendidikan Islam erat kaitannya dengan sejarah Islam, karena
proses pendidikan Islam sejatinya telah berlangsung sepanjang sejarah
Islam, dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya umat
Islam itu sendiri. Melalui sejarah Islam pula, umat Islam bisa
meneladani model-model pendidikan Islam di masa lalu, sejak periode Nabi
Muhammad SAW, sahabat dan ulama-ulama sesudahnya. Para ahli sejarah
menyebut bahwa sebelum muncul sekolah dan universitas, sebagai lembaga
pendidikan formal, dalam dunia Islam sesungguhnya sudah berkembang
lembaga-lembaga pendidikan Islam non formal, diantaranya adalah masjid.
Masjid pada masa Nabi bukan hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga
sebagai tempat menyiarkan ilmu pengetahuan pada anak-anak dan
orang-orang dewasa, disamping sebagai tempat peradilan, tempat
berkumpulnya tentara dan tempat menerima duta-duta asing. Bahkan di masa
Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah, masjid yang didirikan oleh
penguasa umumnya dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas pendidikan
seperti tempat belajar, ruang perpustakaan dan buku-buku dari berbagai
macam disiplin keilmuan yang berkembang pada saat itu. Sebelum al-Azhar
didirikan di Kairo, sesungguhnya sudah banyak masjid yang dipakai
sebagai tempat belajar, tentunya dengan kebijakan-kebijakan penguasa
pada saat itu.
Islam mengalami kemajuan dalam bidang pendidikan, terutama pada masa
Dinasti Abbasiyah. Pada saat itu, mayoritas umat muslim sudah bisa
membaca dan menulis dan dapat memahami isi dan kandungan al-Quran dengan
baik. Pada masa ini murid-murid di tingkat dasar mempelajari
pokok-pokok umum yang ringkas, jelas dan mudah dipahami tentang beberapa
masalah. Pendidikan di tingkat dasar ini diselenggarakan di masjid,
dimana al-Quran merupakan buku teks wajib. Pada tingkat pendidikan
menengah diberikan penjelasan-penjelasan yang lebih mendalam dan rinci
terhadap materi yang sudah diajarkan pada tingkat pendidikan dasar.
Selanjutnya pada tingkat universitas sudah diberikan spesialisasi,
pendalaman dan analisa.
B. PEMBAHASAN
1. Tujuan pendidikan pada masa Abbasiyah
Pada masa Nabi masa khoilfah rasyidin dan umayah, tujuan pendidikan
satu saja, yaitu keagamaan semata. Mengajar dan belajar karena Allah dan
mengharap keridhoan-Nya. Namun pada masa abbasiyah tujuan pendidikan
itu telah bermacam-macam karena pengaruh masyarakat pada masa itu.
Tujuan itu dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Tujuan keagamaan dan akhlak
Sebagaiman pada masa sebelumnya, anak-anak dididik dan diajar membaca
atau menghafal Al-Qur’an, ini merupakan suatu kewajiban dalam agama,
supaya mereka mengikut ajaran agama dan berakhlak menurut agama.
b. Tujuan kemasyarakatan
Para pemuda pada masa itu belajar dan menuntut ilmu supaya mereka
dapat mengubah dan memperbaiki masyarakat, dari masyarakat yang penuh
dengan kejahilan menjadi masyarakat yang bersinar ilmu pengetahuan, dari
masyarakat yang mundur menuju masyarakat yang maju dan makmur. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka ilmu-ilmu yang diajarkan di Madrasah bukan
saja ilmu agama dan Bahasa Arab, bahkan juga diajarkan ilmu duniawi
yang berfaedah untuk kemajuan masyarakat.
c. Cinta akan ilmu pengetahuan
Masyarakat pada saat itu belajar tidak mengaharapkan apa-apa selain
dari pada memperdalam ilmu pengetahuan. Mereka merantau ke seluruh
negeri islam untuk menuntut ilmu tanpa memperdulikan susah payah dalam
perjalanan yang umumnya dilakukan dengan berjalan kaki atau mengendarai
keledai. Tujuan mereka tidak lain untuk memuaskan jiwanya untuk menuntut
ilmu.
d. Tujuan kebendaan
Pada masa itu mereka menuntut ilmu supaya mendapatkan penghidupan
yang layak dan pangkat yang tinggi, bahkan kalau memungkinkan mendapat
kemegahan dan kekuasaan di dunia ini, sebagaimana tujuan sebagian orang
pada masa sekarang ini.[1]
2. Tingkat-tingkat Pengajaran
Pada masa Abbasiyah sekolah-sekolah terdiri dari beberapa tingkat, yaitu:
- Tingkat sekolah rendah, namanya Kuttab sebagai
tempat belajar bagi anak-anak. Di samping Kuttab ada pula anak-anak
belajar di rumah, di istana, di took-toko dan di pinggir-pinggir pasar.
Adapun pelajaran yang diajarkan meliputi: membaca Al-Qur’an dan
menghafalnya, pokok-pokok ajaran islam, menulis, kisah orang-orang besar
islam, membaca dan menghafal syair-syair atau prosa, berhitung, dam
juga pokok-pokok nahwu shorof ala kadarnya.[2]
- Tingkat sekolah menengah, yaitu di masjid dan
majelis sastra dan ilmu pengetahuan sebagai sambungan pelajaran di
kuttab. Adapun pelajaran yang diajarkan melipuri: Al-Qur’an, bahasa
Arab, Fiqih, Tafsir, Hadits, Nahwu, Shorof, Balaghoh, ilmu pasti,
Mantiq, Falak, Sejarah, ilmu alam, kedokteran, dan juga music.
