Kamis, 13 Maret 2014

Makanan Halal Dan Haram, Halalan toyyiban



Jajanan Berbahaya di Sekolah: BPOM Jangan Hanya Bisa Berwacana
HL | 07 October 2013 | 16:42http://assets.kompasiana.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_baca.gif Dibaca: 1563   http://assets.kompasiana.com/statics/kompasiana4.0/images/img_komen.gif Komentar: 5   http://assets.kompasiana.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_nilai.gif 6

Anak-anak sekolah membeli jajanan di sekolah (sumber:antarafoto.com)
Berikut ini adalah beberapa cuplikan berita terbaru dengan nara sumber dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tentang jajanan berbahaya bagi kesehatan yang masuk sekolah:
Deputi III Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparingga mengatakan, saat ini ditemukan jajanan anak-anak yang mengandung zat aditif atau berbahaya, sehingga perlu peran sekolah untuk memberikan pengawasan.
Menurut dia, tingkat penyalahgunaan zat berbahaya pada jajanan anak bervariasi dan menunjukkan tren yang meningkat.
Dalam datanya, pada 2012 BPOM menemukan 9 persen penyalahgunaan zat berbahaya pada jajanan anak. Sedangkan pada 2011 jumlah ini adalah 2 persen.
“Zat yang paling sering ditemukan adalah formalin, borak, rhodamin B, siklamat, sakarin dan pemanis buatan,” tandas dia saat ditemui di Jakarta, Minggu (28/7/2013).
Dia mengatakan, pemakaian zat tambahan seringkali melebihi batas yang sudah ditetapkan pemerintah
Pemakaian B2 (bahan berbahaya) pada jajanan sekolah masih marak di kabupaten Karawang, Jawa Barat (Jabar). Pasalnya berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan Dinas Kesehatan dan Badan Pom Jabar, beberapa jajanan pangan tersebut terindikasi B2 (Bahan Berbahaya) seperti formalin dan boraks.
Dari 10 sampel makanan yang diambil dari empat titik sekolah, terdapat empat jajanan pangan yang teridikasi 40 persen mengandung formalin dan boraks, diantaranya lontong, mie basah, tahu, dan sosis.
Kabid Ketersediaan dan Distribusi Ketahanan Pangan Kota Surabaya Onik Kestiana menuturkan, beberapa jajanan sekolah dari hasil pemeriksaan memang mengandung bahan yang berbahaya. Salah satunya mengandung borax, formalin, gula sintetis dan pewarna rhodamin. “Kami melakukan pemeriksaan terhadap penjual makanan, baik yang berada di luar pagar sekolah, maupun yang ada di dalam sekolah. Namun kebanyakan mengandung bahan kimia itu di jual pedagang keliling,” ujar Onik, Minggu (22/9) kemarin
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI melalui temuannya mengatakan, bahwa kualitas kehiegenisan pada pangan jajanan anak sekolah merupakan tantangan terbesar yang harus segera disikapi.
Survei pengawasan jajanan anak pada 2013 dengan 5.668 sampel sekolah menunjukkan, terjadi penurunan bahan tambahan pangan berlebih. Penurunan terjadi dari 24 persen di 2012, menjadi 17 persen di 2013. Tapi cemaran mikroba meningkat dari 66 persen di tahun lalu menjadi 76 persen saat ini.
Press release (pernyataan pers) dari BPOM terbaru di sini adalah informasi sampai dengan tanggal 29 September 2013. Jadi, masih sangat baru. Intinya adalah sampai hari ini jajanan-jajanan yang dijual di sekolah-sekolah sebagian besar mengandung zat-zat kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Efeknya mulai dari jangka pendek dan penyakit ringan, seperti gangguan tenggorokan dan pencernaan ringan, sampai pada efek jangka panjang dengan penyakit yang super serius, seperti kanker.
Padahal fenomena ini bukan baru terjadi akhir-akhir ini saja, tetapi sejak bertahun-tahun lampau. Sikap dan rekasi dari pemerintah, khususnya BPOM pun dari tahun ke tahun sama, yakni, mengumumkan data hasil penelitian laboratorium mereka, survei, dan memberi himbauan kepada sekolah dan orangtua. Tanpa ada tindakan nyata yang tegas seperti kalau mereka (BPOM) merazia toko-toko kelontong untuk mencari makanan dan minuman kadaluarsa, atau yang tidak memenuhi persyaratan untuk dijuali (tidak berlabel Depkes, dan lain-lain).
Kalau menyangkut yang ini BPOM kelihatannya lebih bersemangat dengan tindakan nyatanya, bersama polisi melakukan razia tersebut, kalau kedapatan ada produk makanan dan minuman yang kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk dijual, maka pemilik tokonya akan diancam dengan sanksi, sedangkan produk makanan dan minuman tersebut langsung disita.
Kenapa terhadap para penjual jajanan di sekolah-sekolah tindakan ini tidak pernah dilakukan oleh BPOM? Paling tidak seharusnya BPOM melakukan pembinaan yang sangat serius dan intens, bekerja sama dengan sekolah dan kepolisian, melakukan pembinaan terhadap para penjual jajanan tersebut mengenai kenapa mereka harus menjual jajanan yang aman bagi kesehatan dan sehat.
BPOM dan Kepolisian juga harus rajin melakukan razia-razia di pasar-pasar tradisional untuk mencari dan menyita, bilamana perlu memberi sanksi hukuman pidana bagi mereka yang menjual bahan-bahan makanan dan minuman yang mengadung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan itu.
