Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam.
Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu
pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat
peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di
dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik
agama maupun non agama juga muncul pada masa ini. Pesatnya perkembangan
peradaban juga didukung oleh kemajuan ekonomi imperium yang menjadi penghubung
dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada masa
Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam
1.
Gerakan penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah
Umayyah, upaya untuk menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama
bahasa yunani dan Persia ke dalam bahasa arab mengalami masa keemasan pada masa
DaulahAbbasiyah. Para ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari
naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu terutama filasafat dan kedokteran.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan
daulah Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota
Baghdad. Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalam
bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-naskah filsafat karya
Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya yang
banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti kedokteran. Naskah
astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi,
drama, cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang
bermanfa’at dan dalam hal bahasa, Arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah
sangat maju.
Pada masa ini, ada yang namanya Baitul hikmah yaitu
perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat pengembagan ilmu pengetahuan. Pada
masa Harun Ar-Rasyid diganti nama menjadi Khizanah al-Hikmah (Khazanah
kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Pada
masa Al-Ma’mun ia dikembangkan dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang
dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno
yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia dan India.
Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah
kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat
kegiatan study dan riset astronomi dan matematika.
2.
Dalam bidang filasafat
Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang
keilmuan yang sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan juga
teologia. Beberapa tokoh yang lahir pada masa itu, termasuk diantaranya adalah
Al-Kindi, Al-farobi, Ibnu Sina dan juga Al-Ghazali yang kita kenal dengan
julukan Hujjatul Islam.
3.
Perkembangan Ekonomi
Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan.
Sudah terdapat berbagai macam industri sepertikain linen di Mesir, sutra dari
Syiria dan Irak, kertas dari Samarkand, serta berbagai produk pertanian seperti
gandum dari Mesir dan kurma dari Iraq. Hasil-hasil industri dan pertanian ini
diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini,
urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang
juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan
perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal
yang sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti
Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan perdagangan
antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.
4.
Dalam bidang Keagamaan
Di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah, ilmu-ilmu keagamaan mulai
dikembangkan. Dalam masa inilah ilmu metode tafsir juga mulai
berkembang, terutama dua metode penafsiran, yaitu Tafsir bir Ra’i dan Tafsir
bil Ma’tsur. Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya merupakan
penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada masa ini
pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang namanya hadits
dhaif, maudlu’, shahih serta yang lainnya.
Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama yang diketahui adalah Majmu’
al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M) yang berisi tentang fiqh Syi’ah
Zaidiyah. Hakim agung yang pertama adalah Abu Hanifah (w.150/767). Meski diangap
sebagai pendiri madzhab Hanafi, karya-karyanya sendiri tidak ada yang
terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh al-Akbar (terutama berisi
artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi
pemikiran-pemikirannya terselamatkan karena ditulis oleh para muridnya.
E.
Runtuhnya Daulah Abbasiyah
Tak ada gading ang tak retak. Mungkin pepatah inilah ang sangat pas untuk
dijadikan cermin atas kejayaan ang digapai bani Abbasiah. Meskipun Daulah
Abbasiyah begitu bercahaya dalam mendulang kesuksesan dalam hampir segala
bidang, namun akhirnya iapun mulai kaku dan akhirnya runtuh. Menurut beberapa
literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah Abbasyiah, yaitu:
1.
Faktor Internal
Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan
pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara. Luasnya
wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah
sulit dilakukuan - Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan
kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka.
Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah
kepada mereka sangat tinggi. Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.
Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.
Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.
2.
Faktor Eksternal
Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak
korban. Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang
menghancrkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya
kerajaan Abbasyiah dan muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di
Turki, dan Kerajaan Mughal di India.
F. Kesimpulan
Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya
adalah keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh
Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas. Berdirinya
Dinasti ini tidak terlepas dari keamburadulan Dinasti sebelumny, dinasti
Umaiyah. Pada mulanya ibu kota negera adalah al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun
untuk lebih memantapkan dan menjaga setabilitas Negara al-Mansyur memindahkan
ibu kota Negara ke Bagdad. Dengan demikian pusat pemerintahan dinasti Abasiyah
berada di tengah-tengah bangsa Persia. Al-Mansyur melakukan konsolidasi dan
penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki
jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif.
Puncak perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya berawal dari
kreatifitas penguasa Bani Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai
sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan misalnya di awal Islam,
lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Namun lembaga-lembaga ini kemudian
berkembang pada masa pemerintahan Bani Abas dengan berdirinya perpustakaan dan
akademi.
Pada beberapa dekade terakhir, daulah Abbasiyah mulai mengalami kemunduran,
terutama dalam bidang politiknya, dan akhirnya membawanya pada perpecahan yang
menjadi akhir sejarah daulah abbasiyah.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Karen, Islam :
Sejarah Singkat. Yogyakarta :
Penerbit Jendela, 2002
Hassan, Hassan Ibrahim, Sejarah
dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta, 1989
Hasimy, A, Sejarah Kebudayaan
Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1993.
Nizar, Samsul, Sejarah
Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana, 2007
Sunanto, Musyifah, Sejarah
Islam Klasik. Jakarta : Kencana, 2003
Syalabi, A, Sejarah dan
Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983
Watt, W. Mongtomery, Kejayaan
Islam. Yogyakarta : Tiara Wacana, 1990
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Bani Abbasiyah
Dinasti
Abbasiyah merupakan salah satu dinasti Islam yang sangat peduli dalam
upaya pengembangan ilmu pengetahuan. Upaya ini mendapat tanggapan yang
sangat baik dari para ilmuwan. Sebab pemerintahan dinasti abbasiyah
telah menyiapkan segalanya untuk kepentingan tersebut. Diantara
fasilitas yang diberikan adalah pembangunan pusat-pusat riset dan
terjemah seperti baitul hikmah, majelis munadzarah dan pusat-pusat study
lainnya.
Bidang-bidang ilmu pengetahuan umum yang berkembang antara lain:
1. Filsafat
Proses
penerjemahan yang dilakukan umat Islam pada masa dinasti bani abbasiyah
mengalami kemajuan cukup besar. Para penerjemah tidak hanya
menerjemahkan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa-bangsa Yunani,
Romawi, Persia, Syiuria tetapi juga mencoba mentransfernya ke dalam
bentuk pemikiran. Diantara tokoh yang member andil dalam perkembangan
ilmu dan filsafat Islam adalah: Al-Kindi, Abu Nasr al-Faraby, Ibnu Sina,
Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail, al-Ghazali dan Ibnu Rusyd.
2. Ilmu Kalam
Menurut
A. Hasimy lahirnya ilmu kalam karena dua factor: pertama, untuk membela
Islam dengan bersenjatakan filsafat. Kedua, karena semua masalah
termasuk masalah agama telah berkisar dari pola rasa kepada pola akal
dan ilmu. Diantara tokoh ilmu kalam yaitu: wasil bin Atha’, Baqilani,
Asy’ary, Ghazali, Sajastani dan lain-lain.
3. Ilmu Kedokteran
Ilmu
kedokteran merupakan salah satu ilmu yang mengalami perkembangan yang
sangat pesat pada masa Bani Abbasiyah pada masa itu telan didirikan
apotek pertama di dunia, dan juga telah didirikan sekolah farmasi. Tokoh-tokoh Islam yang terkenal dalam dunia kedokteran antara lain Al-Razi dan Ibnu Sina.