- Tingkat perguruan tinggi, seperti Baitul Hikmah di
Bagdad dan Darul Ilmu di Mesir (Kairo), di masjid dan lain-lain. Pada
tingkatan ini umumnya perguruan tinggi terdiri dari dua jurusan:
1) Jurusan ilmu-ilmu agama dan Bahasa Arab serta kesastraannya.
Ibnu Khaldun menamainya ilmu itu dengan Ilmu Naqliyah. Ilmu yang
diajarkan pada jurusan ini meliputi: Tafsir Al-Qur’an, Hadits, Fiqih,
Nahwu, Sharaf, Balaghoh, dan juga Bahasa Arab.
2) Jurusan ilmu-ilmu hikmah (filsafat), Ibnu Khaldun menamainya
dengan Ilmu Aqliyah. Ilmu yang diajarkan pada jurusan ini meliputi:
Mantiq, ilmu alam dan kimia, Musik, ilmu-ilmu pasti, ilmu ukur, Falak,
Ilahiyah (ketuhanan), ilmu hewan, dan juga kedokteran.[3]
3. Perkembangan ilmu pengetahuan di masa Abbasiyah
Pada masa abbsiyah ini terdapat perkembangan ilmu pengetahuan, antara lain sebagai berikut:
- Menerjemahkan buku-buku dari bahasa asing (Yunani,Syiria Ibrani,
Persia, India, Mesir, dan lain-lain) ke dalam bahasa Arab. Buku-buku
yang diterjemahkan meliputi ilmu kedokteran, mantiq (logika), filsafat,
aljabar, pesawat, ilmu ukur, ilmu alam, ilmu kimia, ilmu hewan, dan ilmu
falak.
- Pengetahuan keagamaan seperti fikih, usul fikih, hadis, mustalah
hadis, tafsir, dan ilmu bahasa semakin berkembang karena di zaman Bani
Umayyah usaha ini telah dirintis. Pada masa ini muncul ulama-ulama
terkenal seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam
Hambali, Imam Bukhari, Imam Muslim, Hasan Al Basri, Abu Bakar Ar Razy,
dan lain-lain.[4]
- Sejak upaya penerjemahan meluas, kaum muslim dapat mempelajari
ilmu-ilmu ilmu-ilmu itu langsung dalam bahasa arab sehingga muncul
sarjana-sarjana muslim yang turut memperluas peyelidikan ilmiah,
memperbaiki atas kekeliruaan pemahaman kesalahan pada masa lampau, dan
menciptakan pendapat-pendapat atau ide baru. Tokoh-tokohnya antara lain
sebagai berikut :
Ilmuwan untuk mengungkap rahasia alam, yang dimulai dengan mencari
manuskrip-manuskrip klasik peninggalan ilmuwan Yunani Kuno, seperti
karya Aristoteles, Plato, Socrates, dan sebagainya. Manuskrip-manuskrip
tersebut kemudian dibawa ke Baghdad, lalu diterjemahkan dan dipelajari
di perpustakaan yang merangkap sebagai lembaga penelitian, Baitul
Hikmah, sehingga melahirkan pemikiran-pemikiran baru.
Dalam bidang filsafat antara lain tercatat Al-Kindi, Al- Farabi, Ibnu
Sina (Avicenna) dan Ibnu Rusydi (Averroes). Di bidang sains ada
Al-Farghani, Al-Biruni, Al-Khawarizmi, Umar Khayyam dan Al-Thusi. Di
bidang kedokteran tercatat nama Al-Thabari, Ar-Razi (Rhazes), Ibnu Sina
dan Ibnu Rusydi (Averroes). Di bidang ilmu kimia terkenal nama Ibnu
Hayyan. Di bidang optika ada Ibnu Haytsam. Di bidang geografi ada
Al-Khawarizmi, Al-Ya’qubi, dan Al-Mus’udi. Dalam bidang ilmu kedokteran
hewan ada Al-Jahiz, Ibnu Maskawaihi, dan Ikhwanussafa, Ibnu Sina dan
seterusnya yang tidak muat lembaran ini jika diurut satu persatu.
Dalam bidang ilmu fiqih terkenal nama Abu Hanifah, Malik bin Anas,
Al-Syafi’ie, dan Ahmad bin Hanbal. Dalam ilmu kalam ada Washil bin Atha,
Ibnu Huzail, Al-Asy’ari, dan Maturidi. Dalam ilmu Tafsir ada Al-Thabari
dan Zamakhsyari. Dalam ilmu hadits, yang paling populer adalah Bukhari
dan Muslim. Dalam ilmu tasawuf terdapat Rabi’ah Al- Adawiyah, Ibnu
‘Arabi, Al-Hallaj, Hasan al-Bashri, dan Abu Yazid Al-Bustami.[5]
- Sejak Akhir abd ke-10, muncul sejumlah tokoh wanita dibidang
ketatanegaraan dan politik seperti Khaizura, Ulayyah, Zubaidah, dan
Bahrun. Di bidang kesusastraan dikenal Zubaidah dan Fasl. Di bidang
Sejarah, muncul Shalikhah Shuhda. Di bidang kehakiman, muncul Zainab Umm
Al Muwayid. D I bidang seni musik, Ullayyah dikenal dan sangat tersohor
pada waktu itu.