Janganlah pakai alasan, khawatir tindakan-tindakan tegas tersebut akan merugikan para penjual jajanan, PKL, dan penjual bahan-bahan makanan dan minuman itu di pasar-pasar tradisional. Mengingat mereka dari orang-orang kecil, kaum ekonomi lemah. Itu alasan yang tidak tepat.
Tanpa mengganggu usaha mereka dalam jangka panjang dan seterusnya, pembinaan yang kelak diikuti dengan penerapan hukum sepenuhnya tersebut harus bisa dilakukan. Karena bagaimana pun kita harus lebih mementingkan anak-anak sekolah itu, yang jumlahnya jutaan dan merupakan bakanl generasi muda penerus bangsa ini. Apakah kita mau melindungi para penjual jajanan berbahaya di sekolah-sekolah itu dengan mengorbankan anak-anak kita (diracuni secara perlahan-lahan)?
Kesadaran dari para orangtua pun kelihatannya masih kurang untuk mengedukasi anak-anaknya untuk tidak jajan sembarangan. Hal ini terindikasi dengan rata-rata orangtua yang masih membiarkan begitu saja anak-anaknya membeli jajanan apa saja sesuai kehendak mereka tanpa melihat apakah jajanan itu sehat ataukah tidak. Yang penting menarik dilihat dan enak dirasanya.
Bagaimana bisa diharapkan orangtua itu memberi edukasi sedemikian rupa kepada anaknya, kalau orangtua / orang dewasa itu sendiri sebenarnya kurang atau tidak perduli terhadap sangat pentingnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat. Hal ini terbukti dengan banyak pula orang dewasa yang mengkonsumsi makan dan minuman yang dijual di warung-warung pinggir jalan dan di PKL-PKL tanpa memperdulikan tingkat higinisnya, dan terutama apakah berbahaya bagi kesehatan manusia ataukah tidak.
Pada 7 September 2010, saya pernah menulis di Kompasiana mengenai makanan dan minuman yang berbahaya bagi kesehatan kita (baca di sini), dan khusus mengenai jajanan sekolah yang berbahaya bagi kesehatan, yang mengancam jiwa anak-anak kita di sekolah, saya tulis pada 3 September 2011 (baca di sini).
Yang menjadi keprihatinan saya adalah fenomena apa yang saya tulis dua-tiga tahun yang lalu itu sampai hari ini tidak menunjukkan perbaikan apapun. Sebaliknya, justru semakin menunjukkan peningkatan ke arah yang lebih berbahaya bagi kesehatan kita. Terutama sekali bagi anak-anak sekolah. Di mana peran BPOM?
Dari sini, dapat kita simpulkan bahwa tingkat perhatian pemerintah, khususnya BPOM dalam menangani problem kesehatan jajanan berbahaya di sekolah-sekolah itu tidak serius. Kalau serius, tentu saja tidak akan begini jadinya. Yakni, terus meningkatnya jajanan berbahaya di sekolah-sekolah. Baik secara kulitas, maupun secara kuantitas.
BPOM janganlah hanya terus berwacana tentang jajanan berbahaya di sekolah-sekolah seperti yang disebutkan di atas itu. Karena jumlah korban akibat jajanan berbahaya di sekolah-sekolah pasti akan terus meningkat.
Berikut ini saya sertakan artikel saya yang pernah ditayangkan di Kompasiana, pada 3 Maret 2011, mengenai jajanan berbahaya di sekolah-sekolah, yang telah saya edit seperlunya.
Berdasarkan hasil penilitian BPOM di  6 ibukota provinsi (DKI Jakarta, Serang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya), diketahui 72,08 persen positif mengandung zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Kompas.com, 2/3/2011).
Jajanan di sekolah-sekolah tersebut mengandung bahan kimia yang sangat dilarang untuk dicampur ke dalam makanan dan minuman, seperti formalin, boraks, zat pewarna B dan methanyl yellow. Karena sangat berpotensi menimbulkan reaksi akut berupa alergi, keracunan, diare, dalam jangka panjang sebagai pencetus utama berbagai macam kanker. Kepala BPOM, Kustantinah mengatakan permasalahan ini jelas mengkhawatirkan. Menurut dia, secara rutin BPOM terus melakukan pengawasan, yang dilakukan oleh balai-balai BPOM yang ada di provinsi, termasuk Jakarta.
“Mereka sudah dengan rutin melakukan pengambilan sample, diuji di laboratorium,” kata Kustantinah seusai penandatanganan kerja sama penanganan Pangan Jajanan Anak Sekolah yang bergizi, bermutu dan berkualitas di Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Jakarta, Rabu, (Tempo Interaktif, 02/03).
Dia mengatakan mobil Lab Keliling mengambil sample di pasar-pasar. Bila ditemukan makanan tersebut tidak memenuhi syarat, BPOM kemudian membina para pedagangnya. BPOM juga melakukan penyuluhan melalui para ibu. “Dengan adanya kesepakatan ini, pembinaan diharapkan lebih fokus lagi,” kata dia.
Padahal, fenomena ini sebenarnya bukan hal yang baru saja ada, atau baru saja diketahui. Tetapi entah kenapa BPOM selalu seperti berputar-putar di tempat kalau menangani hal-hal seperti ini.
Berbeda jauh dengan kalau itu menyangkut makanan pabrikan kadalurasa, atau impor yang masuk secara ilegal dan di jual di supermarket/hypermarket. Biasanya, BPOM kelihatan lebih tertarik dan bergairah untuk beraksi, dengan melakukan razia dan sitaan.
Seharusnya hal yang sama sudah lama dilakukan oleh BPOM terhadap para pedagang jajanan yang biasa ditemui di sekolah-sekolah, di pasar-pasar, dan di pedagang makanan kaki lima.