4. Ilmu Kimia
Ilmu
kimia juga termasuk salah satu ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh
kaum muslimin. Dalam bidang ini mereka memperkenalkan eksperimen
obyektif. Hal ini merupakan suatu perbaikan yang tegas dari cara
spekulasi yang ragu-ragu dari Yunani. Mereka melakukan pemeriksaan dari
gejala-gejala dan mengumpulkan kenyataan-kenyataan untuk membuat
hipotesa dan untuk mencari kesimpulan-kesimpulan yang benar-benar
berdasarkan ilmu pengetahuan diantara tokoh kimia yaitu: Jabir bin
Hayyan.
5. Ilmu Hisab
Diantara
ilmu yang dikembangkan pada masa pemerintahan abbasiyah adalah ilmu
hisab atau matematika. Ilmu ini berkembang karena kebutuhand dasar
pemerintahan untuk menentukan waktu yang tepat. Dalam setiap pembangunan
semua sudut harus dihitung denga tepat, supaya tidak terdapat kesalahan
dalam pembangunan gedung-gedung dan sebagainya. Tokohnya adalah
Muhammad bin Musa al-Khawarizmi.
6. Sejarah
Pada
masa ini sejarah masih terfokus pada tokoh atau peristiwa tertentu,
misalnya sejarah hidup nabi Muhammad. Ilmuwan dalam bidang ini adalah
Muhammad bin Sa’ad, Muhammad bin Ishaq
7. IlmuBumi
Ahli
ilmu bumi pertama adalah Hisyam al-Kalbi, yang terkenal pada abad ke-9
M, khususnya dalam studynya mengenai bidang kawasan arab.
8. Astronomi
Tokoh
astronomi Islam pertama adalah Muhammad al-fazani dan dikenal sebagai
pembuat astrolob atau alat yang pergunakan untuk mempelajari ilmu
perbintangan pertama di kalangan muslim. Selain al-Fazani banyak ahli
astronomi yang bermunculan diantaranya adalah muhammad bin Musa
al-Khawarizmi al-Farghani al-Bathiani, al-biruni, Abdurrahman al-Sufi.[1][2]
Selain ilmu pengetahuan umum dinasti abbasiyah juga memperhatikan pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan antara lain:
1. Ilmu Hadis
Diantara
tokoh yang terkenal di bidang ini adalah imam bukhari, hasil karyanya
yaitu kitab al-Jami’ al-Shahih al-Bukhari. Imam muslim hasil karyanya
yaitukitab al-Jami’ al-shahih al-muslim, ibnu majjah, abu daud,
at-tirmidzi dan al-nasa’i.
2. Ilmu Tafsir
Terdapat dua cara yang ditempuh oleh para mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Pertama,
metode tafsir bil ma’tsur yaitu metode penafsiran oleh sekelompok
mufassir dengan cara member penafsiran al-Qur’an dengan hadits dan
penjelasan para sahabat. Kedua, metode tafsir bi al-ra’yi yaitu
penafsiran al-Qur’an dengan menggunakan akal lebih banyak dari pada
hadits. Diantara tokoh-tokoh mufassir adalah imam al-Thabary, al-sud’a muqatil bin Sulaiman.
3. Ilmu Fiqih
Dalam
bidang fiqih para fuqaha’ yang ada pada masa bani abbasiyah mampu
menyusun kitab-kitab fiqih terkenal hingga saat ini misalnya, imam Abu
Hanifah menyusun kitab musnad al-Imam al-a’dzam atau fiqih al-akbar,
imam malik menyusun kitab al-muwatha’, imam syafi’I menyusun kitab
al-Umm dan fiqih al-akbar fi al tauhid, imam ibnu hambal menyusun kitab
al musnad ahmad bin hambal.
4. Ilmu Tasawuf
Kecenderungan
pemikiran yang bersifat filosofi menimbulkan gejolak pemikiran diantara
umat islam, sehingga banyak diantara para pemikir muslim mencoba
mencari bentuk gerakan lain seperti tasawuf. Tokoh sufi yang terkenal
yaitu Imam al-Ghazali diantara karyanya dalam ilmu tasawuf adalah ihya
ulum al-din.[2][3]