- Pada masa bani Abbasiyah, juga terjadi kemajuaan di bidang
perdagangan dan melalui ketiga kota ini dilakukan usaha ekspor impor.
Hasil idustri yang diekspor ialah permadani, sutra, hiasan, kain katun,
satin, wool, sofa, perabot dapu atau rumah tangga, dan lain-lain.
- Bidang pendidikan mendapat perhatian yang sangat besar. Sekitar
30.000 masjid di Bagdad berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan
pengajaran pada tingkat dasar. Perkembangaan pendidikan pada masa bani
abbasiyah dibagi 2 tahap. Tahap pertama (awal abad ke-7 M sampai dengan
ke-10 M ) perkembangan secara alamiah disebut juga sebagai system
pendidikan khas Arabia. Tahap kedua (abad ke 11) kegiatan pendidikan dan
pengajaran diatur oleh pemerintah dan pada masa ini sudah dipengaruhi
unsur non-Arab.[6]
4. Kurikulum Pendidikan Pada Masa Abbasiyah
Kurikulum yang dikembangkan dalam pendidikan Islam saat itu, yaitu :
pertama, kurikulum pendidikan tingkat dasar yang terdiri dari pelajaran
membaca, menulis, tata bahasa, hadist, prinsip-prinsip dasar Matematika
dan pelajaran syair. Ada juga yang menambahnya dengan mata pelajaran
nahwu dan cerita-cerita. Ada juga kurikulum yang dikembangkan sebatas
menghapal Al-Quran dan mengkaji dasar-dasar pokok agama.
Berikut sebuah riwayat yang bisa memberikan gambaran tentang
kurikulum pendidikan pada tingkat dasar pada saat itu. Al Mufadhal bin
Yazid menceritakan bahwa pada suatu hari ia berjumpa seorang anak-anak
laki dari seorang baduwi. Karena merasa tertarik dengan anak itu,
kemudian ia bertanya pada ibunya. Ibunya berkata kepada Yazid: “…apabila
ia sudah berusia lima tahun saya akan menyerahkannya kepada seorang
muaddib (guru), yang akan mengajarkannya menghapal dan membaca Al-Quran
lalu dia akan mengajarkannya syair. Dan apabila dia sudah dewasa, saya
akan menyuruh orang mengajarinya naik kuda dan memanggul senjata
kemudian dia akan mondar-mandir di lorong-lorong kampungnya untuk
mendengarkan suara orang-orang yang minta pertolongan…”.
Kedua, kurikulum pendidikan tinggi. Pada pendidikan tinggi, kurikulum
sejalan dengan fase dimana dunia Islam mempersiapkan diri untuk
memperdalam masalah agama, menyiarkan dan mempertahankannya. Akan tetapi
bukan berarti pada saat itu, yang diajarkan melulu agama, karena ilmu
yang erat kaitannya dengan agama seperti bahasa, sejarah, tafsir dan
hadis juga diajarkan.[7]
Daftar Pustaka
Basri, Hasan, M.Nur. Peran Islam dalam Kemajuan Eropa. Serambi Indonesia. edisi 19 Maret 2001.
Sunanto, Musyrifah. 2004. Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta: Prenada Media.
Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yunus, Mamud. 1990. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Hidakarya Agung.
Zuhairini, Moh. Kasiran. dkk. 1985. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: DEPAG.
[1] Mamud Yunus. 1990. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. Hlm. 46
[2] Badri Yatim. 2000. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm. 54
[3] Musyrifah Sunanto. 2004. Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta: Prenada Media. Hlm. 57.
[4] Zuhairini, Moh. Kasiran. dkk. 1985. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: DEPAG. Hlm. 88
[5] Hasan Basri, M.Nur, Peran Islam dalam Kemajuan Eropa, Serambi Indonesia, edisi 19 Maret 2001.
[6] Zuhairini, Moh. Kasiran. dkk. 1985. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: DEPAG. Hlm. 99
[7] Ibid, hlm. 100.
MASA KEEMASAN ISLAM BANI
ABBASIYAH,FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG
KEEMASAN BANI ABBASIYAH DAN LAHIRNYA TOKOH-TOKOH INTELEKTUAL MUSLIM
I. PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga saya dapat memproses menjalankan tugas
yaitu membuat sebuah makalah yang sederhana tapi dengan harapan dapat
bermanfaat dan memberikan pengetahuan bagi kita semua.