Makanan-makanan tidak sehat, bahkan berbahaya bagi kesehatan itu tidak hanya pada jenis makanan jajananan yang biasa dikonsumsi anak-anak sekolah, tetapi secara umum juga sama saja.
Misalnya, pedagang bakso, atau makanan gorengan yang minyak gorengnya tidak pernah diganti-ganti, sampai berubah menjadi hitam dan mengental.
Bahkan teman saya mengatakan bahwa dia pernah melihat pedagang gorengan yang memasukkan sedotan-sedotan plastik ke dalam minyak gorengnya agar dagangannya itu terasa gurih sekali!
Selain itu juga faktor kebersihan yang sering diabaikan, seperti menjual makanan secara terbuka di pinggir jalan yang berdebu dan penuh asap knalpot, dan banyaknya lalat.
Pada pedagang jajanan, makanan, maupun minuman jenis ini, BPOM tidak pernah melakukan tinndakan apapun, selain seperti yang dikatakan oleh Kepala BPOM Kustantinah itu melakukan pembinaan demi pembinaan. Tetapi hasil dan kenyataannya, mereka tetap saja berdagang makanan dengan cara-cara yang sangat tidak sehat dan berbahaya bagi kesehatan manusia itu.
Seharusnya BPOM secara rutin tidak hanya melakukan pengawasan, dan pembinaan, tetapi harus juga diikuti dengan tindakan yang lebih tegas dan efektif, yakni razia disertai sitaan.
Razia dilakukan setelah pembinaan dilakukan. Dilakukan secara rutin selamanya dalam periode tertentu dan sifatnya mendadak, di sekolah-sekolah, pasar-pasar, dan kaki lima. Razianya menyangkut bahan makanan yang digunakan dan kebersihan makanan dan wadahnya.
Di Kompasiana, saya pernah menulis dua tulisan tentang topik ini, yakni pertama tentang bahan makanan berbahaya bagi kesehatan kita, dengan cara penyajiannya yang sangat tidak layak bagi kesehatan. Seperti tukang bakso yang menggunakan berkali-kali mangkok dan sendok untuk konsumennya tanpa dicuci sebagaimana mestinya (hanya dibilas dengan airnya yang sudah kotor), menggunakan minyak goreng sampai berkali-kali tanpa pernah diganti (jelantah yang sangat riskan mengakibatkan kanker), membungkus makanan dengan kertas koran, menggunakan kantong plastik biasa (PE) untuk makanan berkuah, menggunakan kresek berwarna hitam sebagai wadah menyimpan makanan, dan seterusnya.
Minyak goreng normal (kiri) dan minyak goreng yang telah berkali-kali digunakan, atau jelantah (kanan). Minyak jelantah ini sangat berbahaya bagi kesehatan, berpotensi dalam jangka panjang menyebabkan kanker (sumber:http://mutiara.sdm-iptek.org/mencermati-lebih-dalam-bahaya-minyak-jelantah/)
Yang kedua, tentang laporan investigasi Trans TV tentang ikan, udang dan cumi-cumi yang dijual di pasar-pasar dengan sebelumnya dicampur dengan bahan kimia berbahaya seperti formalin, dan zat pewarna sejenis klorin yang biasa dipakai untuk mencuci kolam renang, supaya kelihatan masih segar dan menarik.
Tetapi seperti yang sudah-sudah, dan sekarang ini juga, informasi tersebut seolah-olah disambut publik dengan biasa-biasa saja. Seolah-olah bukan berita penting.
Di negara-negara maju masalah seperti ini sangatlah peka. Begitu ketahuan ada makanan yang dijual, berbahaya bagi kesehatan manusia, maka pemerintah segera melakukan tindakan hukum yang tegas bagi pelakunya.
Perusahaan atau pedagang makanan itu pasti akan mengalami kerugian yang besar, sampai akibat terburuknya adalah bangkrut. Karena tidak ada lagi orang yang berani mengkonsumsi makanannya lagi.
Berbeda dengan di sini, sudah tahu suatu makanan-makanan dan juga minuman itu mengandung zat berbahaya, atau secara higinis tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi, masih tetap saja banyak yang membelinya. Sedangkan pedagangnya tetap bisa berdagang seperti biasa.
BPOM-nya hanya bisa berwacana.
Barangkali ini karena budaya dalam masyarakat kita yang tidak terbiasa melakukan tindakan preventif. Nanti kalau diri sendiri atau kerabat mengalaminya (sakit parah dan mematikan) barulah tinggal penyesalan yang ada.***
Ayo Jajan Yang Aman!
Kesehatan dan kecerdasan anak salah satunya berasal dari makanan yang dikonsumsi. Anak-anak memang paling suka jajan. Terutama makanan yang bisa langsung dimakan di pinggir sekolahnya. Sebenarnya jajan yang benar dapat meningkatkan asupan energi. Namun masalahnya tidak semua jajanan baik untuk dimakan.
Jajanan yang tercemar karena kotoran, hewan, bakteri, jamur atau kadaluarsa bisa mengakibatkan sakit perut, muntah dan mencret. Ada juga jajanan yang diberi bahan berbahaya seperti boraks, formalin, pewarna dan pemanis buatan berbahaya. Lalu bagaimana kita bisa tahu jajanan itu baik dan aman? Berikut ini sedikit saya kotakkan :
Jajanan
                              Baik
                                Aman
1.       Bergizi, misal susu, kue, buah potong, dll
 1.Warna tidak mencolok (merah, kuning hijau)
2.       Terjamin halal (lihat logo halal dan tanggal kadaluarsa)
2. Tidak mengandung pemanis buatan (ciri menggunakan pemanis buatan adalah rasa makanan pahit)
3.       Enak
3.  Bersih tertutup, tidak dihinggapi lalat/serangga