Pemerintahan
Abbasiyah adalah berketurunan daripada al Abbas,paman Nabi SAW. Pendiri
kerajaan al Abbas adalah Abdullah as Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah
bin al Abbas, dan pendiriannya dianggap suatu kemenangan bagi idea yang
dianjurkan oleh kalangan bani Hasyim setelah kewafatan Rasulullah SAW. Agar
jabatan khalifah diserahkan kepada keluaga Rasul dan sanak saudaranya.Tetapi
idea ini telah dikialahkan pada zaman permulaan islam dimana pemikiran islam
yang sehat menetapkan bahwa jabatan khalifah itu adalah milik kepunyaan seluruh
kaum Muslimin, dan mereka berhak melantik siapa saja antara kalangan mereka
untuk menjadi ketua setelah mendapat dukungan. Tetapi orang-orang Parsi yang
masih berpegang kepada prinsip hak ketuhanan yang suci,terus berusaha
meyebarkan prinsip tersebut,sehingga mereka berhasil membawa Bani Hasyim ke
tampuk pemerintahan.
Semoga Allah SWT memberi keridhaan
atas pembuatan makalah sejarah kebudayaan islam tentang masa keemasan bani
abbasiyah ini dan dapat menyumbang pengetahuan serta dapat berfaedah bagi kita
semua amin.
II. PERMASALAHAN
A.
Bagaimana Latar belakang Dinasti
Abbasiyah ?
B.
Bagaimana Perkembangan Islam pada
Masa Dinasti Abbasiyah ?
C.
Siapakah para Khalifah yang
mencapai keemasan ?
D.
Apa saja faktor – faktor
keberhasilan Bani Abbasiyah ?
E.
Siapa sajakah Tokoh intelektual
muslim yang muncul ?
III. DESKRIPSI DATA
A.
Latar Belakang Dinasti Abbasiyah
Nama Dinasti Abbasiyah diambilkan dari nama salah seorang
dari paman Nabi Muhammad SAW. Yang bernama al-Abbas ibn Abd al-Muttalib ibn
Hasyim. Orang Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada Bani Umayyah atas
kekhalifahan islam,sebab mereka adalah dari cabang Bani Hasyim yang secara
nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi Muhammad SAW.
Pemerintahan Bani Umayyah adalah pemerintahan yang mempunyai
wibawa yang besar,meliputi wilayah yang luas.Mulai dari wilayah Sind dan
berahir di Spanyol. Namun hanya Dinasti ini hanya bisa bertahan kurang dari 1
abad karena kurang mendapat simpati dari rakyatnya. Hal ini yang menyebabkan
munculnya Dinasti Abbasiyah.
B.
Perkembangan Islam pada Masa
Dinasti Abbasiyah
1.
Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Proses berdirinya
Dinasti Abbasiyah ini diawali dari tahap persiapan dan perncanaan yang
dilakukan oleh Ali ibn Abdullah ibn Abbas,seorang zahid yang hidup pada masa
Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M). Persiapan yang dilakukan Ali adalah
melakukan propaganda terhadap umat islam (utamanya Bani Hasyim).
Propaganda Muhammad
ibn Ali mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat karena beberapa
faktor yaitu meningkatnya kekecewaan kelompok mawali terhadap Dinasti Bani
Umayyah karena selama Dinasti ini berkuasa mereka ditempatkan pada posisi kelas
dua dalam sistem sosial sementara orang-orang Arab menduduki kelas
bangsawan,pecahnya persatuan antar suku bangsa Arab dengan lahirnya fanatisme
kesukuan antara Arab utara dengan Arab selatan,timbulnya kekecewaan kelompok
agama terhadap pemerintahan yang sekuler karena mereka menginginkan pemimpin
negara yang memiliki pengetahuan dan integritas keagamaan yang mumpuni,
perlawanan dari kelompok Syiah yang menuntut hak mereka atas kekuasaan yang
pernah dirampas oleh Bani Umayyah karena mereka tidak mudah melupakan peristiwa
tersebut.
Sebelum menggulingkan kekuasaan Dinasti
Umayyah,para keluarga Abbas melakukan berbagai persiapan dengan melakukan
pengaturan strategi yang kuat dan persiapan yang matang juga dukungan yang kuat
dari masyarakat. Oleh karena itu sangat diperlukan pemikiran matang dan
strategi yang dapat memperhitungkan keadaan untuk melakukan gerakan propaganda
tersebut.
Ali bin Abdullah
bin Abbas kemudian digantikan anaknya Muhammad bin Ali.Pada masa Muhammad bin
Ali ini,usaha mendirikan dinasti Abbasiyah semakin meningkat dengan memperluas
gerakan antara lain kota al-Humaymah sebagai pusat perencanaan dan
organisasi,Kufah sebagai kota penghubung dan Khurasan sebagai pusat gerakan
praktis. Setelah Muhammad bin Ali wafat,beliau digantikan oleh anaknya Ibrahim
al-Imam.Guna mempertahankan wilayahnya beliau mengangkat panglima perang Abu
Muslim al-Khurasan dan berhasil merebut Khurasan dan mencapai
kemenangan.Setelah beliau wafat,perjuangannya diteruskan oleh adiknya yaitu Abu
Abbas bin Muhammad bin Ali,beliau ingin merangkul kekuatan dari keluaga lain
yaitu Bani Hasyim dan kaum Alawiyin yang tidak pernah mendapat perhatian dan
dikucilkan oleh Dinasti Umyyah.
Dengan bergabungnya
Bani Hasyim dan Kaum Alawyin maka gerakan Abu Abbas menjadi kekuatan yang
ditakuti oleh Bani Umayyah,melihat posisinya semakin terpojok akhirnya Marwan
bin Muhammad,peguasa terakhir Dinasti Bani Umayyah menyelamatkan diri dari
kejaran massa menuju ke wilayah Mesir tepatnya di Fustad,disitulah dia mati terbunuh
pada tahun 132 H/750 M. Terbunuhnya Khalifah terakhir Bani Umayyah ini menandai
era baru dalam perjalanan sejarah pemerintahan islam,kemudian kekuasaan pindah
ke tangan penguasa baru yaitu para penguasa yang berasal dari keturunan Hasyim
atau keturunan Abbas kemudian Dinasti ini disebut dengan Dinasti Abbasiyah.
2.
Peta Wilayah Islam
Pada masa daulah
Bani Abbasiyah ini wilayah islam sangat luas,meliputi wilayah yang dikuasai
oleh Bani Umayyah antara lain Saudi Arabia, Yaman Utara, Yaman Selatan, Oman, Uni
Emirat, Arab, Quait, Iraq, Iran, Yordania, Palestina (Israel), Libanon, Mesir, Libia,
Tunisia, az-Zajair, Maroko, Spanyol, Afganistan, Pakistan.
Sikap politik
daulah Abbasiyah berbeda dengan daulah Bani Umayyah sebab dalam daulah Bani
Abbasiyah pemegang kekuasaan lebih merata,bukan hanya dipegang oleh bangsa
Arab,tetapi lebih demokratis melihat bahwa kekuasaan itu harus dibagi-bagi
dalam segala kekuatan masyarakatnya,maka bangsa Persia juga diberi kekuasaan begitu
juga bangsa Turki dan lainnya.
3.
Pemerintahan Bani Abbasiyah
Pemerintahan Bani
Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khalifah Umayyah dimana pendiri dari
khalifah ini adalah keturunan al-Abbas,paman Nabi Muhammad SAW. Yaitu Abdullah
al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas dimana pola pemerintahan
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,sosial, dan
budaya.
Berdasarkan
perubahan pola pemerintahan dan politik itu,para sejarawan biasanya membagi
masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
a)
Periode pertama (132-232 H/750-847
M),disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
b)
Periode kedua (232-334 H/847-945
M),disebut periode pengaruh Turki pertama.
c)
Periode ketiga (334-447
H/945-1055 M),Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
d)
Periode keempat (447-590 H/1055-1194
M),disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
e)
Periode kelima (590-656
H/1194-1258 M),masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain,tetapi
kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.
C.
Khalifah – Khalifah Bani
Abbasiyah
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa
keemasannya.Secara politis,para khalifah betul-betul kokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan, politik, dan agama.Disisi lain kemakmuran masyarakat
mencapai tingkat tertinggi.Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam.
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai
keemasan dibawah pimpinan al-Mahdi,al-Hadi,Harun
ar-Rasyid,al-Ma`mun,al-Mu`tashim,al-Wasiq dan al-Mutawakil.
1.
Al-Mahdi (775-785 M)
Al-Mahdi dilahirkan
di Hamimah pada tahun 126 H. Sewaktu ayahnya al-Mansur mulai menjadi khalifah, al-Mahdi
berusia 10 tahun dan Isa bin Musa sebagai putra mahkota bakal pengganti
al-Mansur menurut perjanjian yang dibuat oleh Abul Abbas as-Saffah,tetapi
al-Mansur berniat untuk mencalonkan anaknya menjadi penggantinya kelak.Karena
itu beliau mengambil langkah-langkah untuk mengasuh dan mengajarnya tentang
kepahlawanan dan cara-cara memimpin tentara.
Ketika al-Mahdi
menjadi khalifah,negara telah dalam keadaan stabil dan mantap,dapat
mengendalikan musuh-musuh dan keuangannya pun telah terjamin.Karena itu zaman
pemerintahan al-Mahdi terkenal sebagai zaman yang makmur dan hidup dalam
kedamaian.
Al-Mahdi telah
memerintah supaya dibangun beberapa buah bangunan besar di sepanjang jalan yang
menuju ke Makkah sebagai tempat persinggahan para musafir,memerintahkan supaya
dibuat kolam-kolam air untuk kepentingan kelompok-kelompok kafilah dan
hewan-hewan mereka dan mengadakan hubungan pos di antara kota Bagdad dan
wilayah-wilayah islam yang terkemuka.
2.
Al-Hadi (775-786 M)
Al-Hadi adalah
khalifah pengganti al-Mahdi yang merupakan anaknya sendiri,pada tahun 166 H
al-Mahdi melantik pula anaknya yang seorang lagi yaitu Harun ar-Rasyid sebagai
putra mahkota bakal pengganti al-Hadi.Kalau al-Mahdi wafat,al-Hadi dilantik
menjadi khalifah yang menggantikannya secara resmi.
Khalifah al-Hadi
ialah khalifah yang tegas,walaupun beliau gemar berhibur dan bersenda gurau,tetapi
semua itu tidak melalaikannya dari memikul tanggung jawab.
Seperti yang telah
diketahui khalifah al-Hadi adalah seorang yang berhati lembut, berjiwa bersih, berakhlak
baik, baik tutur katanya, senantiasa berwajah manis dan jarang menyakiti orang.
3.
Harun ar-Rasyid (785-809 M)
Harun ar-Rasyid dilahirkan
di Raiyi pada tahun 145 H,ibundanya adalah Khaizuran,bekas seorang hamba yang
juga ibunda al-Hadi.Beliau telah dibesarkan dengan baik sewaktu beliau diasuh
agar berpribadi kuat dan berjiwa toleransi.Ayahanda beliau al-Mahdi telah
memikulkan beban yang berat,bertanggung jawab memerintah negeri dengan melantik
beliau sebagai amir di Saifah pada tahun 163 H.Pada tahun 164 H beliau dilantik
memerintah seluruh wilayah Anbar dan negeri-negeri di Afrika Utara.Harun
ar-Rasyid telah melantik pula beberapa orang pegawai tinggi ,mewakili beliau di
kawasan-kawasan tersebut.
Pribadi dan akhlak
Khalifah Harun ar-Rasyid adalah baik dan mulia yang menyebabkan beliau sangat
dihormati dan disegani.Beliau adalah salah seorang khalifah yang suka
bercengkrama,alim dan dimuliakan.Selain itu,beliau juga terkenal sebagai
seorang pemimpin yang pemurah dan suka berderma.Beliau juga menyukai musik,ilmu
pengetahuan dan dekat dengan para ulama serta penyair.
Pada zaman pemerintahan Harun ar-Rasyid,Baitul
Mal ditugaskan menanggung narapidana dengan memberikan setiap orang makanan
yang cukup serta pakaian musim panas dan musim dingin.Sebelum itu khalifah
al-Mahdi juga berbuat demikian tetapi dengan nama pemberian,sementara Khalifah
Harun ar-Rasyidmenjadikannya suatu tugas dan tanggung jawab Baitul Mal.
Khalifah Harun
ar-Rasyid mampu membawa negeri yang dipimpinnya ke masa kejayaan, kemakmuran dan
kesejahteraan. Berikut usaha Harun ar-Rasyid selama masa pemerintahannya:
·
Mengembagkan bidang ilmu
pengetahuan dan seni.
·
Membangun gedung-gedung dan
sarana sosial.
·
Memajukan bidang ekonomi dan
industri.
·
Memajukan bidang politik
pertahanan dan perluasan wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah.
4.
Al-Ma`mun (813-833 M)
Nama lengkap
khalifah ini adalah Abdullah Abdul Abbas al-Ma`mun, adalah anak dari Khalifah
Harun ar-Rasyid yang dilahirkan pada tanggal 15 Rabiulawal tahun 170 H/786
M.Kelahirannya bertepatan dengan wafat kakeknya yaitu Musa al-Hadi,juga
bersamaan dengan waktu ayahnya diangkat menjadi khalifah.Adapun ibunda
al-Ma`mun adalah seorang bekas hamba sahaya yang bernama Marajil.
Selain sebagai
seorang pejuang yang pemberani beliau juga sebagai seorang pengusaha yang
bijaksana.Semangat berkarya, bijaksana, pengampun, adil, cerdas merupakan
sifat-sifat yang menonjol dalam pribadi al-Ma`mun.
Khalifah Abdullah
al-Ma`mun selama menjabat sebagai pemimpin Daulah Abbasiyah telah berusaha
melakukan perbaikan-perbaikan hal-hal sebagai berikut :
·
Menghentikan berbagai gerakan
pemberontakan untuk menciptakan stabilitas dalam negeri.
·
Penertiban administrasi negara
untuk penataan kembali sistem pemerintahan.
·
Pembentukan badan negara.
·
Pembentukan Baitul Hikmah dan
Majlis Munazarah.
Lembaga Baitul Hikmah berfungsi
sebagai perpustakaan (daur al-kutub), yang tampaknya juga aktif disana para guru,
para ilmuan, disamping aktivitas Penerjemahan, penulisannya dan penjilidannya.
5.
Al-Mu`tashim (833-842 M)
Abu Ishak Muhammad
Al-Mu`tashim lahir pada tahun 187 H.Ibunya bernama Maridah.Beliau dibesarkan
dalam suasana ketentaraan,karena sifat berani dan minatnya untuk menjadi
pahlawan. Di masa pemerintahan al-Ma`mun, al-Mu`tashim merupakan tangan
kanannya dalam menyelesaikan kesulitan dan memimpin peperangan. Al-Ma`mun juga
melantik al-Mu`tashim sebagai pemerintah di negeri Syam dan Mesir,kemudian
melantiknya pula sebagai putra mahkota. Al-Mu`tashim menyandang jabatan
khalifah sesudah wafatnya, al-Ma`mun.
Khalifah pindah
bersama korp-korps kayangannya ke Samara.Di sana beliau mendirikan
istana,masjid dan sekolah-sekolah.Tidak lama kemudian Samara mulai megah seperti
Baghdad,tetapi beliau tidak pernah menggantikan Baghdad sebagai pusat
intelektual yang besar.Hal ini juga didukung oleh kondisi perkembangan ilmu
pengetahuan pada masa ini berkembang dengan pesat,bukan hanya ilmu pengetahuan
umum tetapi ilmu pengetahuan agama.
6.
Al-Watsiq (842-847 M)
Al-Watsiq
dilahirkan pada tahun 196 H,ibunya keturunan Roma bernama Qaratis.Al-Watsiq
berperibadi luhur,berpikiran cerdas dan berpandangan jauh dalam mengurus segala
perkara.Bapaknya telah memberinya kekuasaan di Baghdad,ketika al-Mu`tashim
berpindah ke Samara bersama-sama dengan angkatan tentaranya kemudian
melantiknya sebagai putra mahkota bakal khalifah.Al-Watsiq telah menyandang
jabatan khalifah setelah wafatnya al-Mu`tashim,ayahnya.
Al-Watsiq adalah
penguasa yang sangat cakap, pemerintahannya mantap dan penuh perhatian, beliau
banyak memberikan uang dan menolong ilmu pengetahuan sepenuhnya, industri maju
dan perdaganagn lancar.
7.
Al-Mutawakkil (847-861 M)
Ja`far al-Mutawakil
adalah putra al-Mu`tasim Billah (833-842) dari seorang wanita persia.Beliau menggantikan
saudaranya al-Watsiq. Selama masa pemerintahannya al-Mutawakil menunjukkan rasa
toleran terhadap sesama. Al-Mutawakkil mengandalkan negarawan Turki dan
pasukannya untuk meredam pemberontakan dan memimpin pasukan menghadapi pasukan
asing. Al-Mutawakkil wafat pada tanggal 11 Desember 861 M.
D.
Faktor-Faktor Keberhasilan Bani
Abbasiyah
Bani Abbasiyah mencapai puncak keemasannya karena terdapat
beberapa faktor diantaranya adalah :
1)
Islam makin meluas tidak di
Damaskus tetapi di Baghdad.
2)
Adanya perkembangan ilmu
pengetahuan.
3)
Dalam penyelenggaraan negara pada
masa Bani Abbasiyah ada jabatan wazir.
4)
Ilmu pengetahuan dipandang
sebagai sesuatu yang sangat mulia dan berharga.Para khalifah membuka kesempatan
pengembagan pengetahuan seluas-luasnya.
5)
Rakyat bebas berpikir serta
memperoleh hak asasinya dalam segala bidang.
6)
Daulah Abbasiyah,berbakat usaha yang sungguh-sungguh membangun
ekonominya.Mereka memiliki pembendaharaan yang berlimpah-limpah disebabkan penghematan
dalam pengeluaran.
7)
Para khalifah banyak mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan sehingga banyak buku-buku yang dikarang dalam
berbagai ilmu pengatahuan,serta buku-buku pengetahuan berbahasa asing
diterjemahkan kedalam bahasa Arab.
8)
Adanya asimilasi antara bangsa
Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan ilmu
pengetahuan, asimilasi itu berlangsung efektif dan bangsa-bangsa tersebut
memberi saham pengetahuan yang bermanfaat.
E.
Lahirnya Tokoh Intelektual Muslim
1.
Bidang Filsafat
a.
Al-Khindi (811-874 M)
Abu Yusuf Ishak
Al-Khindi,beliau terkenal sebagai filsuf muslim pertama.Beliau mengarang
sebanyak kurang lebih 236 buah kitab tentang ilmu mantik, filsafat, handasah, hisab,
musik, nujum, dan lain-lain. Diantara karyanya adalah Kimiyatul Itri, Risalah
fi Faslain, Risalah fi Illat an Nafs ad Damm dan lain-lain.
b.
Al-Farabi (870-950 M)
Abu Nashr Muhammad
bin Muhammad Tarkhan Al-Farabi,nama filsuf al-Farabi menjadi terkenal setelah
masa al-Khindi.Beliau lahir di Farab pada tahun 870 M dan wafat di Damaskus
pada tahun 95 M.Diantara karyanya yaitu Tahsilus Sa`adah,Assiyasatul Madaniyah,Tanbih ala Sabilis Sa`adah dan
lain-lain.
c.
Ibnu Sina (980-1037 M)
Ar-Rais Abu Ali
Husain bin Abdullah yang lebih terkenal dengan Ibnu Sina.Beliau lahir di
Afsyanah,Bukhara pada tahun 980 M,dan
wafat di Hamdan pada tahun 1037 M.Beliau adalah seorang dokter dan filsuf
ternama.Ibnu Sina meninggalkan karyanya sebanyak kurang lebih 200 buah.Diantara
karya buku filsafatnya adalah Al Isyarat wa At Tanbihat, Mantiq Al Masyriqiyyin
dan lain-lain.
d.
Ibnu Bajjah (453-523 H)
Abu Bakar Muhammad
bin Yahya atau Ibnu Bajjah .Beberapa karyanya yang bernilai tentang filsafat, antara
lain Tadbirul Mutawahhid, Fi an Nafs, dan Risalatul Ittisal.
e.
Ibnu Rusyd (529-595 H)
Walid Muhammad bin
Ahmad bin Muhammad bin Rusydi lahir pada tahun 520 H di Kordova.Diantara
karyanya dalam bidang filsafat adalah Mabadiul Falasifah, Tahafutut Tahafut, Kulliyan
dan lain-lain.
f.
Ibnu Thufail (225-287 H)
Abu Bakar bin Abdul
Malik bin Thufail,beliau adalah salah seorang murid Ibnu Bajjah.Diantara
karangannya adalah Hayy bin Yaqzan.
g.
Al-Ghazali (1058-1111 M)
Abu Hamid bin
Muhammad at-Tusi al-Ghazali lahir pada tahun 1058 M dan wafat pada tahun 1111
M.Diantara karyanya adalah Tahafutul Falasifah, Ar-Risalatul Qudsiyah dan Ilya
Ulumuddin.
2.
Bidang Kedokteran
a.
Ibnu Sina (980-1037 M)
Selain sebagai
filsuf beliau juga terkenal sebagai seorang dokter.Diantara kitabnya adalah Asy
Syifa` dan Al Qonun Fitthibb.
b.
Ar-Razi (194-264 H)
Abu Bakar bin
Zakaria ar-Razi,beliau adalah seorang dokter yang paling masyhur di
zamannya,beliau menjadi ketua dokter di Baghdad.Diantara kitab karangannya
adalah Al Hawi dan Fi Al Judari Wa Al Hasbat.
c.
Ibnu Baytsar (810-878 M)
Beliau adalah ahli
farmasi dan kimia. Karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni, Mizanut Thabib dan
Jami` Mufradtil Adwiyah wa Aghniyah.
d.
Bidang Matematika
Dalam bidang ini
salah satu ahlinya adalah al-Khawarizmi.Buku pertamanya adalah Al-Jabar (buku pertama yang membahas
solusi sistematik dari lnier dan notasi kuadrat),sehingga beliau disebut
sebagai Bapak Aljabar.Kata aljabar
berasal dari kata aljabr,satu dari
dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat.
IV. ANALISIS
Dinasti Abbasiyah adalah bentuk
kekuasaan pemerintahan yang bekerja meneruskan pemerintahan Bani
Umayyah.Disebut Abbasiyah karena para perancang dan pendirinya adalah keluarga
Abbas (Bani Abbas) bin Abdul Mhuthalib yang merupakan paman Nabi Muhammad SAW.
Dinasti Abbasiyah merupakan imperium
islam yang pertama kali mencapai kemajuan yang sangat pesat di dalam ilmu
pengetahuan dan sains.Hal ini terjadi karena para khalifahnya sangat peduli dan
perhatian terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.Usaha awal
dimulai dari dibangunnya berbagai lembaga keilmuan seperti
kuttub,masjid,madrasah,majlis munazarah dan yang paling mendukung adalah
dibangunnya Baitul Hikmah sebagai pusat
penerjemah,perpustakaan,penelitian,serta perguruan islam yang mampu memunculkan
para ilmuan islam atau tokoh intelektual muslim.
Para pemimpin pada masa bani Abbasiyah
mempunyai kesadaran ilmu yang sangat tinggi,hal ini ditunjukkan masyarakatnya
yang antusias dalam mencari ilmu,penghargaan yang tinggi bagi para ulama,para
pencari ilmu,tempat – tempat menuntut ilmu,banyaknya perpustakaan –
perpustakaan pribadi yang dibuka untuk umum yang dibangun oleh para khalifah
pada waktu itu,tradisi intelektual inilah yang seharusnya kita contoh,sebagai
usaha sadar keilmuan kita dalam mengejar ketertinggalan dan segera lepas dari keterpurukan.
Perkembangan dan kemajuan Daulah
Abbasiyah memberikan pelajaran yang sangat berharga akan pentingnya persatuan
dan kesatuan masyarakat demi tercapainya pertahanan dan keamanan sebuah
pemerintahan islam agar dapat dengan tenang dalam menciptakannya.
V. KESIMPULAN
v
Daulah Bani Abbasiyah mengalami
perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang.Para
sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
a.
Periode pertama disebut periode
pengaruh Arab dan Persia pertama.
b.
Periode kedua disebut periode
pengaruh Turki pertama.
c.
Periode ketiga disebut juga masa
pengaruh Persia kedua.
d.
Periode keempat disebut juga
dengan masa pengaruh Turki kedua.
e.
Periode kelima
v
Khalifah – Khalifah Bani
Abbasiyah yang mengalami perkembangan adalah :
1.
Al-Mahdi
2.
Al-Hadi
3.
Harun ar-Rasyid
4.
Al-Ma`mun
5.
Al-Mu`tashim
6.
Al-Watsiq
7.
Al-Mutawakkil
v
Faktor-Faktor Keberhasilan Bani
Abbasiyah
a.
Islam makin meluas tidak di
Damaskus tetapi di Baghdad.
b.
Adanya perkembangan ilmu
pengetahuan.
c.
Dalam penyelenggaraan negara ada
jabatan wazir.
d.
Rakyat bebas berpikir serta
memperoleh hak asasinya.
e.
Banyak buku asing yang
diterjemahkan kedalam bahasa Aarab.
v
Tokoh intelektual muslim
1.
Bidang Filsafat
a.
Al-Khindi
b.
Al-Farabi
c.
Ibnu Sina
d.
Ibnu Bajjah
e.
Ibnu Rusyd
f.
Ibnu Thufail
g.
Al-Ghazali
2.
Bidang Kedokteran
a.
Ibnu Sina
b.
Ar-Razi
c.
Ibnu Baytsar
3.
Bidang Matematika
Al-Khawarizmi
VI. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya
buat semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya amiin dan saya yakin makalah ini
sangat jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah
selanjutnya.Jika ada kesalahan saya mohon maaf dan atas perhatiannya saya
mengucapkan terimakasih.