4.  Tidak basi/berbau busuk
Ada lagi yang masih harus kita perhatikan dalam makanan jajanan anak-anak kita. Yaitu peralatan yang digunakan pada saat makan makanan jajanan seperti tusuk gigi, garpu, sendok, tisu atau sumpit harus bersih dan dicuci terlebih dahulu serta cuci tangan dengan sabun. Jajanan yang mengandung MSG, micin atau vetsin dan penyedap rasa tidak berbahaya kalau tidak berlebihan penggunaannya. Serta untuk makanan jajanan berkemasan berlabel perlu dibaca kandungan gizi dan tanggal kadaluarsanya.
Nah, memang lumayan repot mengawasi makanan jajanan anak-anak di sekolah. Namun bagaimana lagi, saya tidak ingin anak saya masuk rumah sakit karena jajanannya di sekolah. Demi kesehatan mereka mengapa tidak saya buatkan saja jajanan buat mereka. Selain murah, mereka bisa tentukan sendiri apa yang mereka suka, bonus “sehat” juga sudah pasti. Ini solusi terbaik buat anak-anak.
Berikut beberapa trik saya mengantisipasi anak yang suka jajan:
1.      Memberi contoh yang baik kepada anak dengan membiasakan sarapan di rumah. Selain mengenyangkan, membiasakan anak sarapan ternyata bisa melatih kedisiplinan anak. Buat saja sarapan yang praktis dan yang mengandung nutrisi yang baik.
2.      Bila tidak sempat memasak sarapan, saya selalu sediakan makanan siap saji, seperti sereal, roti, atau kue kering yang terbuat dari gandum. Usahakan pilih yang mengandung biji-bijian sebab bisa memberikan energi lebih lama bagi anak.
3.      Untuk anak saya yang suka gorengan, seperti ayam goreng, kentang goreng, atau nugget goreng, saya usahakan menggoreng sendiri di rumah. Menggunakan minyak goreng yang sehat. Minyak goreng yang sehat bisa dilihat dari tingkat kebeningan warnanya. Semakin bening minyak goreng maka saat digunakan untuk menggoreng minyak tidak cepat menjadi hitam atau teriksodasi sehingga meminimalkan resiko timbulnya kanker pada tubuh kita. Seperti Minyak goreng SunCo, yang diolah dari kelapa sawit yang segar. SunCo dibuat dengan teknologi mutakhir dengan melalui 5 tahapan proses, yaitu tiga kali proses pemurnian dan dua kali proses penyaringan sehingga menghasilkan minyak goreng yang baik.
Dalam berjajan, biasanya anak lebih memilih jenis jajanan yang menarik perhatian. Cara lain untuk mengalihkan keinginan anak untuk berjajan adalah dengan membawakannya bekal sekolah dari rumah. Inilah tantangan buat para ibu untuk bisa membuatkan bekal khusus untuk anak, bukan hanya menarik tetapi juga bergizi. Ibu bisa menyisipkan sayur dan buah dalam bekal sekolah anak, tentunya dengan cara yang menarik bagi anak. Membuat bekal bento, misalnya. Bekal makanan ala Jepang berisi nasi dan lauk yang dikemas secara praktis. Membuatnya pun tidak sulit jika mengetahui tehniknya. Tinggal para ibu mau tidak menyisihkan waktu untuk membuat bekal bagi anak.






AWAS, JAJANAN ANAK SEKOLAH TAK SEHAT PICU GAGAL GINJAL!
Jajanan anak sekolah yang tidak sehat dapat memicu terjadinya gagal ginjal


Liputan6.com, Jajanan anak sekolah yang tidak sehat dapat memicu terjadinya gagal ginjal, sebagaimana dikatakan anggota tim ahli Komisi Perlindungan Anak Indonesia Dr. Tb Rachmat Sentika, Sp.A.,MARS.

"Jajanan yang mengandung pewarna tekstil, formalin, boraks, penyedap dan pemanis buatan dapat memicu terjadinya gagal ginjal," ujar Rachmat di Jakarta, Senin (29/7/2013).

Menurut dia, bahan kimia berbahaya yang terkandung di dalam jajanan tersebut akan tercampur di dalam darah.

Ginjal yang bertugas untuk membersihkan darah akan menyaring aneka bahan kimia tersebut. Akhirnya racun dari bahan kimia itu akan mengerak dan mulai merusak sistem kerja ginjal hingga mengakibatkan terjadinya gagal ginjal.

"Bahan kimia berbahaya juga bisa sebabkan sirosis hati (pengerasan hati) dengan lebih cepat," kata Rachmat.

Selain itu, penyakit seperti otot kaku, kerusakan jaringan otak, hingga penurunan daya kognitif bisa terjadi pada orang yang gemar mengkonsumsi jajanan mengandung bahan berbahaya secara terus menerus.

Yang mengkhawatirkan, konsumen terbesar dari jajanan tidak sehat tersebut adalah anak-anak sekolah.

"Hanya 32 persen sekolah yang memiliki kantin sehat. Sisanya ada tukang penjaja makanan yang mengandung zat adiktif, terkontaminasi bakteri, serta sumber air tidak sehat," ujar Rachmat memaparkan hasil studinya di tahun 2012.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar