Kisah 25 Nabi dan Rasul beserta Mukjizat nya
Kisah 25 Nabi Rasul dan Mukjizatnya
serta Kisah Para Sahabat banyak diceritakan para dalam Al-Qur'
an dan dijelaskan kembali oleh Nabi besar kita Muhammad SAW mulai dari kisah
nabi pertama Nabi Adam AS sampai Nabi dan Rasul terakhir Muhammad SAW.
Perbedaan antara Nabi dan Rasul
Perbedaan antara Nabi dan Rasul adalah :
seorang Nabi menerima wahyu dari Allah SWT untuk dirinya sendiri, sedangkan
Rasul menerima wahyu dari Allah SWT guna disampaikan kepada segenap umatnya.
Para Nabi dan Rasul mempunyai 4 sifat wajib dan 4 sifat mustahil, serta satu
sifat jaiz, yaitu :
1.Shiddiq (benar),
Mustahil ia Kizib (dusta).
2.Amanah (dapat
dipercaya), mustahil Khianat (curang).
3.Tabliqh
(Menyampaikan wahyu kepada umatnya), Mustahil Kitman (menyembunyikan Wahyu).
4.Fathonah
(Pandai/cerdas), Mustahil Jahlun (Bodoh).
5.Bersifat jaiz yaitu
Aradhul Basyariyah (sifat-sifat sebagaimana manusia)
Disamping itu ada
pengertian lain tentang perbedaan Nabi dan Rasul : Rasul adalah Utusan Allah
yang menerima Wahyu/Syariat sedangkan Nabi adalah Yang mengikuti Syariat Rasul
Sebelum mereka
Tujuan Nabi dan Rasul di Utus
Nabi dan Rasul
adalah manusia-manusia pilihan yang bertugas memberi petunjuk kepada manusia
tentang keesaan Allah SWT dan membina mereka agar melaksanakan ajaran-Nya.
Ciri-ciri mereka dikemukakan dalam Al-Qur’an,
"... ialah
orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah. Mereka takut kepada-Nya
dan mereka tiada takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah
Allah sebagai pembuat perhitungan." (Q.S. Al Ahzab : 39).
Semoga Kisah 25 Nabi
Rasul dan Mukjizatnya serta Kisah Para Sahabat nanti bisa kita ambil hikmah dan dapat dipetik
pelajaran bagi kita semua.
Dari sekian banyak
nabi dan Rasul yang ada, Ada Sejarah 25 Nabi dan Rasul yang harus dipercaya :
1. Nabi Adam
A.S
2. Nabi Idris
A.S;
3. Nabi Nuh
A.S
4. Nabi Hud
A.S
5. Nabi
Shaleh A.S
6. Nabi
Ibrahim A.S
7. Nabi
Ismail A.S
8. Nabi Ishaq
A.S
9. Nabi Luth
A.S
10. Nabi Ya'qub A.S
11. Nabi
Yusuf A.S
12. Nabi
Zulkifli A.S
13. Nabi
Syu'aib A.S
14. Nabi Musa
A.S
15. Nabi
Harun A.S
16. Nabi
Daud A.S
17. Nabi
Sulaiman A.S
18. Nabi
Ilyas A.S
19. Nabi
Ilyasa A.S
20. Nabi
Ayyub A.S
21. Nabi Yunus A.S
22. Nabi Zakariya
A.S
23. Nabi
Yahya A.S
24. Nabi Isa
A.S
25. Nabi
Muhammad S.A.W
1.Adam
AS
Manusia pertama diciptakan
Manusia pertama di dunia, moyang dari seluruh
umat manusia. Diciptakan dari tanah oleh Allah SWT, dan kemudian ditiupkan roh
ke dalamnya. Semua makhluk di surga bersujud kepadanya atas perintah Allah SWT,
hanya iblislah yang menolak, krn ia merasa dirinya yang diciptakan dari api
lebih tinggi derajatnya daripada Adam. Sebagai akibatnya, Allah SWT mengusir
iblis dari surga dan melaknatnya sampai hari pambalasan. Sejak itu iblis
bersumpah untuk senantiasa menyesatkan Adam dan keturunannya hingga hari kiamat
nanti, sebagai balasan bagi Adam yang dianggapnya telah menyebabkan ia terusir
dari surga.
Kisah penciptaan Adam, pembangkangan iblis,
dan pengusiran iblis dari surga dinyatakan dalam surat Al-Baqarah: 30-38,
Al-A'râf: 11-18, dan Shâd: 73-83.
Larangan buah Khuldi
Semula Adam AS tinggal seorang diri di surga,
namun kemudian Allah SWT menciptakan Hawa sebagai istrinya. Iblis tak
henti-hentinya menggoda Adam dan Hawa untuk memakan buah khuldi, satu-satunya
buah yang dilarang Allah SWT untuk dimakan di dalam surga. Godaan iblis ini
berhasil, karena pada akhirnya Adam dan Hawa memakan buah itu. Meskipun sudah
menyatakan tobat dan Allah SWT pun sudah menerima tobat mereka, namun mereka
berdua harus keluar dari surga, dan diturunkan ke bumi.
Kisah pelanggaran terhadap larangan buah khuldi, dan
diturunkannya Adam dan Hawa ke bumi terdapat dalam surat Al-A'râf: 19-25 dan
Thaha: 123.
Kisah Anak-anak Adam
Di bumi pasangan Adam dan Hawa bekerja keras
mengembangkan keturunan. Keturunan pertama mereka ialah pasangan kembar Qabil
dan Iqlima, kemudian pasangan kedua Habil dan Labuda. Setelah keempat anaknya
dewasa, Nabi Adam AS mendapat petunjuk agar menikahkan keempat anaknya secara
bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima. Namun Qabil menolak
karena Iqlima lebih cantik dari Labuda. Adam kemudian menyerahkan persolan ini
kepada Allah SWT, dan Allah SWT memerintahkan kedua putra Adam untuk berkurban.
Siapa yang kurbannya diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya. Untuk kurban
itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayangi di antara hewan
peliharaannya, sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari
yang dimilikinya. Allah SWT menerima kurban dari Habil, dengan demikian Habil
berhak menentukan pilihannya.
Pembunuhan pertama di Bumi
Qabil tidak puas dengan kejadian ini. Atas
hasutan iblis ia lalu membunuh Habil. Inilah pembunuhan pertama yang terjadi
sepanjang sejarah hidup manusia. Setelah saudaranya tewas, Qabil merasa bingung
mengenai apa yang harus ia lakukan terhadap jenazah saudaranya itu. Allah SWT
tidak ingin mayat hamba-Nya yang saleh tersia-sia. Ia memberikan contoh kepada
Qabil melalui perilaku burung yang menggali tanah untuk mengubur mayat lawannya
yang kalah dalam pertarungan. Qabil pun meniru perilaku burung tsb dan
menguburkan jenazah Habil.
Kisah putra-putri Nabi Adam AS ini terdapat dalam QS
Al-Mâ'idah: 27-32.
Mukjizat Nabi Adam: Nabi Adam diyakini
sebagai manusia pertama yang menginjakkan kaki di bumi. Sebagai pasangan Nabi
Adam adalah Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk kiri Nabi Adam.
Mereka diturunkan ke bumi karena telah berbuat kesalahan akibat godaan
iblis/syetan, Adam dan Hawa dikaruniai dua pasangan putra-putri yang bernama
Qabil dan Iklima, kemudian Habil dan Labuda Qabil bersifat kasar, sedangkan
Labuda bersifat lembut, Kedua sifat inilah yang akhirnya menjadi cikal bakal
dalam sifat-sifat dasar manusia.
2.
Idris AS
Nabi yang pandai menulis, menjahit, mengetahui
ilmu binatang, dan menunggang kuda. Nabi Idris AS diutus kepada anak cucu Qabil
yang durhaka kepada Allah SWT. Ia merupakan keturunan ke-6 dari Nabi Adam AS.
Ia termasuk salah seorang nabi yang sabar dan taat beribadah.
Menurut beberapa riwayat, Nabi Idris AS hidup di
Mesir. Ia berdakwah mengajarkan tauhid dan beribadah menyembah Allah SWT. Ia
wafat dalam usia 82 tahun. Ketika Nabi Muhammad SAW melakukan isra mi'raj, Nabi
Idris AS dijumpai di langit ke-6 dan memberi salam kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam Al Quran terdapat 2 ayat yang menyebutkan tentang Nabi
Idris AS, yaitu surat Maryam ayat 56 dan 57.
Mukjizat Nabi Idris: Nabi Idris
diyakini Nabi pertama yang menulis dengan pena, Masyarakat terdahulu mempercayai
pula bahwa ia dibawa ke surga tanpa mengalami kematian. Peristiwa itu terjadi
ketika beliau berusia 82 tahun.
3.
Nuh AS
Setelah berabad-abad berlalu dari masa Nabi
Idris, dan moral manusia sudah terlalu jauh menyimpang dari kebenaran, Allah
SWT menurunkan seorang nabi bernama Nuh. Ia merupakan keturunan ke-9 dari Nabi
Adam AS.
Ia diangkat menjadi nabi dan rasul pada usia 480
tahun. Ia menjalankan misinya selama lima abad dan meninggal dalam usia 950
tahun.
Nabi Nuh terkenal sebagai nabi yang fasih berbicara,
bijaksana, dan sabar dalam menjalankan tugas risalahnya. Namun demikian, ia
hanya mendapatkan pengikut antara 70 sampai 80 orang, itu pun hanya dari
kalangan orang-orang lemah.
Perahu Nabi Nuh
Melihat kaumnya yang keras kepala, Nabi Nuh AS
berdoa kepada Allah SWT supaya kaumnya itu ditimpa musibah. Allah SWT
mengabulkan doa Nabi Nuh AS dan memerintahkan ia dan pengikutnya untuk membuat
perahu. Segeralah Nabi Nuh AS dan pengikutnya membuat perahu di atas bukit.
Kaumnya yang keras kepala, termasuk seorang anaknya yang bernama Kana'an, terus
mengolok-olok perbuatan Nabi Nuh AS dan kaumnya ini. Di antara mereka bahkan
ada yang berani buang kotoran di dalam kapal yang belum selesai dibuat itu
ketika Nabi Nuh dan pengikutnya sedang tidak ada disana. Namun akibatnya perut
mereka yang buang kotoran itu menjadi sakit. Tak seorang pun bisa
menyembuhkannya. Dengan merengek-rengek mereka meminta Nabi Nuh untuk
mengobatinya. Nabi Nuh hanya menyuruh mereka membersihkan kapal yang mereka
kotori, setelah itu mereka pun sembuh dari sakit perutnya.
Setelah perahu Nabi Nuh AS selesai, Nabi Nuh
mengajak seluruh pengikutnya naik ke atas kapal. Nabi Nuh juga membawa seluruh
jenis binatang masing-masing sepasang untuk tiap jenis. Ini supaya kelak jenis
hewan tsb bisa berkembang biak kembali dan tidak ikut punah.
Setelah itu, azab Allah SWT berupa banjir besar
yang dahsyat menghanyutkan seluruh kaumnya. Putra Nabi Nuh AS, Kana'an,
termasuk di antara mereka. Dari atas geladak kapal, didorong oleh hati
kecilnya, Nabi Nuh AS berteriak memanggil anaknya dan menyuruhnya bertobat,
namun Kana'an tetap menolak sehingga akhirnya ia pun tenggelam.
Nabi Nuh AS sangat bersedih dan menyesali sikap
putranya yang tetap keras kepala sampai saat terakhir menjelang ajalnya. Ia
menyampaikan kegundahan perasaannya ini pada Allah SWT. Namun Allah SWT
memberinya peringatan, bahwa meskipun putranya itu adalah keturunannya sendiri,
tapi ia termasuk kafir karena mengingkari ajarannya.
Setelah kaum yang durhaka itu musnah, azab Allah
SWT pun berhenti. Kapal Nabi Nuh AS tertambat di sebuah bukit.
Kisah Nabi Nuh AS termuat di Al Qur'an dalam 43
ayat, 28 ayat diantaranya terdapat dalam surat Nuh.
Mukjizat Nabi Nuh: Nabi Nuh
menyebarkan ajaran untuk menyembah Allah SWT. namun masyarakat menolak dan menganggapnya
gila, Nabi Nuh kemudian diberikan peringatan oleh Allah bahwa akan terjadi
banjir besar yang akan melanda daerahnya.
Oleh karena itu Nabi Nuh diperintahkan untuk membuat sebuah kapal, masyarakat
sekitar tetap tidak mengindahkan peringatan yang disampaikan oleh Nabi Nuh.
sehingga mereka akhirnya hanyut dalam banjir tersebut.
4. Hud AS
Nabi Hud AS turun di tengah-tengah kaum Aad yang
terkenal memiliki fisik tegar dan berotot kuat. Namun moral mereka sangat
buruk, di antara mereka berlaku hukum rimba, siapa kuat, dialah yang menang.
Kaum ini hidup di negeri Ahqaf, yaitu antara Yaman dan Umman. Mereka adalah
kaum penyembah berhala-berhala bernama Shamud, Shada, dan Al Haba. Kejahatan
dan kemaksiatan mereka benar-benar keterlaluan.
Nabi Hud adalah seorang yang berlapang dada,
berbudi tinggi, pengasih, penyantun, sabar namun cerdas dan tegas. Beliau
adalah keturunan Sam bin Nuh AS, putra Nabi Nuh. Beliau diutus ke tengah-tengah
kaumnya untuk menegakkan kembali ajaran yang benar. Namun imbauan Nabi Hud AS
agar kaumnya sadar dan melangkah di jalan Allah tidak diindahkan, sehingga
Allah SWT menurunkan azab dalam 2 tahap.
Tahap pertama berupa kekeringan yang hebat. Nabi
Hud AS berusaha meyakinkan mereka bahwa itu adalah azab Allah dan akan dicabut
jika mereka bertobat dan beriman kepada Allah SWT. Kaum Aad tetap tidak percaya
sehingga turunlah azab kedua berupa bencana angin topan yang dahsyat selama 7
malah 8 hari yang memusnahkan semua ternak dan tanaman. Bencana itu
membinasakan kaum Aad yang congkak. Hanya Nabi Hud AS dan kaumnya yang selamat
dari azab tsb.
Dalam Al Qur'an, kisah Nabi Hud AS terdapat dalam 68 ayat
yang tertera dalam 10 surat, diantaranya surat Hûd: 50-60.
Mukjizat Nabi Hud: Nabi Hud tergolong
dalam kaum Ad yang terhormat. kehidupan mereka serba maju dan berkecukupan,
namun sayangnya mereka selalu berfoya-foya dan tenggelam dalam kehidupan fana.
Nabi Hud mengingatkan mereka untuk bersyukur dan selalu memohon kepada Allah
SWT, namu mereka menolak. Akhirnya murka Allah datang dengan menurunkan azab
berupa badai gurun selama 7 hari 7 malam. Kaum yang mendengarkan himbauan Nabi
Hud selamat dengan berpindah ke kota Hadramaut.
5. Saleh AS
Nabi Saleh AS, menurut silsilah, beliau adalah
putra dari 'Ubaidah bin Tsamud bin 'Amir bin Iram bin Sam bin Nuh AS. Ia diutus
ke tengah-tengah bangsa Tsamud yang hidup di bekas reruntuhan kaum Aad. Bangsa
Tsamud ternyata lebih pandai daripada kaum Aad. Setelah kaum Aad binasa, negeri
mereka menjadi tandus dan kering. Kemudian negeri ini dibangun kembali oleh
kaum Tsamud, sehingga bagai disulap menjadi negeri yang hijau dan makmur.
Akan tetapi seperti kaum pendahulunya, kaum
Tsamud pun menjadi sombong dan lupa diri. Hukum rimba berlaku lagi, mereka yang
kuat menekan mereka yang lemah. Mereka pun tidak mau mendengarkan dakwah Nabi
Saleh AS.
Mukjizat Nabi Saleh AS
Kaum Tsamud menantang Nabi Saleh AS menunjukkan
mukjizat yang dikaruniakan Tuhan kepadanya. Menghadapi tuntutan yang demikian,
tak ada jalan lain bagi Nabi Saleh kecuali memohon kepada Allah SWT agar
memberikan mukjizat kepadanya. Allah mengabulkan doanya. Nabi Saleh AS kemudian
mengajak kaumnya pergi ke kaki gunung. Orang-orang itu mengikuti ajakan Nabi
Saleh, tapi sebenarnya bukan karena mereka mempercayai Nabi Saleh, melainkan
karena mereka berharap agar Nabi Saleh tak dapat mengeluarkan mukjizat, dengan
demikian mereka dapat mengolok-olok dan menghina Nabi Saleh.
Tetapi betapa terkejutnya orang-orang kafir itu.
Tak lama setelah mereka berkumpul di kaki gunung, muncullah seekor unta betina
dari perut sebuah batu karang besar. Unta itu besar dan gemuk, belum pernah
mereka melihat unta sebagus itu.
Nabi Saleh kemudian berpesan pada kaumnya,
"Inilah unta mukjizat dari Tuhanku. Unta ini boleh kalian peras susunya
setiap hari. Susunya tidak akan habis-habis. Tetapi perhatikan pesanku, unta
ini harus dibiarkan berkeliaran bebas, tak seorang pun boleh mengganggunya.
Unta ini berhak meminum air di sumur, bergantian dengan penduduk. Jika hari ini
unta ini minum, maka tak seorang pun dari penduduk boleh mengambil air sumur.
Sebaliknya esok harinya, para penduduk boleh mengambil air sumur dan unta ini
tidak minum air itu sedikit pun juga."
Kedurhakaan kaum Tsamud
Tetapi rupanya keberadaan unta yang membawa
berkah air susu ini membuat orang-orang kafir menjadi iri kepada Nabi Saleh.
Mereka lalu mengadakan sayembara, siapa yang berani membunuh unta Nabi Saleh
akan mendapatkan hadiah berupa gadis cantik. Tersebutlah dua orang pemuda yang
nekad mengikuti sayembara ini. Mereka sudah sepakat akan menikmati hadiah gadis
cantik itu bersama-sama. Sungguh mesum niat kedua pemuda ini.
Demikianlah ketika unta itu baru saja minum di
salah satu sumur penduduk, salah seorang dari pemuda itu melepaskan anak panah,
tepat mengenai kaki unta. Unta itu berlari kesakitan, namun pemuda yang seorang
lagi yang sudah siap dengan golok di tangan segera menghabisi unta itu. Mereka
berhasil membunuh unta itu, dan memperoleh hadiah yang sudah dijanjikan.
Setelah unta itu mati, orang-orang kafir merasa
lega. Mereka dengan berani menantang Nabi Saleh, "Hai Saleh, unta yang kau
banggakan itu sekarang sudah kami bunuh. Kenapa tidak ada balasan siksa bagi
kami? Kalau kau memang utusan Allah, tentunya kau dapat mendatangkan siksa yang
kau ancamkan kepada kami!"
Berkata Nabi Saleh, "Kalian benar-benar
telah berbuat dosa. Sekarang kalian boleh bersenang-senang selama 3 hari.
Sesudah lewat 3 hari, maka datanglah ancaman yang dijanjikan Allah
kepadamu."
Waktu 3 hari itu sebenarnya adalah kesempatan
bagi bangsa Tsamud untuk bertobat, tetapi mereka malah mengejek Nabi Saleh dan
menganggapnya hanya membual. Belum sampai 3 hari mereka datang lagi kepada Nabi
Saleh dan berkata, "Hai Saleh, kenapa tidak kau percepat datangnya siksa
itu kepada kami?"
Nabi Saleh menjawab, "Wahai kaumku, mengapa
kalian meminta disegerakan datangnya siksa? Bukan malah meminta kebaikan?
Mengapa kalian tidak meminta ampun kepada Allah, semoha kalian diberi
ampun."
Azab bagi kesombongan Kaum Tsamud
Diam-diam orang-orang kafir itu merasa takut.
Bukankah ucapan Nabi Saleh selalu terbukti kebenarannya? Bagaimana kalau siksa
itu benar-benar datang kepada mereka?
Maka untuk mencegah datangnya siksa itu, sehari
sebelum waktu yang dijanjikan, mereka mengadakan rapat gelap. Mereka bermaksud
membunuh Nabi Saleh agar siksa itu tak jadi diturunkan. Sungguh bodoh akal
mereka dan sungguh keji tindakan mereka. Apakah mereka mengira siksaan Allah
dapat dibatalkan hanya karena mereka membunuh utusan-Nya?
Maha Suci Allah yang Maha Pengasih, Dia
melindungi hamba-Nya, Nabi Saleh AS. Beliau selamat dari rencana pembunuhan
yang keji itu. Sedang untuk kaum Tsamu sendiri, akibat kedurhakaan mereka,
Allah SWT menurunkan azab yang sangat mengerikan. Bangsa Tsamud disambar petir
yang meledak dan menggelegar membelah angkasa. Bumi juga ikut murka atas
kesombongan bangsa yang ingkar itu. Gempa yang dahsyat telah menghancurkan dan
memporak-porandakan tempat tinggal mereka yang megah dan besar. Sebelum azab
diturunkan, atas kuasa Allah Nabi Saleh AS dan keluarnya mengungsi ke Ramlah,
sebuah tempat di Palestina.
Kisah Nabi Saleh AS termuat di Al Qur'an dalam
73 ayat yang tersebar di 11 surat, diantaranya surat Al-A'râf: 73-79, Hûd:
61-68, dan Al-Qamar: 23-32.
. Mukjizat Nabi Shaleh: Yang paling
dikenal adalah unta betina yang keluar dari batu setelah ia memukulkan telapak
tangannya. Nabi Shalih meminta kepada penduduk setempat untuk tidak mengganggu
unta tersebut dan susunya boleh diperah untuk memenuhi kebutuhan penduduk
miskin.
6. Ibrahim AS
Ibrahim dilahirkan di Babylonia, bagian selatan
Mesoptamia (sekarang Irak). Ayahnya bernama Azar, seorang ahli pembuat dan
penjual patung.
Nabi Ibrahim AS dihadapkan pada suatu kaum yang
rusak, yang dipimpin oleh Raja Namrud, seorang raja yang sangat ditakuti
rakyatnya dan menganggap dirinya sebagai Tuhan.
Sejak kecil Nabi Ibrahim AS selalu tertarik
memikirkan kejadian-kejadian alam. Ia menyimpulkan bahwa keajaiban-keajaiban
tsb pastilah diatur oleh satu kekuatan yang Maha Kuasa.
Semakin beranjak dewasa, Ibrahim mulai berbaur
dengan masyarakat luas. Salah satu bentuk ketimpangan yang dilihatnya adalah
besarnya perhatian masyarakat terhadap patung-patung. Nabi Ibrahim AS yang
telah berketetapan hati untuk menyembah Allah SWT dan menjauhi berhala, memohon
kepada Allah SWT agar kepadanya diperlihatkan kemampuan-Nya menghidupkan
makhluk yang telah mati. Tujuannya adalah untuk mempertebal iman dan
keyakinannya.
Allah SWT memenuhi permintaannya. Atas petunjuk
Allah SWT, empat ekor burung dibunuh dan tubuhnya dilumatkan serta disatukan.
Kemudian tubuh burung-burung itu dibagi menjadi empat dan masing-masing bagian
diletakkan di atas puncak bukit yang terpisah satu sama lain. Allah SWT
memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk memanggil burung-burung tsb. Atas
kuasa-Nya, burung yang sudah mati dan tubuhnya tercampur itu kembali hidup.
Hilanglah segenap keragu-raguan hati Ibrahim AS tentang kebesaran Allah SWT.
Ibrahim menghancurkan berhala kaum Babylonia
Orang pertama yang mendapat dakwah Nabi Ibrahim
AS adalah Azar, ayahnya sendiri. Azar sangat marah mendengar pernyataan bahwa
anaknya tidak mempercayai berhala yang disembahnya, bahkan mengajak untuk
memasuki kepercayaan baru menyembah Allah SWT. Ibrahim pun diusir dari rumah.
Ibrahim merencanakan untuk membuktikan kepada
kaumnya tentang kesalahan mereka menyembah berhala. Kesempatan itu diperolehnya
ketika penduduk Babylonia merayakan suatu hari besar dengan tinggal di luar
kota selama berhari-hari. Ibrahim lalu memasuki tempat peribadatan kaumnya dan
merusak semua berhala yang ada, kecuali sebuah patung yang besar. Oleh Ibrahim,
di leher patung itu dikalungkan sebuah kapak.
Mukjizat Allah: Api menjadi dingin
Akibat perbuatannya ini, Ibrahim ditangkap dan
diadili. Namun ia menyatakan bahwa patung yang berkalung kapak itulah yang
menghancurkan berhala-berhala mereka dan menyarankan para hakim untuk bertanya
kepadanya. Tentu saja para hakim mengatakan bahwa berhala tidak mungkin dapat
ditanyai. Saat itulah Nabi Ibrahim AS mengemukakan pemikirannya yang berisi
dakwah menyembah Allah SWT.
Hakim memutuskan Ibrahim harus dibakar hidup-hidup
sebagai hukumannya. Saat itulah mukjizat dari Allah SWT turun. Atas perintah
Allah, api menjadi dingin dan Ibrahim pun selamat. Sejumlah orang yang
menyaksikan kejadian ini mulai tertarik pada dakwah Ibrahim AS, namun mereka
merasa takut pada penguasa.
Langkah dakwah Nabi Ibrahim AS benar-benar
dibatasi oleh Raja Namrud dan kaki tangannya. Karena melihat kesempatan
berdakwah yang sangat sempit, Ibrahim AS meninggalkan tanah airnya menuju
Harran, suatu daerah di Palestina. Di sini ia menemukan penduduk yang menyembah
binatang. Penduduk di wilayah ini menolak dakwah Nabi Ibrahim AS. Ibrahim AS
yang saat itu telah menikah dengan Siti Sarah kemudian berhijrah ke Mesir. Di
tempat ini Nabi Ibrahim AS berniaga, bertani, dan beternak. Kemajuan usahanya membuat
iri penduduk Mesir sehingga ia pun kembali ke Palestina.
Ibrahim menikahi Siti Hajar
Setelah bertahun-tahun menikah, pasangan Ibrahim
dan Sarah tak kunjung dikaruniai seorang anak. Untuk memperoleh keturunan,
Sarah mengizinkan suaminya untuk menikahi Siti Hajar, pembantu mereka. Dari
pernikahan ini, lahirlah Ismail yang kemudian juga menjadi nabi.
Ketika Nabi Ibrahim AS berusia 90 tahun, datang
perintah Allah SWT agar ia meng-khitan dirinya, Ismail yang saat itu berusia 13
tahun, dan seluruh anggota keluarganya. Perintah ini segera dijalankan Nabi
Ibrahim AS dan kemudian menjadi hal yang dijalankan nabi-nabi berikutnya hingga
umat Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT juga memerintahkan Ibrahim AS untuk
memperbaiki Ka'bah (Baitullah). Saat itu bangunan Ka'bah sebagai rumah suci
sudah berdiri di Mekah. Bangunan ini diperbaikinya bersama Ismail AS. Hal ini
dijelaskan dalam Al Qur'an surat Al-Baqarah ayat 127.
Ibrahim AS adalah nenek moyang bangsa Arab dan
Israel. Keturunannya banyak yang menjadi nabi. Dalam riwayat dikatakan bahwa
usia Nabi Ibrahim AS mencapai 175 tahun.
Kisah
Nabi Ibrahim AS terangkum dalam Al Qur'an, diantaranya surat Maryam: 41-48,
Al-Anbiyâ: 51-72, dan Al-An'âm: 74-83.
Mukjizat Nabi Ibrahim: Nabi Ibrahim
dikenal sebagai bapak para Nabi. Dia dihormati oleh pemeluk 3 agama, yaitu
Islam, Kristen dan Yahudi. Nabi Ibrahim lah yang membangun Ka'bah di kota
Mekkah.
Keyakinannya yang kuat terhadap Islam dimulai dari pencariannya akan Tuhan, dia sangat tidak menerima orang-orang
disekitarnya yang menyembah berhala, sampai akhirnya dia dibakar hidup-hidup,
namun Allah SWT menurunkan mukjizatnya dengan menyelamatkan Nabi Ibrahim dari
kobaran api.
7. Ismail AS
Nabi Ibrahim mengasingkan Hajar dan anaknya
Dengan kelahiran bayi Ismail, Siti Sarah, istri
pertama Nabi Ibrahim AS, berangsur-angsur merasa cemburu sehingga ia meminta
kepada suaminya agar memindahkan Hajar dan anaknya ke suatu tempat yang jauh.
Atas wahyu dari Allah SWT, Ibrahim AS memenuhi kehendak istrinya. Ia kemudian
memindahkan Hajar dan bayinya ke tengah padang pasir di Mekah, dekat sebuah
bangunan suci yang kemudian dikenal sebagai Ka'bah. Ia kemudian meninggalkan
keduanya di tempat itu karena harus kembali ke Palestina untuk menemui Sarah.
Dalam perjalanan pulang itu Ibrahim tak henti-hentinya memanjatkan doa memohon
keselamatan bagi istri dan putra yang ditinggalkannya.
Mukjizat Air Zamzam
Setelah makanan yang ditinggalkan habis, Hajar
bersusah payah mencari air. Atas pertolongan Allah SWT melalui malaikat Jibril,
tiba-tiba di dekat Ismail muncul sebuah mata air yang bening. Mata air itulah
yang dikenal sebagai sumur zamzam dan masih ada hingga saat ini.
Ismail yang sudah beranjak remaja sangat
menggembirakan hati Ibrahim, namun kegembiraan itu tiba-tiba buyar karena
perintah Allah SWT lewat mimpinya yang meminta agar anak kesayangannya itu
disembelih. Mula-mula Ibrahim sangat sedih menerima mimpi itu, namun sebagai
orang yang saleh dan taat ia berniat menjalankan perintah Allah SWT tsb dan
kemudian menyampaikan berita itu kepada putranya. Tanpa ragu, Ismail meminta
ayahnya untuk melaksanakan perintah itu.
Pada akhirnya, ketika hal tsb dilaksanakan,
Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor kambing. Peristiwa ini selalu
diperingati setiap tahun dengan anjuran menyembelih hewan kurban pada hari Idul
Adha.
Nabi Ismail AS menikah dengan seorang anak
pendatang baru di kawasan sumur zamzam. Anak itu berasal dari suku Jurhum. Ia
kemudian menjadi penjaga sumur zamzam yang semakin hari semakin ramai
dikunjungi orang. Menurut riwayat, Nabi Ismail AS meninggal dalam usia 137
tahun.
Kisah Nabi Ismail AS yang tidak bisa dilepaskan dari kisah
Nabi Ibrahim AS diceritakan di Al Qur'an dalam 30 ayat yang tersebar dalam 5
surat, diantaranya adalah surat Ibrâhîm: 35-40, dan Al-Baqarah: 124-129.
. Mukjizat Nabi Ismail: Nabi Ismail dan
keluarganya merupakan orang-orang yang terdahulu melaksanakan Haji. Suatu saat
Nabi Ismail haus dan ibunya bolak-balik dari bukit Safa-Marwah untuk mencari
air, hingga akhirnya keluar sebuah mata air zamzam. Dalam perjalanan menuju
tempat penyembelihan, Nabi Ismail digoda oleh Syaitan agar membatalakan
niatnya. Namun Nabi Ismail tidak goyah dan melempar syaitan tersebut dengan
batu. yang saat ini menjadi ritula ibadah haji, yaitu lempar jumrah.
Seperti yang kita ketahui, saat akan disembelih jasad Nabi Ismail digantikan
oleh seekor kambing, yang akhirnya menjadi cikal bakal ibadah Idul Adha.
8. Luth AS
Nabi Luth AS adalah kemenakan Nabi Ibrahim AS.
Ketika Nabi Ibrahim AS berhijrah dari kota Harran menuju Palestina bersama
istri dan para pengikutnya, Luth bin Harun ikut bersama mereka.
Ibrahim bersama Luth kemudian menuju Mesir di
saat musibah kelaparan melanda Palestina. Setelah musibah itu mereda, mereka
kembali dari Mesir dengan membawa ternak yang diberikan raja Mesir kepada
mereka. Berhubung padang rumput yang ada tidak mencukupi bagi ternak yang
banyak itu, maka sering timbul pertikaian antara gembala-gembala Ibrahim dan
gembala-gembala Luth.
Untuk mengatasi pertikaian ini, Ibrahim kemudian
menawarkan kepada Luth memilih tempat lain untuk menggembalakan ternaknya. Luth
memilih Yordania, dimana disana terdapat dua kota, yaitu Sadum dan Gomorrah,
dan Luth menetap di kota Sadum.
Moral penduduk kota Sadum luar biasa rusaknya.
Mereka melakukan berbagai kejahatan, seperti merampok, berzina, dan yang paling
parah dan belum pernah dilakukan oleh seorang pun di antara anak-anak Adam,
mereka memuaskan nafsu seksual dengan sesama jenis.
Nabi Luth AS berdakwah untuk memerangi kezaliman
itu. Namun ia tidak berhasil, bahkan istrinya termasuk orang yang melakukan
penyimpangan kaumnya itu.
Kebiadaban kaum Luth AS digambarkan dalam
Al-Qur'an surat Al-Ankabût: 28-29.
Beberapa malaikat menuju Sadum
Nabi Luth AS kemudian berdoa kepada Allah SWT
agar kaumnya diberi azab. Menurut Nabi Luth AS, itulah satu-satunya cara untuk
membasmi umatnya agar akhlak yang rusak itu tidak menyebar ke umat-umat di
wilayah lain, disamping sebagai pelajaran bagi umat di sekelilingnya.
Doa Luth terkabul. Beberapa malaikat datang ke
rumah Ibrahim AS sebagai tamu yang menyamar dalam bentuk pemuda-pemuda. Mereka
memberitakan pada Ibrahim bahwa mereka akan membinasakan penduduk Kota Sadum
disebabkan pembangkangan mereka terhadap Nabi Luth AS dan perbuatan-perbuatan
keji mereka.
Ibrahim sangat terkejut mendengar berita ini,
karena disana terdapat putera saudaranya, yaitu Luth. Namun para malaikat itu
mengatakan, "Kami tahu bahwa di sana terdapat Luth, dan bahwa kebinasaan
tidak terjadi kecuali atas orang-orang kafir yang tidak beriman kepada Allah.
Adapun Luth dan keluarganya serta para pengikutnya, mereka itu pasti akan
selamat, kecuali istrinya yang akan ditimpa siksaan seperti orang-orang kafir,
dan kedudukannya sebagai istri Luth tidak bisa menyelamatkannya, karena buruk
perbuatannya disamping ia mengkhianati suaminya serta terus membangkang dan
berada dalam kekafiran".
Kisah kedatangan para malaikat kepada Ibrahim AS
ini terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabût: 30-32.
Malaikat bertamu ke rumah Luth
Para malaikat itu meninggalkan Ibrahim dan pergi
ke kota Sadum. Mereka datang ke rumah Luth yang tidak mengetahui siapa
sebenarnya para tamunya yang berwajah tampan itu. Hati Luth sangat cemas,
karena ia khawatir tamu-tamunya itu akan diperkosa oleh kaumnya.
Tersebar berita di antara kaum Luth tentang
kedatangan tamu-tamu yang tampan di rumah Luth, maka segeralah mereka datang ke
sana dengan maksud berbuat maksiat.
Untuk melindungi para tamunya, Luth AS berusaha
membujuk mereka dengan menawarkan putri-putrinya untuk dinikahi dengan syarat
mereka tidak mengganggu tamu-tamunya. Namun kaum Luth tetap bersikeras
melaksanakan niat mereka.
Ketika mereka tetap pada pendiriannya, maka
malaikat-malaikat itu membutakan mata mereka hingga gagallah upaya mereka dalam
keadaan terhina. Para malaikat itu pun akhirnya mengungkapkan kepada Luth
tentang siapa mereka sebenarnya dan memberitahunya bahwa mereka datang untuk
membinasakan kaumnya setelah membutakan mata mereka hingga mereka tak dapat
menyelamatkan diri.
Adapun untuk Luth AS dan pengikutnya, para
malaikat memerintahkan mereka untuk meninggalkan desanya di malam hari, karena
azab Allah akan diturunkan di waktu subuh. Dan janganlah seorang pun di antara
mereka menoleh ke belakang agar tidak melihat siksaan yang akan terjadi.
Kisah kedatangan para malaikat ke rumah Luth dan
perbuatan kaum Luth diceritakan dalam Al-Qur'an surat Hûd: 77-81, Al-Ankabût:
33-34, dan Al-Qamar: 37.
Azab Allah terhadap kaum Luth AS
Di waktu subuh, turunlah azab yang amat dahsyat
berupa bencana alam yang sangat mengerikan. Tanah desa tempat tinggal kaum Luth
menjadi rendah dan turunlah hujan batu dari tanah keras menimpa mereka secara
berturut-turut hingga mereka binasa. Hanya Nabi Luth AS dan kedua putrinya,
serta para pengikutnya yang beriman, yang selamat dari bencana tsb.
Siksa Allah telah ditimpakan kepada orang-orang
yang zalim dan fasik.
Kisah azab terhadap kaum Nabi Luth AS terdapat
dalam surat Al Anbiyâ: 74-75, Hûd: 82-83, dan Al-Qamar: 33-38.
Daerah yang ditimpa siksaan atas kaum Nabi Luth
AS adalah daerah yang kita kenal sekarang sebagai Laut Mati atau Danau Luth.
Mukjizat Nabi Luth: Perjuangan Nabi
Luth adalah menyeru kaum sodom untuk kembali ke jalan yang benar, yaitu
meninggalkan homoseksual, kemudian menyembah Allah. Pada akhirnya Allah SWT
berfirman agar Nabi Luth segera meninggalkan pemukimannya dan kemudian ia
menurunkan azab yang pedih kepada kaum tersebut.
9. Ishaq AS
Nabi Ishaq AS adalah salah satu putra Nabi
Ibrahim AS dari istrinya yang bernama Sarah. Ishaq adalah kata dalam bahasa
Ibrani yang berarti tertawa. Dalam Al Qur'an dikisahkan bahwa Sarah tertawa
ketika mendapat keterangan bahwa dirinya akan memperoleh seorang anak
laki-laki, sementara usianya sudah sangat lanjut, yaitu 90 tahun.
Tatkala Ibrahim merasa ajalnya hampir tiba,
Ishaq belum menikah. Ibrahim tidak ingin menikahkan ia dengan wanita Kana'an
yang tidak mengenal Allah dan asing di dalam keluarganya. Oleh sebab itu ia
menugaskan seorang pelayan agar pergi ke Harran, Irak, dan membawa seorang
perempuan dari keluarganya. Perempuan itu adalah Rafqah binti Batuwael bin
Nahur. Nahur adalah saudara Ibrahim AS, sehingga Rafqah adalah putri kemenakan
Ibrahim AS. Perempuan itu kemudian dinikahkan dengan Ishaq.
Setelah 20 tahun menikah, Ishaq dikaruniai 2
anak kembar, yang pertama diberi nama Al-Aish, yang kedua keluar dengan
memegangi kaki saudaranya sehingga ia diberi nama Ya'qub.
Nabi Ishaq AS meninggal dalam usia 180 tahun dan
dimakamkan di gua tempat ayahnya, Nabi Ibrahim AS, dimakamkan, yaitu di kota
Al-Khalil.
Kisah Nabi Ishaq AS terdapat di Al Qur'an dalam
surat Hûd: 69-74, Maryam: 49, dan As-Saffât: 112-113.
10. Ya'qub AS
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Nabi Ya'qub
AS adalah putra Nabi Ishaq AS, dan ia memiliki saudara kembar bernama Aish.
Ayahnya lebih menyayangi Aish saudaranya karena ia lahir lebih dulu, sedang
ibunya lebih menyayanginya karena ia lebih kecil.
Ketika usianya sudah sangat lanjut, Nabi Ishaq
tak dapat melihat lagi. Ia sering dilayani oleh Aish yang pandai berburu dan
sering mendapatkan kijang. Sedang Ya'qub sangat pendiam dan lebih senang berada
di rumah mempelajari ilmu-ilmu agama.
Perselisihan Ya'qub AS dengan saudaranya
Suatu hari, Ishaq menginginkan suatu makanan, ia
meminta Aish untuk mengambilkannya. Namun atas suruhan ibunya, Ya'qublah yang
lebih dulu mengambilkan makanan itu untuknya. Setelah Ya'qub melayaninya, Ishaq
lalu mendoakannya, "Mudah-mudahan engkau menurunkan nabi-nabi dan
raja-raja."
Doa nabi adalah doa yang mustajab, dan memang
kita ketahui dalam sejarah bahwa keturunan Ya'qub kelak akan melahirkan banyak
para nabi dan raja.
Aish yang mengetahui bahwa saudaranya telah
mendapat doa yang baik dari ayahnya menjadi iri. Ia pun marah dan bahkan
mengancam akan membunuh Ya'qub supaya keturunannya tidak ada yang menjadi nabi
dan raja.
Mengetahui hal ini, Rafqah kemudian menyuruh
Ya'qub agar mengungsi ke tempat pamannya, Laban bin Batwil, di kota Harran,
Irak.
Dalam perjalanan ke rumah pamannya, Ya'qub tidak
berani berjalan di siang hari karena takut akan ditemukan dan disiksa oleh saudaranya.
Ia hanya berani berjalan di malam hari, sedang bila tiba waktu siang ia
beristirahat. Oleh sebab itulah ia juga dikenal dengan nama Israil, yang
artinya berjalan di malan hari. Kelak keturunannya pun dikenal dengan nama Bani
Israil.
Keturunan Ya'qub AS
Laban memiliki dua orang puteri, yang pertama
bernama Leah, dan yang kedua bernama Rahel. Sebenarnya Ya'qub ingin menikah
dengan Rahel, karena ia lebih cantik. Akan tetapi Laban mengatakan bahwa
bukanlah kebiasaan mereka menikahkan yang kecil sebelum yang besar. Jika Ya'qub
ingin menikahi Rahel maka ia harus menikahi Leah lebih dahulu, kemudian bekerja
selama 7 tahun kepada Laban agar dapat meminang Rahel.
Saat itu hukum menikahi dua gadis sekandung
diperbolehkan.
Kepada masing-masing puterinya, Laban memberi
seorang sahaya perempuan. Kepada Leah ia memberikan sahaya perempuan bernama
Zulfa, dan kepada Rahel ia memberikan sahaya perempuan bernama Balhah. Leah dan
Rahel kemudian memberikan sahaya mereka untuk diperistri pula oleh Ya'qub,
sehingga istri Ya'qub menjadi 4 orang.
Dari keempat istrinya ini Ya'qub AS memperoleh
12 orang anak lelaki.
Dari istrinya Leah, ia dikaruniai Ruben,
Syam'un, Lewi, Yahuda, Yasakir, dan Zabulon.
Dari istrinya Rahel, ia dikaruniai Yusuf dan
Bunyamin.
Dari istrinya Balhah, ia dikaruniai Daan dan
Naftali.
Dari istrinya Zulfa, ia dikarunian Jaad dan
Asyir.
Putra-putra Ya'qub inilah yang merupakan cikal
bakal lahirnya Bani Israil. Mereka dan keturunannya disebut sebagai Al-Asbath,
yang berarti cucu-cucu.
Sibith dalam bangsa Yahudi adalah seperti suku
dalam bangsa Arab, dan mereka yang berada dalam satu sibith berasal dari satu
bapak. Masing-masing anak Ya'qub kemudian menjadi bapak bagi sibith Bani
Israil. Maka seluruh Bani Israil berasal dari putra-putra Ya'qub yang berjumlah
12 orang.
Dalam sibith-sibith ini kelak diturunkan para
nabi, antara lain:
Sibith Lewi, di kalangan mereka terdapat Nabi
Musa, Harun, Ilyas, dan Ilyasa.
Sibith Yahuda, di kalangan mereka terdapat Nabi
Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, Isa.
Sibith Bunyamin, di kalangan mereka terdapat
Nabi Yunus.
Setelah lewat 20 tahun Ya'qub tinggal bersama
pamannya, ia pun meminta izin untuk kembali kepada keluarganya di Kana'an. Saat
ia hampir tiba di Kana'an, ia mengetahui bahwa Aish saudaranya telah bersiap
menemuinya dengan 400 orang, sehingga Ya'qub merasa takut dan mendoakannya
serta menyiapkan hadiah besar bagi saudaranya itu yang dikirimkan melalui
orang-orang utusannya.
Lunaklah hati Aish mendapat hadiah pemberian
saudaranya. Kemudian ditinggalkannya negeri Kana'an bagi saudaranya lalu ia
pergi ke Gunung Sa'ir.
Sedangkan Ya'qub, ia pergi kepada ayahnya Ishaq
dan tinggal bersamanya di kota Hebron yang dikenal dengan nama Al-Khalil.
Dalam Al Qur'an, kisah Nabi Ya'qub AS secara
tersendiri tidak ditemui, namun namanya disebut dalam kaitannya dengan
nabi-nabi lain, diantaranya Nabi Ibrahim AS (kakeknya), dan Nabi Yusuf AS
(putranya).
Mukjizat Nabi Ya'qub: Nabi Ya'qub adalah
kakek moyang para rasul sebelum masa Nabi Muhammad. Sikap dan cara berpikirnya
tentu berpengaruh kepada para rasul keturunannya, serta kaum Yahudi dan
kemudian Nasrani penegak panji keesaan Allah sebelum era Nabi Muhammad SAW.
11. Yusuf AS
Putra tersayang Nabi Ya'qub AS
Nabi Yusuf AS adalah salah satu dari 12 orang
putra Nabi Ya'qub AS. Rasa sayang Ya'qub yang berlebihan terhadapnya membuat
saudara-saudaranya menjadi iri hati terhadapnya. Lebih dari itu, wajah Yusuf
pun jauh lebih tampan dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain.
Suatu hari Yusuf bermimpi tentang 11 bintang,
matahari dan bulan, turun dari langit dan bersujud di depannya. Ia menceritakan
mimpinya ini kepada ayahnya. Ya'qub sangat gembira mendengar cerita itu dan
menyatakan bahwa Allah SWT akan memberikan kemuliaan, ilmu, dan kenikmatan
hidup yang mewah bagi putranya.
Saudara-saudara Yusuf membinasakan Yusuf
Saudara-saudara Yusuf merasa iri hati atas
kelebihan kasih sayang yang dicurahkan ayah mereka kepada Yusuf dan adiknya,
Bunyamin. Mereka merencanakan persekongkolan untuk membinasakan Yusuf. Salah
satu dari mereka menyarankan agar jangan membunuhnya, tetapi membuangnya
jauh-jauh ke dalam sumur, agar ia tidak bisa kembali kepada ayahnya.
Yusuf kecil diajak bermain-main oleh
kakak-kakaknya, setelah mereka berhasil membujuk ayahnya untuk mengizinkan
mereka membawa Yusuf. Saat itulah mereka melaksanakan niat jahat mereka untuk
menyingkirkan Yusuf. Ketika sampai di suatu tempat, mereka menceburkan Yusuf ke
dalam sebuah sumur yang dalam. Baju Yusuf dikoyak-koyak dan dilumuri darah
kambing. Kemudian dengan wajah sedih mereka menyampaikan berita pada ayah
mereka bahwa Yusuf telah tewas dimakan serigala.
Kisah mimpi Nabi Yusuf AS dan perbuatan
saudara-saudaranya ini terdapat dalam Al Qur'an surat Yûsuf: 4-21.
Kisah Yusuf dan Zulaikha
Tanpa sepengetahuan saudara-saudaranya, Yusuf ditolong
oleh seorang kafilah yang lewat di tempat itu. Ia kemudian dibawa ke Mesir
untuk dijual sebagai budak hingga akhirnya dibeli oleh keluarga pembesar Mesir
yang bernama Kitfir. Wajah Yusuf yang sangat tampan itu membuat istri pembesar
yang bernama Zulaikha terpikat. Suatu ketika pada saat suaminya tidak ada di
rumah, Zulaikha mengajak Yusuf untuk berbuat tidak senonoh, akan tetapi Yusuf
menolak ajakan tsb sehingga terjadilah ketegangan. Sementara kejadian itu
berlangsung, suami Zulaikha datang dan Zulaikha memutarbalikkan fakta dengan
mengatakan bahwa Yusuf telah berlaku tidak senonoh terhadapnya. Pembesar
itu sangat murka, namun belum sempat ia berbuat sesuatu terhadap Yusuf
tiba-tiba bayi yang ada di sekitar tempat itu berbicara dengan fasihnya. Bayi
itu mengatakan bahwa jika kemeja Yusuf robek di bagian depan maka Yusuflah yang
bersalah, tetapi kalau kemejanya robek di bagian belakang, maka Zulaikha yang
bersalah. Setelah pembesar itu memeriksa, ternyata yang robek adalah kemeja
bagian belakang Yusuf. Dengan demikian Yusuf pun selamat.
Cerita tsb kemudian menyebar ke masyarakat luas.
Zulaikha yang merasa malu karena menjadi pembicaraan orang lalu mengundang
istri-istri para pembesar Mesir ke rumahnya. Mereka diberinya makanan yang
enak-enak serta masing-masing diberi sebilah pisau untuk mengupas buah. Ketika
mereka sibuk mengupas buah, Zulaikha menyuruh Yusuf keluar. Ketika melihat
wajah Yusuf, saking terpesonanya tanpa sadar para wanita itu mengiris jari-jari
tangan mereka sendiri. Kini mereka mengerti mengapa Zulaikha begitu terpikat
pada Yusuf. Sebagian dari mereka menyarankan Yusuf untuk menerima keinginan
Zulaikha, lagipula Zulaikha sendiri adalah wanita yang sangat cantik.
Mendengar itu, Nabi Yusuf AS berdoa agar tetap
diberi keteguhan iman. Akhirnya, atas permintaan Zulaikha yang merasa terhina,
Yusuf AS dimasukkan ke dalam penjara.
Kisah ini terdapat dalam surat Yûsuf: 22-35.
Kecerdasan Yusuf menafsirkan mimpi
Nabi Yusuf AS dikaruniai oleh Allah kemampuan
untuk menafsirkan mimpi. Saat Yusuf AS di penjara, suatu hari dua orang teman
sepenjaranya bercerita padanya tentang mimpi mereka. yang pertama adalah kepala
tukang pembuat minuman bernama Nabu, bermimpi bahwa ia melihat dirinya memeras
anggur untuk membuat arak. Orang kedua adalah kepala tukang roti bernama
Malhab, bermimpi bahwa ia melihat dirinya memikul roti di atas kepalanya, yang
mana kepalanya itu dimakan oleh burung-burung.
Yusuf pun menafsirkan mimpi mereka, ia berkata
kepada kedua orang itu, "Wahai engkau kepala tukang minuman, bergembiralah,
engkau akan memberi minum tuanmu dengan khamar, yang berarti engkau akan
dibebaskan lantaran engkau tidak terbukti terlibat persekongkolan melawan raja.
Adapun engkau hai kepala tukang roti, maafkan
aku dengan terpaksa aku mengatakan bahwa engkau akan dihukum mati dengan cara
disalib, dan burung-burung akan memakan sebagian kepalamu, karena engkau
terbukti terlibat persekongkolan melawan raja.
Demikian putusan Allah sebagaimana yang aku
terangkan, dan itu pasti terjadi karena aku tidak berbicara sembarangan
melainkan apa yang telah diilhamkan Tuhanku kepadaku dalam menafsirkan mimpi
kalian berdua."
Semua yang diramalkan Yusuf benar-benar terjadi,
dan kepala minuman akhirnya menerima kebebasannya. Saat ia akan keluar, Yusuf
berpesan padanya agar ia menceritakan kepada raja perihal keadaan dirinya. Ia
ingin raja meninjau kembali keputusannya karena sesungguhnya ia tidak bersalah.
Akan tetapi karena terlalu gembiranya tukang minuman itu sehingga ia lupa
menyampaikan pesan Yusuf pada raja, dan mengakibatkan Yusuf harus tinggal di
penjara beberapa tahun lagi.
Kemampuan Nabi Yusuf AS dalam menafsirkan mimpi
kedua rekannya ini diceritakan dalam Al-Qur'an surat Yûsuf: 36-42.
Mimpi Raja
Pada suatu hari, raja mengalami mimpi yang
sangat menggelisahkan dan menakutkan dirinya. Ia lalu mengumpulkan dukun-dukun
dan orang-orang pintar untuk meminta mereka menafsirkan mimpinya. Ia berkata,
"Sesungguhnya aku telah bermimpi melihat 7 ekor sapi gemuk dimakan oleh 7
ekor sapi kurus, dan aku bermimpi pula melihat 7 batang gandum hijau dan 7
batang gandum kering, maka terangkanlah takwil mimpi itu jika kalian mampu
menafsirkannya."
Orang-orang yang ada di situ terkejut mendengar
mimpi raja ini. Mereka merasa bingung dan memberikan jawaban yang tidak
memuaskan dengan mengatakan bahwa mimpi itu tidak bisa ditafsirkan karena ia
hanya berupa impian yang kacau dari raja dan tidak memiliki makna apa-apa,
disamping mereka sebenarnya memang tidak memiliki pengetahuan perihal
penafsiran mimpi.
Saat itu kepala tukang minuman mendengar mimpi
raja dan jawaban dari para dukun dan orang-orang pintar itu. Ia pun teringat
kembali pada Yusuf. Segera berkata ia pada hadirin yang ada di ruangan itu,
"Aku sanggup memberitahu kalian tentang arti dari mimpi ini, karena di
dalam penjara ada seorang pemuda bernama Yusuf. Aku dan kepala tukang roti
pernah ditahan bersamanya. Kami pernah bermimpi dan telah diterangkan oleh
Yusuf dan terbukti kebenarannya. Apabila paduka setuju mengirimkan aku kepada
Yusuf, maka aku akan membawa penafsiran dari mimpi ini."
Akhirnya diutuslah kepala tukang minuman itu
kepada Yusuf. Setelah berbincang-bincang dengan Yusuf dan menceritakan
sebab-sebab kealpaannya terhadap pesan Yusuf, ia pun mengutarakan maksud
kedatangannya.
"Hai Yusuf yang berkata benar, terangkanlah
arti mimpi berikut: 7 ekor sapi gemuk dimakan 7 ekor sapi kurus, dan 7 batang
gandum hijau berdekatan dengan 7 batang gandum kering.
Berilah fatwa kepadaku hai Yusuf tentang hakikat
mimpi ini, supaya aku memberitahukannya kepada orang-orang di kerajaan,
barangkali mereka mengetahui keutamaan dan kedudukan ilmumu."
Yusuf pun mulai menerangkan arti mimpi raja.
Bukan hanya itu, ia menerangkan pula pemecahan kesulitan yang timbul dari arti
mimpinya. Ia berkata, "Mesir akan mengalami 7 tahun yang subur, maka pada
tahun-tahun itu hendaklah kamu menanami tanahmu dengan gandum dan sya'ir,
kemudian hasil panenannya kamu simpan dalam batang-batang gandumnya, dan jangan
boros dalam pemakaian, gunakan sekedar yang dibutuhkan saja. Setelah itu akan
datang 7 tahun yang kering dimana kamu akan memakan persediaan gandum yang kamu
simpan, dan jangan pula dihabiskan, supaya dapat digunakan sebagai bibit untuk
tahun-tahun berikutnya.
Setelah lewat tahun-tahun kering ini, akan
datang satu tahun yang subur dimana turun hujan dan tanah akan menghasilkan
biji-bijian yang banyak dan sari buah-buahan seperti anggur dan zaitun."
Kisah tentang mimpi raja ini diceritakan dalam
surat Yûsuf: 43-49.
Yusuf dibebaskan dari penjara
Kepala tukang minuman segera menyampaikan tafsir
mimpi yang telah diterangkan Yusuf kepada raja, maka raja pun mengirim utusan
untuk memanggil Yusuf dan menjelaskan kembali secara rinci. Akan tetapi Yusuf
enggan keluar dari penjara sebelum namanya dibebaskan dari segala tuduhan yang
difitnahkan kepadanya. Ia minta supaya pihak kerajaan menyelidiki
persekongkolan terhadap dirinya dan menanyai wanita-wanita yang menghadiri
jamuan makan di rumah istri pembesar bekas majikannya dulu tentang sebab-sebab
penahanannya supaya mereka menjadi saksi dalam perkaranya.
Permintaan Yusuf ini kemudian disampaikan oleh
utusan kepada raja. Raja pun menyuruh para utusan untuk memanggil wanita-wanita
itu dan menjelaskan fakta yang sebenarnya. Mereka pun bersaksi bahwa Yusuf
memang tidak bersalah, dan bahwa istri pembesar Mesir, Zulaikha, itulah yang
justru merayu Yusuf. Setelah adanya kesaksian dari wanita-wanita ini, Zulaikha
sendiri tidak bisa menyangkal lagi. Akhirnya ia pun mengakui perbuatannya.
Dengan demikian keluarlah Yusuf dari penjara
dengan diri yang bersih dari segala tuduhan dan fitnah. Raja kemudian juga
merehabilitasi namanya di masyarakat. Allah telah mentakdirkan kezaliman yang
selama ini diterima oleh Yusuf berganti dengan kemuliaan.
Kisah ini diterangkan dalam Al-Qur'an surat
Yûsuf: 50-53.
Kebenaran tentang Yusuf telah menambah
kepercayaaan raja kepadanya, sehingga ia kemudian mengangkatnya menjadi menteri
yang mengurusi berbagai masalah ekonomi dan keuangan bagi negara Mesir. Inilah
balasan Allah kepada hamba-hambaNya yang saleh.
Kisah pengangkatan Yusuf dalam kedudukan yang
mulia ini diterangkan dalam surat Yûsuf: 54-57.
Pertemuan Yusuf dengan saudara-saudaranya
Takwil mimpi yang telah diterangkan Yusuf
kemudian benar-benar terwujud. Pada masa 7 tahun yang subur, Yusuf telah
memerintahkan rakyat Mesir untuk menyimpan kelebihan biji-bijian dari hasil
tanaman mereka. Kemudian datanglah masa paceklik pada 7 tahun berikutnya.
Timbul bencana kelaparan dan kekeringan, terutama di negeri-negeri tetangga
lantaran ketiadaan persiapan penduduk untuk menghadapinya, termasuk negeri
Palestina dimana keluarga Yusuf tinggal.
Ya'qub dan anak-anaknya juga mengalami kesulitan
ini. Ia mendengar bahwa di Mesir ada persediaan makanan yang cukup, maka ia pun
menyuruh anak-anaknya, kecuali Bunyamin, untuk pergi ke Mesir dengan membawa
perbekalan berupa barang-barang dan perak serta lainnya untuk ditukar dengan
gandum dan sya'ir.
Tatkala mereka telah tiba di istana kerajaan
Mesir dan bertemu dengan Yusuf, melihat raut wajah mereka dan pakaian mereka
yang menunjukkan bahwa mereka berasal dari Palestina, tahulah Yusuf bahwa itu
adalah saudara-saudaranya. Namun mereka tidak mengenali dirinya dikarenakan
kondisi Yusuf yang sudah jauh berubah, pakaiannya yang khusus, dan logat
bicaranya yang menggunakan bahasa Mesir kuno.
Yusuf memperlakukan saudara-saudaranya layaknya
seorang tamu, dan menimbang gandum dan sya'ir bagi mereka dengan takaran yang
dilebihkan, serta memberi bekal untuk perjalanan pulang mereka. Ketika mereka
bersiap-siap akan pergi, Yusuf berkata, "Bawalah kepadaku seorang lagi
saudaramu yang seayah denganmu. Jika kalian tidak membawanya, maka aku tidak
akan mau menukarkan makanan lagi bagi kalian, jika kalian kembali ke Mesir
untuk kedua kalinya."
Mereka pun berkata, "Kami akan membujuk
ayah kami supaya beliau mengizinkan kami membawanya ke Mesir, dan kami tegaskan
kepadamu bahwa kami akan melaksanakan perintahmu."
Ketika mereka hendak berangkat pulang, Yusuf
menyuruh pelayan menyisipkan kembali barang-barang saudaranya yang telah
ditukar dengan gandum dan sya'ir itu ke dalam karung-karung mereka tanpa
sepengetahuan mereka. Hal ini dimaksudkan supaya mereka merasa senang dan
berbaik sangka kepadanya, sehingga mereka akan kembali lagi ke Mesir karena
berharap akan mendapat lebih banyak lagi kebaikan darinya.
Saudara-saudara Yusuf kembali ke Palestina dan
menceritakan tentang kebaikan dari menteri ekonomi Mesir serta penghormatan
yang mereka terima. Mereka juga menyampaikan permintaan menteri Mesir itu agar
mereka membawa Bunyamin jika nanti mereka hendak kembali ke Mesir.
Rupanya setelah ditinggalkan oleh Yusuf, Ya'qub
sangat berduka. Setiap hari ia menangis sampai matanya memutih dan buta.
Mendengar permintaan yang disampaikan saudara-saudara Yusuf ini, Ya'qub tidak
mempercayai mereka. Namun mereka terus membujuk dan mengatakan bahwa jika
Bunyamin tidak mereka bawa, mereka tidak akan mendapatkan makanan lagi dari
menteri Mesir itu.
Mereka juga berjanji akan menjaga Bunyamin
dengan sebaik-baiknya dan tidak akan menyia-nyiakannya.
Setelah mendengar janji putra-putranya ini, hati
Ya'qub sedikit lebih tentram. Akhirnya dengan berat hati Ya'qub pun mengizinkan
mereka membawa Bunyamin. Ia juga berpesan pada mereka supaya masuk ke kota
melalui beberapa pintu agar tidak menarik perhatian.
Kisah pertemuan Yusuf dengan saudara-saudaranya
ini diterangkan dalam surat Yûsuf: 58-67.
Yusuf menahan Bunyamin
Saat mereka datang lagi ke Mesir bersama
Bunyamin, Yusuf berusaha mencari kesempatan untuk bisa berdua saja dengan
Bunyamin, kemudian ia mengatakan padanya bahwa ia adalah Yusuf, saudaranya sekandung.
Ia menceritakan tentang apa yang telah dilakukan saudara-saudaranya dulu
kepadanya, dan apa yang telah terjadi padanya.
Yusuf memiliki rencana untuk bisa menahan
Bunyamin lebih lama bersamanya. Ketika saudara-saudara Yusuf akan pulang, Yusuf
menyelipkan piala untuk minum raja ke dalam karung Bunyamin. Saat mereka sudah
akan berangkat, salah seorang pegawai Yusuf memanggil mereka kembali, dan
mengatakan bahwa piala raja telah hilang. Barang siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan seberat muatan seekor unta.
Saudara-saudara Yusuf bersumpah bahwa mereka
tidak mencuri. Salah seorang pegawai Yusuf kemudian bertanya, "Apa
balasannya jika ternyata kalian berdusta?"
Mereka menjawab, "Pada siapa diketemukan
barang yang hilang itu dalam karungnya, maka dia dijadikan budak. Ini adalah
balasan yang adil bagi pencuri menurut syariat Ya'qub."
Maka mulailah Yusuf dan para pegawainya
memeriksa karung-karung mereka. Sengaja karung Bunyamin diperiksa paling akhir
supaya tidak timbul kecurigaan pada saudara-saudaranya yang lain bahwa
pencurian itu telah diatur.
Saat ditemukan piala itu dalam karung Bunyamin,
saudara-saudara Yusuf sangat terkejut menyaksikan hal itu. Mereka merasa malu
dengan peristiwa ini, karenanya mereka berkata, "Sesungguhnya telah
mencuri pula saudaranya sebelum ini."
Tentu saja yang mereka maksud adalah Yusuf
sendiri. Yusuf memahami apa yang dimaksud saudara-saudaranya ini, dan
sesungguhnya ia merasa jengkel dan kecewa terhadap mereka, tapi sikap itu tidak
diperlihatkannya.
Menurut riwayat, tatkala Rahel ibu Yusuf pergi
bersama Yusuf menuju Palestina, ia membawa sebuah patung kecil milik ayahnya
Laban. Laban yang merasa kehilangan patung itu kemudian mencarinya, tapi ia
tidak bisa menemukannya baik pada Rahel maupun orang lain, karena Rahel telah
menyembunyikannya di sela-sela perlengkapan unta yang dinaikinya.
Ketika Ya'qub dan keluarganya tiba di Palestina,
patung itu berada pada Yusuf dan dibuat mainan lantaran ia menyerupai boneka
yang biasa dimainkan oleh anak-anak kecil. Itulah sebabnya Yusuf dituduh
mencurinya dari rumah kakeknya Laban, padahal kenyataannya tidaklah begitu.
Saudara-saudara Yusuf memohon padanya agar
Bunyamin dibebaskan dan mengambil salah satu dari mereka sebagai penggantinya.
Mereka berkata, "Wahai Al-Aziz, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah
lanjut usianya, lantaran itu ambilah salah seorang di antara kami sebagai
gantinya, sesungguhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang berbuat
baik."
Maka Yusuf pun menjawab, "Aku tidak akan
menahan seseorang, kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya.
Jika kami menahan orang yang tidak bersalah, maka kami termasuk orang-orang
yang zalim."
Saudara-saudara Yusuf merasa bingung dan putus
asa. Mereka telah berjanji pada ayah mereka untuk menjaga Bunyamin dengan
sebaik-baiknya. Sebelum ini mereka telah menyia-nyiakan Yusuf, jika sekarang
mereka tidak membawa Bunyamin pulang, pastilah ayah mereka akan marah dan tidak
mempercayai mereka.
Setelah berunding dan berbisik-bisik, berkatalah
yang tertua dari mereka, "Aku tidak akan meninggalkan Mesir sampai ayah
mengizinkan aku kembali, atau Allah memberikan keputusan kepadaku. Dan Dia
adalah hakim yang paling adil."
Namun Yusuf berkata, "Kembalilah pada
ayahmu, dan katakan bahwa anaknya telah mencuri, dan bahwasanya kalian hanya
menyaksikan apa yang terjadi dan tak mampu menjaga barang yang hilang."
Akhirnya saudara-saudara Yusuf pulang tanpa
Bunyamin. Dengan demikian siasat Yusuf untuk menahan adik kandungnya akhirnya
berhasil. Kisah ini diterangkan dalam surat Yûsuf: 68-82.
Yusuf berkumpul kembali bersama keluarganya
Ya'qub sangat sedih mendengar kejadian yang
menimpa Bunyamin. Ia tidak mempercayai perkataan anak-anaknya dan sangat kecewa
terhadap mereka. Kendati demikian, ia memasrahkan semuanya kepada Allah SWT dan
percaya bahwa Allah pasti akan mewujudkan harapannya untuk bisa bertemu kembali
dengan kedua putra tercintanya itu.
Ya'qub memerintahkan anak-anaknya untuk mencari
kabar tentang Yusuf dan Bunyamin. Putra-putranya mematuhi perintah ayah mereka,
dan kembali ke Mesir. Kepada Yusuf, mereka memohon belas kasihannya agar ia
berkenan melepaskan Bunyamin. Mereka pun mengadukan keadaan mereka yang miskin
dan membutuhkan makanan dengan harapan Yusuf mau memberi mereka bahan makanan
yang cukup.
Timbul rasa iba dalam hati Yusuf mendengar
keluhan saudara-saudaranya, sehingga terpikir olehnya untuk mengungkapkan siapa
dirinya yang sebenarnya supaya mereka bisa tinggal bersamanya dalam keadaan
sejahtera. Kemudian ia memanggil Bunyamin, lalu berkatalah Yusuf kepada
saudara-saudaranya, "Tahukan kalian akan buruknya perlakuan kalian kepada
Yusuf dan saudaranya? Ingatkah kalian akan perbuatan kalian memisahkan Yusuf
dan ayahnya dengan membuangnya ke dalam sumur?
Dan kepada Bunyamin, maka kalian telah membuatnya
bersedih atas kehilangan saudaranya sehingga ia pun ikut menderita."
Mendengar perkataan Yusuf, mulai timbul dugaan
dalam diri saudara-saudaranya, jangan-jangan pembesar yang berbicara di hadapan
mereka ini adalah Yusuf.
Dengan berdebar-debar mereka bertanya,
"Apakah engkau Yusuf?"
Yusuf menjawab, "Benar, aku Yusuf. Dan ini
saudaraku Bunyamin."
Maka saudara-saudara Yusuf pun segera memohon
ampun dan meminta maaf kepadanya atas kejahatan yang pernah mereka lakukan
dahulu. Dengan berlapang dada, Yusuf memaafkan kesalahan saudara-saudaranya. Ia
lalu memerintahkan mereka untuk menjemput ayahnya beserta keluarga mereka untuk
datang ke Mesir.
Mengetahui bahwa ayahnya telah kehilangan
penglihatan lantaran kesedihan yang amat sangat semenjak kepergiannya, Yusuf
memberikan gamisnya untuk diusapkan ke wajah ayahnya supaya ia dapat melihat
kembali.
Setelah mengusapkan gamis Yusuf ke wajahnya,
Ya'qub dapat merasakan keberadaan Yusuf dan segera mengetahui bahwa Yusuf masih
hidup. Karena gembira dengan kenyataan itu ia pun dapat melihat kembali dengan
seizin Allah.
Akhirnya Yusuf pun dapat berkumpul kembali
dengan kedua orangtua dan saudara-saudaranya di Mesir. Ya'qub dan anak-anaknya
telah diliputi rasa hormat kepada Yusuf yang telah diberi kemuliaan oleh Allah.
Mereka pun memberikan penghormatan kepadanya dengan cara menundukkan kepala
sesuai dengan adat pada masa itu dalam menghormati pembesar yang berkuasa.
Melihat ini, Yusuf teringat akan mimpinya dulu
ketika ia masih kecil, maka ia berkata kepada ayahnya, "Inilah tafsir
mimpiku yang dulu kuceritakan kepadamu, ketika di dalam mimpi aku melihat 11
bintang serta matahari dan bulan bersujud kepadaku."
Kisah mengharukan berkumpulnya Yusuf dengan
keluarganya ini terdapat dalam surat Yûsuf: 83-101
Mukjizat Nabi Yusuf: Nabi Yusuf
dikisahkan dalam riwayatnya sebagai seorang pria yang sangat tampan dan sangat
piawai dalam memimpin negaranya. Sejak kecia dia mendapat mimpi yang tidak
biasa dan ketika besar dia dapat mentakwilkan mimpinya tersebut, sehingga dia
sangat dihormati oleh masyarakat sekitarnya.
12. Ayyub AS
Nabi Ayyub AS adalah putra dari Aish bin Ishaq
AS bin Ibrahim AS. Sebagaimana disebutkan dalam kisah Nabi Yaqub AS, Aish
adalah saudara kembar Nabi Yaqub AS, jadi Nabi Ayyub masih kemenakan Nabi Yaqub
AS dan sepupu Nabi Yusuf AS.
Nabi Ayyub AS adalah salah seorang nabi yang
terkenal kaya raya, hartanya melimpah, ternaknya tak terbilang jumlahnya. Namun
demikian ia tetap tekun beribadah, gemar berbuat kebajikan, suka menolong orang
yang menderita, terlebih dari golongan fakir miskin.
Keraguan iblis terhadap ketaatan Nabi Ayyub AS
Para malaikat di langit terkagum-kagum dan
membicarakan tentang ketaatan Ayyub dan keikhlasannya dalam beribadah kepada
Allah. Iblis yang mendengar pembicaraan para malaikat ini merasa iri dan ingin
menjerumuskan Ayyub agar menjadi orang yang tidak sabar dan celaka.
Mula-mula iblis mencoba sendiri menggoda Nabi
Ayyub agar tersesat dan tidak bersyukur kepada Allah, namun usahanya ini gagal,
Nabi Ayyub tetap tak tergoyahkan. Lalu iblis menghadap Allah, meminta agak ia
diizinkan untuk menguji keikhlasan Nabi Ayyub. Ia berkata, "Wahai Tuhan,
sesungguhnya Ayyub senantiasa patuh dan berbakti kepada-Mu, senantiasa
memuji-Mu, tak lain hanyalah karena takut kehilangan kenikmatan yang telah
Engkau berikan kepadanya, karena ia ingin kekayaannya tetap terpelihara. Semua
ibadahnya bukan karena ikhlas, cinta, dan taat kepada-Mu. Andaikata ia terkena
musibah dan kehilangan harta benda, serta anak-anak dan istrinya, belum tentu
ia akan tetap taat dan ikhlas menyembah-Mu."
Allah berfirman kepada iblis, "Sesungguhnya
Ayyub adalah hamba-Ku yang sangat taat kepada-Ku. Ia sesorang mu'min sejati.
Apa yang ia lakukan untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah semata-mata
didorong iman yang teguh kepada-Ku. Iman dan taqwanya takkan tergoyahkan hanya
oleh perubahan keadaan duniawi. Cintanya kepada-Ku takkan berkurang walaupun
ditimpa musibah apa pun yang melanda dirinya, karena ia yakin bahwa apa yang ia
miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya, atau
Ku-jadikan berlipat ganda. Ia bersih dari segala tuduhan dan prasangkamu.
Engkau tidak rela melihat hamba-hamba-Ku, anak
cucu Adam, berada di atas jalan yang lurus. Untuk menguji keteguhan hati Ayyub
dan keimanannya pada takdir-Ku, Ku-izinkan kau menggoda dan mencoba
memalingkannya dari-Ku. Kerahkan seluruh pembantu-pembantumu untuk menggoda
Ayyub melalui harta dan keluarganya. Cerai beraikan keluarganya yang rukun
damai sejahtera itu. Lihatlah, sampai dimana kemampuanmu untuk menyesatkan
Ayyub hamba-Ku."
Ujian dan cobaan Allah terhadap Nabi Ayyub AS
Demikianlah, iblis dan para pembantunya mulai
menyerbu keimanan Ayyub. Mula-mula mereka membinasakan hewan ternak
pemeliharaan Ayyub, disusul lumbung-lumbung gandum dan lahan pertaniannya yang
terbakar dan musnah.
Iblis mengira Ayyub akan berkeluh kesah setelah
kehilangan ternak dan pertaniannya, namun ternyata Ayyub tetap berhusnuzhon
(berbaik sangka) kepada Allah. Segalanya ia pasrahkan kepada Allah. Harta
adalah titipan Allah yang sewaktu-waktu dapat saja diambil kembali.
Berikutnya iblis mendatangi putra-putra Nabi
Ayyub AS yang sedang berada di sebuah gedung yang besar dan megah. Mereka
menggoyang-goyangkan tiang-tiang gedung sehingga gedung itu roboh dan anak-anak
Ayyub yang berada di dalamnya mati semuanya.
Iblis mengira usahanya kali ini akan berhasil
menggoyahkan iman Nabi Ayyub yang sangat menyayangi putra-putranya itu, namun
sekali lagi mereka harus kecewa. Nabi Ayyub tetap berserah diri kepada Allah.
Ia memang bersedih hati dan menangis, tapi jiwa dan hatinya tetap kokoh dalam
keyakinan bahwa jika Allah yang Maha Pemberi menghendaki sesuatu, tak ada
seorang pun yang mampu menghalangi-Nya.
Iblis yang masih belum puas, lalu menaruh baksil
di sekujur tubuh Ayyub sehingga beliau menderita penyakit kulit yang sangat
menjijikkan, hingga ia dijauhi sanak famili dan tetangganya. Istri-istrinya
banyak yang lari meninggalkannya, hanya seorang saja yang tetap setia
mendampinginya, yaitu Rahmah. Lebih parah lagi, para tetangga Nabi Ayyub AS
yang tidak mau ketularan penyakit yang diderita Nabi Ayyub, mengusirnya dari
kampung mereka. Maka pergilah Nabi Ayyub dan istrinya Rahmah ke sebuah tempat
yang sepi dari manusia.
Waktu 7 tahun dalam penderitaan terus-menerus
memang merupakan ujian terberat bagi Ayyub dan Rahmah, namun Nabi Ayyub tetap
bersabar dan berzikir menyebut Asma Allah. Diriwayatkan bahwa istrinya berkata,
"Hai Ayyub, seandainya engkau berdoa kepada Tuhanmu, niscaya dia akan
membebaskanmu."
Namun Nabi Ayyub AS malah menjawab, "Aku telah
hidup selama 70 tahun dalam keadaan sehat, dan Allah baru mengujiku dalam
keadaan sakit selama 7 tahun. Ketahuilah, itu amat sedikit dibandingkan masa 70
tahun."
Begitulah, Nabi Ayyub menerima ujian dari Allah
SWT dengan sabar dan ikhlas. Ia telah hidup dalam kenikmatan selama puluhan
tahun, maka ia merasa malu untuk berkeluh kesah kepada Allah SWT atas
kesengsaraan yang hanya beberapa tahun. Sakit Nabi Ayyub membuat tidak ada lagi
anggota badannya yang utuh kecuali jantung/hati dan lidahnya. Dengan hati dan
lidahnya ini, Nabi Ayyub AS tak pernah berhenti berzikir kepada Allah, baik di
waktu pagi, siang, sore dan malam hari.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari,
Rahmah terpaksa bekerja pada suatu pabrik roti. Pagi ia berangkat, sorenya ia
kembali ke rumah pengasingan. Namun lama-kelamaan majikannya mengetahui bahwa
Rahmah adalah istri Nabi Ayyub yang memiliki penyakit berbahaya. Mereka
khawatir Rahmah akan membawa baksil yang dapat menular melalui roti, oleh sebab
itu mereka kemudian memecatnya.
Rahmah yang setia ini masih memikirkan suaminya.
Ia meminta agar majikannya berkenan memberinya hutang roti, tetapi
permintaannya ini ditolak. Majikannya hanya mau memberinya roti jika ia
memotong gelung rambutnya yang panjang, padahal gelung rambut itu sangat
disukai suaminya. Namun demi untuk mendapatkan roti, Rahmah akhirnya setuju
dengan usul majikannya itu.
Ternyata, perbuatannya itu membuat Ayyub menduga
bahwa ia telah menyeleweng. Akhirnya pada suatu hari, mungkin karena sudah
tidak tahan dengan penderitaan yang terus-menerus dihadapi, Rahmah pamit untuk
meninggalkan suaminya. Ia beralasan ingin bekerja agar dapat menghidupi
suaminya. Nabi Ayyub melarangnya, tapi Rahmah tetap bersikeras sembari berkeluh
kesah. Sesungguhnya tindakan Rahmah ini pun tak lepas dari peranan iblis yang
menghasutnya untuk meninggalkan suaminya Ayyub.
Mendengar keluh kesah istrinya, berkatalah
Ayyub, "Kiranya kau telah terkena bujuk rayu iblis, sehingga berkeluh
kesah atas takdir Allah. Awas, kelak jika aku telah sembuh kau akan kupukul
seratus kali. Mulai saat ini tinggalkan aku seorang diri, aku tak membutuhkan
pertolonganmu sampai Allah menentukan takdir-Nya."
Dengan demikian tinggallah kini Nabi Ayyub
seorang diri setelah ia mengusir Rahmah istrinya. Di tengah kesendiriannya,
Nabi Ayyub AS bermunajat kepada Allah SWT dengan sepenuh hati memohon rahmat
dan kasih-Nya. Allah SWT menerima doa Nabi Ayyub AS yang telah mencapai puncak
kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi ujian dan cobaan. Berfirmanlah Ia
kepada Nabi Ayyub, "Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ akan memancar
air yang dengannya kau akan sembuh dari penyakitmu. Kesehatanmu akan pulih jika
kau mempergunakannya untuk minum dan mandi."
Setelah meminum dan mandi dengan air itu, Ayyub
pun sembuh seperti sedia kala. Sementara itu Rahmah istrinya yang telah pergi
meninggalkannya, rupanya lama-kelamaan merasa kasihan dan tak tega membiarkan
suaminya seorang diri. Ia datang untuk menjenguk, namun ia tak mengenali lagi
suaminya, karena kini Nabi Ayyub tampak lebih sehat, lebih segar, dan lebih
tampan. Nabi Ayyub sangat gembira melihat istrinya kembali, namun ia teringat
sumpahnya yaitu ingin memukul istrinya seratus kali. Ia harus melaksanakan
sumpah itu, tapi ia bimbang karena bagaimanapun istrinya telah turut menderita
sewaktu bersamanya 7 tahun ini. Tegakah ia memukulnya seratus kali?
Allah mengetahui kebimbangan yang dirasakan Nabi
Ayyub AS. Maka datanglah wahyu Allah kepada Nabi Ayyub, "Hai Ayyub,
ambillah lidi seratus batang dan pukullah istrimu sekali saja. Dengan demikian
tertebuslah sumpahmu."
Nabi Ayyub merasa lega dengan jalan keluar yang
diwahyukan Allah itu. Dengan lidi seratus, dipukulnya istrinya dengan satu kali
pukulan yang sangat pelan, maka sumpahnya telah terlaksana.
Berkat kesabaran dan keteguhan imannya, Nabi
Ayyub AS dikaruniai lagi harta benda yang melimpah ruah. Dari Rahmah, ia
kemudian memperoleh anak bernama Basyar yang kemudian hari menjadi seorang nabi
yang dikenal dengan nama Zulkifli.
Kisah Nabi Ayyub AS ini merupakan teladan bagi
hamba-hamba-Nya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman. Riwayat Nabi Ayyub AS
terdapat dalam surat Al-Anbiyâ: 83-84 dan surat Sâd: 41-44.
Mukjizat Nabi Ayub: Nabi Ayub dikenal
seorang yang kaya raya dan sangat dermawan. Namun kesejahteraan ini tidak membuatnya
sombong, ini yang mendorong iblis untuk menggodanya.
Allah pun menentang iblis sekiranya dia dapat meruntuhkan iman Nabi Ayub. Ujian
itu pun tiba, seluruh harta kekayaan yang dimiliki Nabi Ayub habis terbakar,
setelah itu Nabi Ayub terserang penyakit kulit hingga 80 tahun lamanya.
Namun dia dan istrinya yang setia, Rahmah, tetap bertawakal kapada Allah SWT.
Sampai akhirnya Allah berfirman agar Nabi Ayub menapakkan kakinya ditanah.
kemudian dari tanah tersebut keluar air yang dapat menyembuhkan penyakit yang
dideritanya selama 80 tahun.
13. Zulkifli AS
Nama aslinya ialah Basyar, anak Nabi Ayyub AS
dari istrinya Rahmah. Seperti ayahnya, Zulkifli juga mempunyai sifat yang sabar
dan teguh dalam pendirian. Ia hidup di sebuah negara yang dipimpin oleh seorang
Raja yang arif bijaksana. Pada suatu hari Raja tsb mengumpulkan rakyatnya dan
bertanya, "Siapakah yang sanggup berlaku sabar, jika siang berpuasa dan
jika malam beribadah?"
Tak ada seorang pun yang berani menyatakan
kesanggupannya. Akhirnya anak muda bernama Basyar mengacungkan tangan dan
berkata ia sanggup melakukan itu.
Sejak saat itulah ia dipanggil dengan Zulkifli
yang artinya sanggup.
Nabi Zulkifli AS juga seorang raja. Di waktu
malam ia beribadah dan di waktu siang ia berpuasa. Ia juga diangkat menjadi
hakim. Tidurnya di waktu malam sangat sedikit sekali. Pada suatu malam, ketika
ia hendak pergi tidur ada seorang tamu yang hendak mengganggunya. Mestinya saat
itu adalah saat beristirahat bagi Zulkifli, tapi ia melayani tamunya dengan
sabar.
"Ada apakah saudara kemari di malam
hari?" tanya Zulkifli.
"Hamba seorang musafir, barang-barang hamba
dirampok di perjalanan", jawab tamu itu.
"Datanglah besok pagi atau petang
hari," kata Zulkifli.
Namun besok paginya orang itu tidak datang,
padahal Zulkifli sudah menunggunya di ruang sidang. Petang harinya orang itu
juga tidak datang, padahal ia telah menyatakan bersedia untuk datang.
Malam harinya, ketika Zulkifli sedang
bersiap-siap untuk tidur, orang itu datang lagi.
"Mengapa waktu sidang dibuka kau tidak
datang?" tanya Zulkifli.
"Orang yang merampok saya cerdik Tuanku.
Jika waktu sidang dibuka, barang saya dikembalikan, jika sidang hendak ditutup,
barang saya dirampasnya lagi", jawab orang itu.
Pada suatu malam, Raja Zulkifli sangat
mengantuk. Ia telah berpesan pada penjaga agar menutup semua pintu dan
menguncinya. Saat ia hendak membaringkan diri, terdengar suara pintu kamarnya
diketuk orang.
"Siapa yang masuk?" tanya Zulkifli
pada prajurit penjaganya.
"Tidak ada seorang pun Tuanku", jawab
prajurit penjaganya dengan nada heran. Jelas tadi ia mendengar suara pintu
diketuk. Lalu diperiksanya sekeliling rumah, ternyata ia menemukan seseorang.
Ia merasa heran, jelas semua pintu telah terkunci rapat. Bagaimana orang itu
bisa masuk?
"Kau bukan manusia, kau pasti iblis!"
kata Zulkifli.
"Ya, aku memang iblis yang ingin menguji
kesabaranmu. Ternyata memang benar, kau orang yang dapat memenuhi kesanggupanmu
dulu."
Memang demikianlah adanya. Zulkifli adalah Nabi
yang sabar, selalu mempergunakan akal sehatnya, tidak pernah marah kepada para
tamunya. Dikisahkan bahwa suatu hari terjadi peperangan antara negerinya dengan
pemberontak yang durhaka kepada Allah. Raja Zulkifli memerintahkan prajurit dan
rakyatnya untuk pergi ke medan juang. Tapi apa yang terjadi? Ternyata rakyatnya
takut berperang. Mereka takut mati.
Rakyatnya hanya mau berperang jika Zulkifli mau
mendoakan kepada Allah agar Allah menjamin hidup mereka, agar mereka tidak
mati. Mendengar itu Zulkifli tidak lantas marah, bahkan ia pun bersedia
memenuhi permintaan rakyatnya untuk berdoa kepada Allah. Maka Allah mewahyukan
kepadanya, "Aku telah mengetahui permintaan mereka, dan aku mendengar
doamu. Semua itu akan Kukabulkan."
Akhirnya dalam peperangan itu mereka memperoleh
kemenangan, dan sesuai janji Allah, tidak satu pun dari mereka yang mati di
medan juang.
Nama Nabi Zulkifli hanya 2 kali disebut dalam Al
Qur'an, yaitu dalam surat Al-Anbiyâ ayat 85 yang artinya: "Dan (ingatlah
kisah) Ismail, Idris, dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang
sabar." dan surat Sâd ayat 48 yang artinya: "Dan ingatlah akan
Ismail, Ilyasa, dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling
baik."
Mukjizat Nabi Dzulkifli: Sejarah
menyebutkan bahwa Nabi Dzulkifli adalah putra Nabi Ayub. Dikisahkan pula bahwa
dia mewarisi sifat sabar ayahnya. Suatu saat beliau ditunjuk menjadi seorang
raja setelah dapat memenuhi persyaratan yang diminta.
Yaitu calon pengganti haruslah seorang yang sanggup berpuasa di siang hari,
beribadah di malam hari, dan bukan seorang yang pemarah.
14. Syu'aib AS
Syu'aib adalah salah satu dari 4 nabi bangsa
Arab. Tiga nabi lainnya adalah Hud, Saleh, dan Muhammad SAW. Ia seorang nabi
yang dijuluki juru pidato karena kecakapan dan kefasihannya dalam berdakwah.
Nabi Syu'aib AS diutus ke tengah kaum Madyan
yang tinggal di Ma'an, suatu daerah di pinggir Syam (sekarang Suriah), yang
berbatasan dengan Hijjaz dan dekat Danau Luth. Sesuai namanya, bangsa Madyan
adalah bangsa Arab yang bernasab dari Madyan bin Ibrahim AS.
Kaum ini menyembah Aikah, yaitu sebidang tanah
padang pasir yang ditumbuhi sejumlah pohon.
Dakwah Nabi Syu'aib AS pada kaum Madyan
Masyarakat Madyan terkenal korup dan menjalankan
praktek-praktek perdagangan yang curang. Mereka menggunakan alat ukur yang
besar kalau membeli dan menggunakan alat ukur yang kecil kalau menjual,
sehingga kekayaan bertumpuk pada segelintir orang saja.
Dalam kondisi demikian, Nabi Syu'aib AS
memperingatkan kaumnya agar meninggalkan praktek-praktek yang curang itu,
tetapi ia ditanggapi dengan kasar, bahkan mereka mengancam akan menyiksa dan
merajamnya jika ia tidak mau menghentikan dakwahnya.
Akhirnya Nabi Syu'aib AS dan pengikutnya pindah
ke negeri lain, karena penduduk Madyan sudah tidak bisa diharapkan lagi.
Beberapa saat setelah Nabi Syu'aib dan pengikutnya pergi, tiba-tiba penduduk
Madyan dikejutkan oleh adanya gempa maha dahsyat sehingga mereka mati
bergelimpangan.
Berdakwah pada kaum Ashabul Aikah
Nabi Syu'aib dan pengikutnya pindah ke negeri
Aikah sesuai petunjuk Allah SWT yang memang menugaskannya berdakwah disana.
Ternyata penduduk Aikah juga sama durhakanya dengan penduduk Madyan. Mereka
menolak ajakan Nabi Syu'aib untuk menyembah Allah. Mereka bahkan mengejek dan
menantang Nabi Syu'aib agar mensegerakan azab yang dijanjikan Allah.
Karena kedurhakaan mereka ini, akhirnya turunlah
azab Allah SWT berupa iklim panas yang membakar dan menyesakkan dada. Dengan
sia-sia kaumnya lari kesana-kemari mencari tempat perlindungan.
Saat mereka kebingungan, tiba-tiba muncul
segumpal awan hitam. Orang-orang menyangka bahwa itu adalah awan pertolongan.
Ketika kaum durhaka itu bernaung di bawahnya, tiba-tiba awan itu mengeluarkan
gemuruh yang dahsyat dan menghancurkan mereka semua.
Binasalah kaum yang durhaka itu. Satu pun tak
ada yang tersisa. Hanya Nabi Syu'aib AS dan para pengikutnya yang bisa selamat
berkat rahmat dan perlindungan Allah SWT.
Kisah Nabi Syu'aib AS diceritakan dalam surat
Asy-Syu'arâ': 176-191, Hûd: 84-95, Al-A'râf: 85-93, dan Al-Hijr: 78-79
Mukjizat Nabi Syuaib: Nabi Syuaib
menyebarkan ajaran Islam di daerah Madyan, namun masyarakat Madyan menolak
ajaran tersebut hingga akhirnya Allah menurunkan azab berupa petir dan kilat
yang menghanguskan mereka.
15. Musa AS
Nabi Musa AS diutus untuk berdakwah di negeri
Mesir, dan mengajak Bani Israil menyembah Allah SWT. Musa dan Harun adalah
keturunan ke-4 dari Nabi Ya'qub AS yang tinggal di Mesir sejak Nabi Yusuf
berkuasa disana.
Mesir saat itu dikuasai oleh Fir'aun.
Penduduknya terdiri dari 2 bangsa, yaitu penduduk asli Mesir yang disebut
sebagai orang Qubti, dan orang Israil, yaitu keturunan Nabi Ya'qub AS.
Kebanyakan orang Qubti menduduki jabatan-jabatan
tinggi, sedang orang Israil hanya berkedudukan rendah, seperti buruh, pelayan
dan pesuruh.
Firaun memerintah dengan tangan besi. Ia
diktator bengis yang tidak berperi kemanusiaan. Mabuk dan rakus kekuasaan,
sampai-sampai ia berani menyebut dirinya sebagai Tuhan.
Kekejaman Fir'aun membunuh bayi laki-laki
Suatu ketika, Fir'aun bermimpi, yang oleh dukun
peramalnya mimpi itu diartikan dengan akan lahirnya seorang bayi laki-laki dari
Bani Israil yang akan merampas kekuasaan raja. Seketika itu Fir'aun
menginstruksikan seluruh pasukannya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang
lahir.
Ibu Musa, Yukabad, istri Imron bin Qahat bin
Lewi bin Ya'qub AS, merasa sangat gelisah karena begitu ketatnya penyelidikan
para petugas. Suatu ketika ibu Musa mendapat petunjuk melalui mimpinya agar
anaknya yang berusia 3 bulan dimasukkan ke dalam kotak lalu dihanyutkan ke
sungai Nil. Allah SWT menjamin bahwa bayinya pasti akan selamat, bahkan Yukabad
kelak tetap akan dapat merawatnya.
Isyarat itu dilaksanakan dengan penuh ketabahan
dan tawakal. Kakak Musa diperintahkan untuk mengikuti kemana peti itu hanyut
dan di tangan siapakah Musa nanti ditemukan. Kotak yang berisi bayi itu
tiba-tiba tersangkut di pohon dan berhenti di belakang rumah Fir'aun. Puteri
Fir'aun menemukan peti tsb, dan ia adalah seorang yang berpenyakit belang.
Ketika menyentuh Musa, mendadak penyakitnya sembuh. Dengan perasaan gembira ia
membawa peti itu kepada Asiah, istri Fir'aun, dan memberitahu apa yang telah
terjadi. Asiah mengambil bayi itu dan berniat untuk memeliharanya.
Asiah adalah seorang yang beriman kepada Allah
SWT. Namun lantaran takut oleh kekejaman Fir'aun, ia menyembunyikan
keimanannya. Ketika itu Fir'aun mendengar adanya wanita cantik bernama Asiah,
dan ia pun menikahinya. Namun tatkala ia hendak menggauli istrinya itu, seluruh
badannya tiba-tiba menjadi kaku sehingga ia pun tidak bisa mendekatinya, hanya
bisa memandangnya.
Fir'aun merasa curiga terhadap bayi yang
ditemukan istrinya, tetapi Asiah tetap bersikeras untuk memeliharanya karena ia
sudah lama mendambakan anak. Bayi itu oleh Asiah diberi nama Musa, yang artinya
air dan pohon (mu = air, sa = pohon).
di antara sejumlah inang pengasuh pilihan Asiah,
bayi Musa hanya mau menyusu pada Yukabad, sehingga Asiah akhirnya menerima
Yukabad sebagai inang pengasuh Musa. Dengan demikian janji Allah SWT bahwa
Yukabad tetap akan mendapatkan kembali bayinya terpenuhi.
Kisah ini dapat ditemui dalam surat Al-Qasas:
4-13.
Musa meninggalkan Mesir
Setelah selesai masa penyusuan bersama ibunya,
Musa dikembalikan lagi ke istana Fir'aun. Ia dipelihara sebagaimana anak-anak
raja yang lain. Berpakaian seperti Fir'aun, mengendarai kendaraan Fir'aun,
sehingga ia dikenal sebagai Pangeran Musa bin Fir'aun.
Walaupun dididik dalam tradisi istana, sejak
kecil Musa memahami bahwa ia bukan anak Fir'aun melainkan keturunan Bani Israil
yang tertindas. Karena prihatin terhadap nasib rakyat yang dianiaya oleh
keluarga raja dan para pembesar kerajaan, Musa bertekad untuk membela kaumnya
yang lemah.
Suatu saat tindakan Musa membela seorang anggota
kaumnya yang berkelahi melawan seorang dari golongan Fir'aun menyebabkan yang
terakhir ini tewas. Seorang saksi yang melihat kejadian itu lalu melaporkan
pada Fir'aun. Mengetahui bahwa Musa membela orang Israil, Fir'aun segera
memerintahkan orang untuk menangkap Musa. Akhirnya Musa melarikan diri dan
memutuskan untuk meninggalkan Mesir. Ia bertaubat dan memohon ampun kepada
Allah. Saat itu ia berusia 18 tahun.
Kisah ini terdapat dalam surat Al-Qasas: 14-21.
Musa pergi ke Madyan, kota tempat tinggal Nabi
Syu'aib AS. Dari Mesir ke Madyan harus ditempuh berjalan kaki selama 8 hari.
Karena kelelahan dan merasa lapar, Musa beristirahat di bawah pepohonan. Tak
jauh dari tempatnya beristirahat, ia melihat dua orang gadis berusaha berebut
untuk mendapatkan air di sumur guna memberi minum ternak yang mereka
gembalakan. Kedua gadis itu berebutan dengan sekelompok pria-pria kasar yang
tampak tidak mau mengalah.
Melihat itu, Musa segera bergerak menolong kedua
gadis tsb. Laki-laki kasar tadi mencoba melawan Musa, tapi Musa dapat
mengalahkan mereka.
Musa menikah
Kedua gadis ini tak lain adalah putri-putri Nabi
Syu'aib AS. Mereka lalu melaporkan kejadian yang telah dialami bersama Musa
kepada ayah mereka. Syu'aib lalu menyuruh kedua putrinya untuk mengundang Musa
datang ke rumah mereka.
Musa memenuhi undangan itu. Keluarga Syu'aib
sangat senang melihat Musa. Sikapnya sopan dan tampak sekali ia seorang pemuda
bermartabat dari kalangan bangsawan. Kepada Syu'aib, Musa menceritakan
peristiwa pembunuhan yang telah dilakukannya, yang menyebabkan ia terusir dari
Mesir. Syu'aib menyarankan agar ia tetap tinggal di rumahnya agar terhindar
dari kejaran orang-orang Fir'aun.
Syu'aib bermaksud menikahkan Musa dengan salah
seorang putrinya. Sebagai syarat mas kawin, Musa diminta bekerja menggembalakan
ternak-ternak milik Nabi Syu'aib selama 8 tahun. Musa menyanggupi syarat tsb,
bahkan ia menggenapkan masa kerjanya menjadi 10 tahun. Ia menjalani
pekerjaannya dengan sabar. Selama itu, nampaklah oleh keluarga Syu'aib bahwa
Musa adalah pemuda yang kuat, perkasa, jujur dan dapat diandalkan. Tak salah
jika Nabi Syu'aib mengambilnya sebagai menantu.
Musa sangat bahagia hidup bersama istrinya. Nabi
Syu'aib juga lega karena anaknya mendapat pelindung yang dapat dipercaya.
Kisah tentang hal ini terdapat dalam surat
Al-Qasas: 22-28.
Musa kembali ke Mesir
Sepuluh tahun setelah meninggalkan Mesir, Musa
berniat kembali ke sana bersama istrinya. Musa sadar, tidak mustahil bahwa
orang-orang Mesir masih akan mencarinya, oleh sebab itu ia dan istrinya tidak
berani melalui jalan biasa melainkan memilih jalan memutar.
Sampai suatu malam, mereka tersesat tak tahu
arah mana yang harus ditempuh untuk meneruskan perjalanan ke Mesir. Saat itulah
Musa melihat ada cahaya api terang benderang di atas sebuah bukit. Musa berkata
kepada istrinya, "Tunggu disini, aku akan mengambil api itu untuk
menerangi jalan kita."
Tatkala Musa menghampiri api tsb, tiba-tiba
terdengar suara menyeru, "Hai Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka
tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di lembah suci Thuwa.
Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan
kepadamu. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah. Tiada Tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku, dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku."
Inilah wahyu pertama yang diterima langsung oleh
Nabi Musa AS. Dengan diterimanya wahyu ini, maka Musa telah diangkat sebagai
Nabi dan Rasul. Sebagai rasul, Allah SWT memberinya mukjizat berupa tongkat
yang bisa berubah menjadi ular dan tangannya yang dapat bersinar putih
cemerlang setelah dikepitkan di ketiaknya.
Kisah ini dapat dilihat pada surat Tâhâ: 9-23.
Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk berdakwah
kepada Fir'aun. Musa masih merasa takut karena dulu ia pernah membunuh orang
Mesir, namun Allah menjanjikan perlindungan untuknya, maka tentramlah hatinya.
Untuk lebih memantapkan dakwahnya, Musa memohon kepada Allah agar ia ditemani
oleh Harun, saudaranya, karena Harun amat cakap dalam berbicara dan berdebat.
Permintaan Musa dikabulkan. Harun yang masih berada di Mesir digerakkan hatinya
oleh Allah sehingga ia berjalan menemui Musa.
Hal tsb dinyatakan dalam surat Al-Qasas: 32-35
dan surat Tâhâ: 42-47.
Akhirnya bersama-sama Harun, Musa menghadap
Fir'aun. Ia mengadakan dialog dengan Fir'aun tentang Tuhan. Namun Fir'aun
menanggapinya dengan sinis dan mengejek Musa tak tahu diri. Dulu ia diasuh dan
dibesarkan di istana Mesir, tapi kini ia malah berbalik menentang Fir'aun. Musa
menjawab bahwa semua itu terjadi disebabkan karena ulah Fir'aun sendiri.
Seandainya Fir'aun tidak memerintahkan membunuh bayi laki-laki, tidak mungkin
ia dihanyutkan di sungai Nil sampai akhirnya ditemukan dan diangkat anak oleh istri
Fir'aun. Musa tidak merasa berhutang budi pada Fir'aun.
Musa mengatakan bahwa sesungguhnya Fir'aun
bukanlah Tuhan. Ada Tuhan lain yang berhak disembah, Tuhan nenek moyang mereka,
Tuhan seluruh alam semesta. Fir'aun sangat murka dan meminta Musa untuk menunjukkan
tanda-tanda kebesaran Tuhan.
Keberhasilan Musa melawan ahli-ahli sihir
Fir'aun
Di depan masyarakat luas, Nabi Musa AS dapat
menunjukkan mukjizatnya menghadapi ahli-ahli sihir Fir'aun. Musa mempersilakan
ahli-ahli sihir Fir'aun untuk mempertunjukkan kebolehan mereka lebih dulu.
Mereka lalu melemparkan tali dan tongkat-tongkatnya. Tak lama kemudian
tali-tali dan tongkat-tongkat itu berubah menjadi ular yang ribuan ekor
banyaknya. Fir'aun tertawa bangga menyaksikan kebolehan para ahli sihirnya. Masyarakat
yang hadir disana juga terkagum-kagum.
Dengan tenang Musa melemparkan tongkatnya,
tongkat itu segera berubah menjadi ular yang sangat besar dan langsung melahap
ular-ular para ahli sihir Fir'aun. Dalam waktu singkat, ular-ular itu habis
ditelan oleh ular Nabi Musa.
Para ahli sihir itu terbelalak heran. Apa yang
diperlihatkan Musa bukanlah seperti sihir yang mereka pelajari dari syaitan.
Sadar akan hal itu, para ahli sihir tsb berlutut kepada Musa, dan menyatakan
diri sebagai pengikut ajaran yang dibawanya. Mereka bertaubat dan hanya akan
menyembah Allah saja.
Kisah ini dijelaskan dalam surat Asy-Syu'arâ':
18-51
Fir'aun sangat murka melihat pembelotan para
ahli sihir yang telah bertaubat itu. Ia mengancam akan menyiksa mereka dengan
siksaan yang sangat kejam, namun para ahli sihir itu tetap memilih menjadi
pengikut Musa. Akhirnya Fir'aun memerintahkan untuk memotong tangan dan kaki
mereka, serta menyalib mereka di batang pohon kurma. Mereka pun menerimanya
dengan sabar dan tetap beriman kepada Allah. Jumlah mereka saat itu 70 orang.
Azab bagi Fir'aun dan pengikutnya
Kejengkelan Fir'aun memuncak setelah Nabi Musa
AS memperoleh pengikut yang lebih banyak. Fir'aun menjadi semakin kejam
terhadap Bani Israil. Nabi Musa AS senantiasa menyuruh kaumnya untuk bersabar
menghadapi kesewenang-wenangan Fir'aun. Fir'aun pun tak henti-hentinya mengejek
dan menghina Musa.
Karena semakin lama tindakan Fir'aun makin
merajalela, Nabi Musa AS berdoa kepada Allah SWT agar Fir'aun dan pengikutnya
diberi azab. Allah SWT mengabulkan doa Musa. Kerajaan Fir'aun dilanda krisis
keuangan. Selain itu wilayah Mesir dilanda kemarau panjang. Banyak panen yang
gagal, tanaman dan pepohonan banyak yang mati, disusul badai topan yang
merobohkan rumah-rumah mereka. Jutaan belalang berdatangan menyerbu hewan dan
perkebunan, juga kutu dan katak. Setelah kemarau, muncul banjir besar. Akibat
banjir itu kemudian juga muncul wabah penyakit. Anak laki-laki bangsa Mesir
mendadak mati, tak terkecuali anak-anak Fir'aun sendiri, termasuk putra mahkota.
Pengikut Fir'aun mendatangi Nabi Musa AS untuk
memohon agar azab itu dicabut dari mereka dengan janji mereka akan beriman.
Namun ketika Allah SWT mengabulkan permintaan itu, mereka ingkar terhadap
janjinya.
Riwayat ini terdapat dalam surat Al-Mu'minûn:
26, Az-Zukhruf: 51-54, Yûnus: 88-89, dan Al-A'râf: 130-135.
Peristiwa Laut Merah terbelah
Bani Israil yang makin menderita karena ulah
Fir'aun dan pengikutnya meminta Nabi Musa AS untuk membawa mereka keluar dari
Mesir. Setelah mendapat wahyu dari Allah agar mengajak kaumnya pergi
meninggalkan Mesir, Musa lalu membawa kaumnya ke Baitulmakdis. Mereka pergi
secara diam-diam di malam hari. Ketika sampai di tepi Laut Merah, mereka baru
menyadari bahwa tentara Fir'aun mengejar mereka. Para pengikut Musa sangat
panik karena tidak bisa lari kemana pun. Saat itulah turun wahyu agar Musa
memukulkan tongkatnya ke laut. Laut pun membelah hingga terbentang jalan bagi
Musa dan pengikutnya untuk menyeberang. Fir'aun dan tentaranya mengejar
rombongan itu, namun ketika Musa dan pengikutnya telah sampai di tepi sementara
Fir'aun dan tentaranya masih di tengah laut, atas perintah Allah laut pun
kembali menutup hingga Fir'aun dan pasukannya tenggelam.
Di saat-saat terakhir menjelang kematiannya,
Fir'aun sempat bertaubat dan menyatakan diri beriman kepada Allah. Namun taubat
menjelang ajal yang dilakukan oleh Fir'aun itu sudah terlambat dan tidak lagi
diterima oleh Allah, sehingga matilah ia dalam keadaan tetap kafir.
Kisah tentang ini terdapat dalam surat Tâhâ:
77-79, Asy-Syu'arâ: 60-68, dan Yûnus: 90-92.
Ternyata, mayat Fir'aun tetap utuh sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur'an surat Yûnus: 92, sebagai tanda bagi umat yang
kemudian. Ini telah terbukti dengan diketemukannya mummi Fir'aun (Pharaoh) di
Mesir pada abad ke-20 M.
Karunia bagi Bani Israil
Dalam perjalanan ke Mesir, Bani Israil sangat
manja. Saat mereka haus, Musa memukulkan tongkatnya ke batu. Dari batu tsb,
memancarlah 12 mata air, sesuai dengan jumlah suku (sibith) Bani Israil,
sehingga masing-masing suku memiliki mata air sendiri.
Di Gurun Sinai yang panas terik, tak ada rumah
untuk dihuni, tak ada pohon untuk berteduh, maka Allah menaungi mereka dengan
awan.
Ketika bekal makanan dan minuman mereka habis,
mereka pun meminta Musa memohon pada Allah SWT agar diberikan makanan dan
minuman, maka Allah menurunkan kepada mereka Manna dan Salwa. Manna adalah
makanan yang turun dari udara seperti turunnya embun, turun di atas batu dan
daun pohon. Rasanya manis seperti madu. Sedang Salwa adalah sejenis burung
puyuh yang datang berbondong-bondong silih berganti sampai-sampai hampir
menutupi bumi lantaran banyaknya.
Mendapat karunia dan rezki yang demikian
melimpahnya dari Allah, Bani Israil bukannya bersyukur, malah mereka meminta
makanan dari jenis yang lain lagi. Disinilah mulai terlihat betapa Bani Israil
itu sangat kufur terhadap nikmat Allah.
Berbagai tuntutan dan permintaan dari Bani
Israil ini diceritakan dalam surat Al-A'râf: 160 dan Al-Baqarah: 61.
Turunnya kitab Taurat
Setelah persoalan dengan Fir'aun selesai, Nabi
Musa AS memohon untuk diberikan kitab suci sebagai pedoman. Allah SWT lalu
memerintahkan Nabi Musa AS untuk berpuasa selama 30 hari dan pergi berkhalwat
ke Bukit Thur Al-Aiman atau Thursina. Sebelum pergi, Musa meminta Harun menjadi
wakilnya untuk mengurus kaumnya.
Setelah berpuasa selama 30 hari, Allah
memerintahkannya berpuasa 10 hari lagi untuk menggenapkan ibadahnya menjadi 40
hari. Setelah itu Allah berbicara kepadanya dengan Kalam-Nya yang Azali,
sehingga Musa pun memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia lain.
Dalam kesempatan bermunajat di Bukit Thursina
ini, timbul kerinduan Musa untuk bertemu Allah SWT. Ia pun meminta agar Allah
SWT mengizinkan dirinya untuk melihat Zat-Nya. Allah SWT mengatakan bahwa ia
telah meminta sesuatu yang diluar kesanggupannya. Allah SWT kemudian menyuruh
Musa untuk melihat ke sebuah bukit. Allah akan menampakkan wujudnya kepada
bukit itu. Jika bukit itu tetap tegak berdiri, maka Musa dapat melihat-Nya,
namun jika bukit yang lebih besar darinya itu tak mampu bertahan, maka
lebih-lebih lagi dirinya. Ketika Musa mengarahkan pandangan ke bukit tsb,
seketika itu juga bukit itu hancur luluh. Melihat itu Musa merasa terkejut dan
ngeri, ia pun jatuh pingsan.
Setelah sadar, ia bertasbih dan bertahmid seraya
memohon ampun kepada Allah SWT atas kelancangannya. Selanjutnya, Allah SWT
memberikan kitab Taurat sebagai kitab suci yang berupa kepingan-kepingan batu.
Di dalamnya tertulis pedoman hidup dan penuntun beribadah kepada Allah SWT.
Kisah munajat Nabi Musa AS di Bukit Thursina ini
diceritakan dalam surat Al-A'râf: 142-145.
Patung anak sapi
Sepeninggal Nabi Musa AS, Bani Israil dihasut
oleh seorang munafik bernama Samiri. Karena keyakinan tauhid mereka yang memang
belum terlalu tebal, dengan mudah mereka termakan hasutan Samiri. Bani Israil
membuat patung anak sapi yang disembah sebagai tuhan mereka.
Sebelum pergi ke bukit Thursina, Musa berkata
kepada kaumnya bahwa ia akan meninggalkan mereka tidak lebih dari 30 hari.
Ketika Allah memerintahkannya untuk menambah ibadahnya 10 hari lagi sehingga
bertambah lama kepergiannya, maka mereka menganggapnya telah melupakannya.
Samiri mengatakan kepada Bani Israil bahwa keterlambatan Musa ini disebabkan
karena mereka telah membuat marah Tuhan dengan mengambil perhiasan-perhiasan
dari kuburan orang-orang Mesir. Maka untuk meminta ampun kepada Tuhan dan agar
Musa mau kembali pada mereka, mereka harus melemparkan perhiasan-perhiasan tsb
ke dalam api.
Mereka pun percaya dengan hasutan Samiri. Para
wanita-wanita Bani Israil lalu melemparkan perhiasan-perhiasan emas mereka ke
dalam api. Dari emas yang terkumpul itu Samiri lalu membuat patung anak sapi.
Dengan teknik khusus, ia membuat angin bisa masuk dan menimbulkan suara dari
mulut patung itu sehingga seolah-olah patung itu dapat berbicara. Kemudian
Samiri menyuruh Bani Israil untuk menyembahnya.
Nabi Harun AS tidak berdaya menghadapi kaumnya
yang kembali murtad itu. Ketika Nabi Musa AS kembali, ia sangat marah dan
bersedih hati melihat perilaku kaumnya. Mula-mula ia pun marah kepada Harun
yang dianggapnya tidak bisa menjaga kaumnya dengan baik, namun setelah
mendengar penjelasan dari Harun, ia pun tenang kembali. Ia mengusir Samiri dan
menjelaskan pada kaumnya tentang perbuatan mereka yang salah. Sebagai hukuman,
Samiri diberi kutukan oleh Allah, jika ia disentuh atau menyentuh manusia, maka
badannya akan menjadi panas demam. Itulah azab Samiri di dunia, seumur hidupnya
ia tidak bisa berhubungan dengan siapa pun.
Setelah Samiri pergi, Musa membakar patung anak
sapi sembahan Bani Israil dan membuang abunya ke laut. Allah SWT kemudian
memerintahkan Musa AS agar membawa sekelompok kaumnya untuk memohon ampun atas
dosa mereka menyembah patung anak sapi. Musa mengajak 70 orang terpilih dari
Bani Israil ke Bukit Thursina. Setelah mereka berpuasa menyucikan diri,
muncullah awan tebal di bukit itu. Nabi Musa AS dan rombongannya memasuki awan
gelap itu dan bersujud. Ketika bersujud, 70 orang itu mendengar percakapan
antara Nabi Musa AS dengan Allah SWT. Timbul keinginan mereka untuk melihat Zat
Allah. Bahkan mereka menyatakan tidak akan beriman sebelum melihat-Nya.
Seketika itu pula tubuh mereka tersambar halilintar hingga mereka pun tewas.
Nabi Musa AS memohon agar kaumnya diampuni dan
dihidupkan kembali. Maka Allah SWT pun membangkitkan kembali 70 orang pengikut
Musa itu. Musa lalu menyuruh mereka bersumpah untuk berpegang teguh pada kitab
Taurat sebagai pedoman hidup, dan beriman kepada Allah SWT.
Cerita ini terdapat dalam Al Qur'an surat
Al-A'râf: 149-155 dan Al-Baqarah: 55, 56, 63, 64.
Sapi Betina (Al Baqarah)
Suatu hari terjadi peristiwa pembunuhan di
antara kaum Nabi Musa. Untuk mengetahui siapa pembunuh orang tsb, atas petunjuk
Allah SWT, Musa memerintahkan kaumnya untuk mencari seekor sapi betina. Dengan
lidah sapi itu nantinya mayat yang terbunuh akan dipukul dan akan hidup lagi
atas kehendak dan izin dari Allah SWT.
Kaum Bani Israil sebenarnya enggan melaksanakan
perintah ini, karenanya mereka sangat cerewet dan banyak bertanya dengan
harapan supaya Allah SWT akhirnya membatalkannya, sebagaimana dikisahkan dalam
Al Qur'an surat Al-Baqarah: 67-71.
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada
kaumnya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.
Mereka berkata: Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan? Musa menjawab:
Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang
yang jahil. (QS. 2:67)
Mereka menjawab: Mohonkanlah kepada Rabb-mu
untuk kami, agar dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu? Musa
menjawab: Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi yang
tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu. (QS. 2:68)
Mereka berkata: Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk
kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya. Musa menjawab: Sesungguhnya
Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang
kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya. (QS.
2:69)
Mereka berkata: Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk
kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena
sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah
akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu). (QS. 2:70)
Musa berkata: Sesungguhnya Allah berfirman bahwa
sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak
tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada
belangnya. Mereka berkata: Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi
betina yang sebenarnya. Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja
mereka tidak melaksanakan perintah itu. (QS. 2:71)
Nama surat Al-Baqarah yang berarti sapi betina
diambil karena dalam surat ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina.
Dapat dilihat pada ayat-ayat tsb bahwa sikap
Bani Israil yang cerewet justru telah menyulitkan mereka sendiri. Seandainya
ketika diperintahkan pertama kali mereka langsung melaksanakannya, tentulah
mereka tidak akan repot, tetapi mereka malah mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang rumit sehingga hampir saja mereka tidak dapat menemukan sapi sesuai
ciri-ciri yang diterangkan oleh Musa.
Begitu sapi sudah diperoleh, mereka lalu
menyembelihnya dan lidah sapi itu dipukulkan ke tubuh mayat orang yang
terbunuh. Seketika itu ia menjadi hidup kembali dan menceritakan bahwa ia telah
dibunuh oleh sepupunya sendiri.
Allah mengharamkan tanah Palestina bagi Bani
Israil
Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS membawa
kaumnya ke Palestina, tempat suci yang telah dijanjikan bagi Nabi Ibrahim AS
sebagai tempat tinggal anak cucunya. Bani Israil yang telah mendapat berbagai
karunia dari Allah SWT adalah kaum yang keras kepala dan tidak bersyukur.
Sebelum mengajak kaumnya berhijrah, Musa
mengutus perintis jalan untuk menyelidiki tentang penduduk penghuni Palestina.
Ketika kembali, para perintis jalan itu mengabarkan bahwa tanah suci tsb dihuni
oleh suku Kana'an yang kuat-kuat, dan kota-kotanya memiliki benteng yang kokoh.
Mengetahui hal itu, merasa gentarlah Bani Israil dan tidak mau mematuhi
perintah Musa untuk menyerang. Mereka hanya mau kesana jika suku itu telah
disingkirkan terlebih dahulu.
Nabi Musa AS sangat marah terhadap sikap kaumnya
itu, karena sikap tsb mencerminkan bahwa mereka belum benar-benar beriman
kepada Allah SWT, padahal Allah SWT telah berjanji bahwa dengan pertolongan-Nya
mereka akan mampu mengalahkan suku Kana'an. Di antara Bani Israil itu, ada 2
orang bertakwa yang menasihati mereka agar masuk dari pintu kota supaya mereka
bisa menang. Akan tetapi Bani Israil menolak nasihat itu dan melontarkan kepada
Musa kalimat yang menunjukkan pembangkangan dan sifat pengecut, "Pergilah
engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah, sementara kami menunggu di sini."
Habislah kesabaran Musa. Ia lalu memanjatkan doa
agar Allah SWT memberikan putusan-Nya atas sikap kaumnya. Sebagai hukuman bagi
Bani Israil yang menolak perintah Allah SWT, Allah SWT mengharamkan wilayah
Palestina selama 40 tahun bagi mereka. Mereka akan tersesat, padahal tanah yang
dijanjikan sudah ada di depan mata. Selama itu mereka akan berkeliaran di muka
bumi tanpa memiliki tempat bermukim yang tetap.
Hal ini dikisahkan dalam surat Al-Maidah: 20-26.
Pertemuan Musa dengan orang saleh
Pada suatu kesempatan berkhutbah di hadapan
kaumnya, Nabi Musa AS mengatakan bahwa dirinyalah yang paling pandai dan berpengetahuan.
Allah SWT menegur sikapnya ini dan berfirman, "Sesungguhnya Aku mempunyai
seorang hamba di tepi laut yang lebih pandai darimu."
Berkatalah Musa, "Wahai Tuhanku, apa yang
harus kuperbuat untuk bertemu dengannya?"
Allah berfirman, "Ambillah seekor ikan
kecil dan letakkan di dalam keranjang. Dimanapun engkau kehilangan ikan itu,
maka disitulah ia berada."
Musa melaksanakan apa yang telah diperintahkan
Allah kepadanya. Ia mengambil seekor ikan kecil, kemudian ia pergi dengan
ditemani seorang sahayanya. Saat mereka tiba di pertemuan antara dua buah laut,
mereka duduk sejenak untuk beristirahat. Tertidurlah mereka, sementara saat itu
turun hujan sehingga ikan yang mereka bawa dapat melompat dan meluncur ke laut.
Sahaya Musa mengetahui hal ini, namun ia lupa
memberitahukannya kepada Musa. Mereka terus melanjutkan perjalanan. Ketika
mereka merasa lapar dan hendak makan, saat itulah sahaya Musa teringat akan
ikan yang hilang itu, maka ia pun memberitahu Musa. Mendengar itu Musa sangat
gembira. "Inilah yang kita cari. Mari kita kembali untuk mengikuti jejak
dimana ikan itu hilang."
Belum sampai di tempat yang dituju, Musa telah
bertemu dengan orang yang dimaksud. Hamba Allah SWT yang saleh itu dikenal
dengan nama Nabi Khidir AS. Nabi Musa AS yang ingin belajar dari hamba-Nya yang
saleh itu meminta agar diizinkan mengikuti Nabi Khidir. Nabi Khidir menjawab
bahwa ia tidak akan dapat sabar atas keikutsertaannya, karena ia akan melihat
tindakan-tindakan yang bertentangan dengan syariatnya. Namun Musa berkata bahwa
ia akan bersabar dan tidak akan menentang urusan Nabi Khidir. Akhirnya Nabi
Khidir mengizinkan Musa untuk mengikutinya, namun dengan syarat bahwa Musa
tidak boleh mempertanyakan tindakan-tindakan yang akan dilakukannya, karena
pada akhirnya ia akan menceritakan rahasia di balik tindakan-tindakannya itu.
Pergilah Musa bersama Nabi Khidir menyusuri tepi
laut. Tiba-tiba lewat di depan mereka sebuah kapal, maka keduanya meminta
kepada penumpang-penumpangnya untuk mengangkut mereka. Mereka diizinkan menumpang,
lalu keduanya pun naik ke kapal itu. Saat para penumpang lengah, Nabi Khidir
melubangi dinding kapal yang terbuat dari kayu itu sedemikian rupa sehingga
kerusakannya akan mudah untuk diperbaiki. Musa yang melihat kejadian ini
merasa ngeri dan tanpa sadar ia lupa dengan perjanjiannya untuk tidak
mengajukan pertanyaan apa pun, maka ia pun berkata, "Apakah engkau merusak
kapal orang-orang yang telah menghormati kita? Engkau telah melakukan sesuatu
yang tercela."
Nabi Khidir mengingatkan kepada Musa akan
perjanjian mereka, maka sadarlah Musa, ia meminta supaya jangan dihukum atas
kelupaannya ini. Keduanya lalu meneruskan perjalanan dan bertemu dengan seorang
anak yang sedang bermain bersama kawan-kawannya. Nabi Khidir lalu membujuk anak
itu ikut dengannya dan membawanya ke tempat yang agak jauh dari teman-temannya,
lalu ia membunuhnya. Panas hati Musa melihat perbuatan yang keji ini sehingga
dengan marah ia berkata, "Apakah engkau membunuh jiwa yang suci bersih
tanpa dosa? Engkau telah berbuat sesuatu yang mungkar."
Nabi Khidir kembali mengingatkan Musa akan
syarat yang berlaku antara keduanya. Musa menyesal atas ketidaksabarannya. Ia
pun berkata, "Jika setelah ini aku bertanya lagi kepadamu, maka janganlah
menemani aku, karena sudah cukup alasan bagiku untuk berpisah denganmu."
Kemudian keduanya pun meneruskan perjalanan
kembali. Saat merasa haus dan lapar, masuklah mereka ke sebuah desa. Mereka
meminta kepada penghuninya supaya bersedia memberi mereka makan dan menjadikan
mereka sebagai tamu, namun permintaan mereka ini ditolak dengan kasar oleh
penghuni desa tsb.
Dalam perjalanan pulang, mereka mendapati sebuah
dinding yang hampir roboh. Nabi Khidir lalu memperbaiki dinding yang roboh itu
dan mendirikan bangunannya. Melihat ini, Musa tidak tahan lalu bertanya,
"Apakah engkau mau membalas orang-orang yang telah mengusir kita dengan
memperbaiki dinding rumah mereka? Andaikata engkau kehendaki, engkau bisa
meminta upah atas pekerjaanmu untuk membeli makanan."
Dengan timbulnya pertanyaan Musa ini, maka berpisahlah
ia dengan Nabi Khidir. Namun sebelum berpisah, Nabi Khidir menjelaskan
rahasia-rahasia perbuatannya. Ia berkata, "Mengenai kapal yang aku lubangi
dindingnya, itu adalah kepunyaan beberapa orang miskin yang tidak punya harta
selain itu, dan aku mengetahui bahwa ada seorang raja yang suka merampas setiap
kapal yang baik dari pemiliknya. Sebab itu aku merusaknya sedikit supaya
nantinya mudah diperbaiki lagi, dan bila raja melihatnya ia pun menduga kapal
itu adalah kapal yang buruk sehingga ia akan membiarkannya pada pemiliknya dan
selamatlah kapal itu pada mereka.
Mengenai anak kecil yang aku bunuh, ia adalah
seorang anak yang menampakkan tanda-tanda kerusakan sejak kecil, sedang kedua
orangtuanya adalah orang-orang yang beriman dan saleh. Aku khawatir rasa kasih
sayang orangtua terhadap anaknya akan membuat mereka menyeleweng dari kesalehan
mereka dan menjerumuskannya ke dalam kekafiran dan kesombongan, maka aku pun
membunuhnya untuk menenangkan kedua orangtua yang beriman ini, dan anak yang
jahat itu semoga akan diberi gantinya oleh Allah SWT dengan anak yang lebih
baik dan lebih berbakti serta lebih sayang kepada kedua orangtuanya.
Adapun dinding rumah yang kudirikan, itu adalah
milik dua anak yatim di kota itu yang di bawahnya terdapat harta terpendam kepunyaan
mereka, dan ayah mereka adalah seorang yang saleh. Maka Tuhanmu yang Maha
Pemurah ingin menjaga harta itu bagi mereka sampai mereka dewasa dan
mengeluarkannya.
Semua yang kuperbuat itu bukanlah atas usahaku,
melainkan itu adalah wahyu dari Allah SWT. Dan inilah penjelasan dari
kejadian-kejadian yang mana engkau tidak bisa bersabar."
Kisah pertemuan Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS
ini terdapat dalam surat Al-Kahfi: 60-82.
Kisah Qarun dan hartanya
Tersebutlah seorang pengikut Nabi Musa AS yang
sangat kaya, yang bernama Qarun. Meskipun sangat kaya, namun ia tidak mau
menyedekahkan hartanya bagi fakir miskin. Nasihat-nasihat Nabi Musa AS tidak
dipedulikannya, bahkan ia mengejek dan memfitnah Nabi Musa AS.
Guna memberi pelajaran pada Qarun dan memberi
contoh pada kaumnya, Musa memanjatkan doa agar Allah SWT menurunkan azabnya
pada diri hartawan itu. Allah SWT lalu memberi azab dengan menguburkan semua
harta kekayaan beserta diri Qarun melalui bencana tanah longsor yang dahsyat.
Kisah Qarun dan hartanya ini terdapat dalam
surat Al-Qasas: 76-82.
Larangan hari sabath
Sesuai dengan syariat dalam Taurat, Nabi Musa
menentukan hari Sabtu sebagai hari untuk berkumpul dan beribadah. Pada hari itu
kaum Bani Israil dilarang untuk melakukan usaha apa pun, termasuk berniaga dan
mencari ikan. Namun pada hari Sabtu tsb justru ikan-ikan sangat banyak terlihat
di laut.
Sesungguhnya ini merupakan kehendak Allah SWT
untuk menguji keimanan dan ketaatan Bani Israil. Ternyata mereka tidak tahan
dengan ujian ini dan melanggar larangan hari Sabath, oleh sebab itu Allah
kemudian mengutuk sebagian mereka menjadi kera.
Hal ini disebutkan dalam surat Al-Baqarah: 65
dan Al-A'râf: 166
Mukjizat Nabi Musa: Kisah pertarungan
Nabi Musa dengan Fir'aun merupakan salah satu kisah yang tersohor. Dikisahkan
bahwa Fir'aun merasa terancam dengan keberadaan Nabi Musa yang menyebarkan
ajaran untuk mengesahkan Allah. Mereka bertarung dan Nabi Musa memenangkannya
dengan bantuan tongkatnya, kemudian ia dan kaumnya dikejar oleh pengikut
Fir'aun. namun mereka berhasil lolos dengan bantuan tongkat Nabi Musa yang
dapat membelah lautan.
Nabi Musa mendapat mukjizat kitab Taurat, yang dikenal dengan perjanjian lama
yang berisi ajaran pokok 10 perintah Allah SWT.
16. Harun AS
Nabi Harus AS diutus oleh Allah SWT untuk
membantu tugas kerasulan Nabi Musa AS. Dalam berbicara, ia lebih cakap daripada
Nabi Musa AS. Ketika Nabi Musa AS pergi ke Bukit Sina untuk menerima wahyu,
umatnya dititipkan kepada Nabi Harus AS. Namun setelah Nabi Musa AS kembali, ia
mendapati mereka telah menyembah patung anak sapi. Melihat itu, Musa sangat
marah dan bersedih hati. Dalam Al Qur'an diceritakan:
Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya
dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: Alangkah buruknya perbuatan yang
kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Rabbmu?
Dan Musa melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala
saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya. Harun berkata: Hai anak ibuku,
sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka mau
membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku,
dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim. (QS
Al-A'râf: 150)
Akhirnya Musa pun sadar, ia lalu berdoa kepada
Allah SWT seperti tersebut dalam Al Qur'an:
Musa berdoa: Ya Rabbku, ampunilah aku dan
saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha
Penyayang di antara para penyayang. (QS Al-A'râf: 151)
Nabi Harun AS wafat sebelum Nabi Musa AS. Ia
dikuburkan oleh Nabi Musa AS di Bukit Hur di Gurun Sinai.
Mukjizat Nabi Harun: Nabi Harun disebut
sebagai partner Nabi Musa. Dia adalah sosok yang cakap berdakwah, pandai
berdiplomasi, dan penuh perhatian. Nabi Harun selalu mendampingi Nabi Musa
dalam berdakwah, hingga suatu saat Nabi Musa memutuskan untuk beruzlah dan
menitipkan pembinaan umatnya kepada Nabi Harun.
Nabi Harun juga sempat berjuang untuk memberantas penyembahan berhala yang
dipimpin oleh Samiri, salah seorang tukang sihir kerajaan Fir'aun.
17. Daud AS
Nabi Daud AS adalah salah seorang nabi dari Bani
Israil, yaitu dari sibith Yahuda. Ia merupakan keturunan ke-13 dari Nabi
Ibrahim AS.
Thalut Sang Raja
Sesudah Nabi Harun dan Nabi Musa wafat, kaum
Bani Israil dipimpin oleh Nabi Yusya' bin Nun, yang memang telah ditunjuk oleh
Nabi Musa untuk menggantikan beliau sesaat sebelum kewafatannya. Berkat
kepemimpinan Yusya' bin Nun mereka dapat menguasai tanah Palestina dan
bertempat tinggal di istana. Namun setelah Yusya bin Nun wafat, mereka terpecah
belah. Isi kitab Taurat berani mereka rubah dan ditambah-tambah. Mereka sering
bersilang pendapat sesama mereka sendiri, hingga akhirnya hilanglah kekuatan
persatuan mereka. Tanah Palestina diserbu dan dikuasai bangsa lain.
Bani Israil menjadi bangsa jajahan yang
tertindas. Mereka merindukan datangnya seorang pemimpin yang tegas dan gagah
berani untuk melawan penjajah. Pada suatu hari, mereka pergi menemui Nabi
Samuel untuk meminta petunjuk. "Wahai Samuel, angkatlah salah seorang di
antara kami sebagai Raja yang akan memimpin kita berperang melawan
penjajah."
Tetapi Nabi Samuel menjawab, "Aku khawatir
bila sudah mendapat pemimpin yang dipilih Allah, kalian justru tidak mau
berangkat perang."
"Kita sudah lama menjadi bangsa
tertindas," kata mereka. "Kita tidak mau menderita lebih lama
lagi."
Karena didesak oleh kaumnya, Nabi Samuel
kemudian berdoa kepada Allah SWT agar menetapkan satu di antara mereka menjadi
pemimpin. Doa Nabi Samuel dikabulkan, Allah memilih Thalut sebagai Raja yang
memimpin mereka. Tapi ternyata begitu mendengar nama Thalut diucapkan oleh Nabi
Samuel, mereka justru menolak dengan alasan bahwa Thalut tidak begitu dikenal,
ia hanya seorang petani biasa yang sangat miskin.
Nabi Samuel kemudian menjelaskan bahwa walaupun
Thalut itu petani biasa, namun ia pandai strategi perang, tubuhnya kekar dan
kuat, dan pandai tentang ilmu tata negara. Baru akhirnya mereka mau menerima
Thalut sebagai Raja mereka.
Kisah Jalut dan Daud
Thalut mengajak orang-orang yang tak punya
ikatan rumah tangga dan perdagangan ke medan perang. Dengan memilih orang-orang
terbaik itu, ia berharap mereka dapat memusatkan diri pada pertempuran dan tak
terganggu dengan urusan rumah tangga dan perdagangan.
Salah seorang anak muda yang ikut dalam barisan
Thalut adalah seorang remaja bernama Daud. Ia diperintah oleh ayahnya untuk
menyertai kedua kakaknya yang maju ke medan perang. Daud tidak diperkenankan
maju ke garis depan, ia hanya ditugaskan untuk melayani kedua kakaknya.
Tempatnya di garis belakang. Jika kakaknya lapar atau haus, dialah yang
melayani dan menyiapkan makanan dan minuman bagi mereka.
Tentara Thalut sebenarnya tidak seberapa banyak.
Jauh lebih banyak dan lebih besar tentara Jalut Sang Penindas (Goliath). Jalut
sendiri adalah seorang panglima perang yang bertubuh besar seperti raksasa.
Setiap orang yang berhadapan dengannya selalu binasa. Tentara Thalut gemetar
saat melihat keperkasaan musuh-musuhnya itu. Demi melihat tentaranya ketakutan,
Thalut berdoa kepada Allah, "Ya Tuhan kami, curahkanlah kesabaran atas
diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap
orang-orang yang kafir."
Maka dengan kekuatan doa itu mereka menyerbu
tentara Jalut. Tak mengira lawan yang berjumlah sedikit itu mempunyai
keberanian bagaikan singa terluka, akhirnya pasukan Jalut dapat
diporak-porandakan dan lari tercerai berai.
Tinggallah Jalut Sang Panglima dan beberapa
pengawalnya yang masih tersisa. Thalut dan pengikutnya tak berani berhadapan
dengan raksasa itu. Lalu Thalut mengumumkan, siapa yang dapat membunuh Jalut
maka ia akan diangkatnya sebagai menantu. Tak disangka dan diduga, Daud yang
masih berusia remaja tampil ke depan, minta izin kepada Thalut untuk menghadapi
Jalut. Mula-mula Thalut ragu, mampukah Daud yang masih sangat belia itu
mengalahkan Jalut? Namun setelah didesak oleh Daud, akhirnya ia mengizinkan
anak muda itu maju ke medan perang.
Dari kejauhan Thalut mengawasi sepak terjang
Daud yang menantang Jalut. Jalut memang sombong. Ia telah berteriak
berkali-kali, menantang orang-orang Israil untuk berperang tanding. Ia juga
mengejek bangsa Israil sebagai bangsa pengecut dan hinaan-hinaan lainnya yang
menyakitkan hati.
Tiba-tiba Daud muncul di hadapan Jalut. Jalut
tertawa terbahak-bahak melihat anak muda itu menantangnya duel. Daud tidak
membawa senjata tajam. Senjatanya hanya ketapel. Berkali-kali Jalut melayangkan
pedangnya untuk membunuh Daud, namun Daud dapat menghindar dengan gesitnya.
Pada suatu kesempatan, Daud berhasil melayangkan peluru ketapelnya tepat di
antara kedua mata Jalut.
Jalut berteriak keras, roboh dengan dahi pecah,
dan tewaslah ia. Dengan demikian menanglah pasukan Thalut melawan Jalut. Sesuai
janji, Daud lalu diangkat sebagai menantu Raja Thalut. Ia dinikahkan dengan
putri Thalut yang bernama Mikyai.
Daud menjadi Raja
Disamping menjadi menantu Raja, Daud juga
diangkat sebagai penasihatnya. Ia dihormati semua orang, bahkan rakyatnya
seolah lebih menghormati Daud daripada Thalut. Hal ini membuat Thalut iri hati.
Karenanya ia berusaha mencelakakan Daud ke medan perang yang sulit. Daud
ditugaskan membasmi musuh yang jauh lebih kuat dan lebih besar jumlahnya. Namun
Daud justru memenangkan pertempuran itu dan kembali ke istana dengan disambut
luapan kegembiraan rakyatnya.
Thalut makin merasa iri dan tersaingi atas
kepopuleran Daud di mata rakyatnya. Ia terus mencoba membunuh dan menyingkirkan
Daud dengan berbagai cara, namun selalu menemui kegagalan. Daud seolah selalu
dilindungi Allah.
Akhirnya terjadilah perang Jalbu' antara Thalut
dan Daud serta pendukung mereka. Dalam peperangan itu Thalut tewas. Setelah
kematian Thalut dan putra mahkotanya yang juga mati dalam pertempuran tsb, maka
rakyat langsung mengangkat Daud sebagai Raja Israil.
Mukjizat Nabi Daud AS
Allah SWT menurunkan kitab Zabur bagi Nabi Daud
AS. Selain Zabur, keistimewaan Nabi Daud AS lainnya adalah setiap pagi dan
senja gunung-gunung bertasbih atas perintah Allah SWT mengikuti tasbihnya. Nabi
Daud AS juga memahami bahasa burung-burung. Binatang juga mengikuti tasbih Nabi
Daud AS.
Keistimewaannya dalam beribadah ini diterangkan
dalam surat Shâd: 17-19 dan Saba': 10.
Selain itu kerajaannya yang kuat belum pernah
sekalipun dapat terkalahkan. Sebaliknya, Nabi Daud AS selalu mendapat
kemenangan dari semua lawannya. Ia menduduki takhta kerajaan selama 40 tahun.
Diantaranya mukjizatnya adalah Nabi Daud dapat
melunakkan besi seperti lilin, kemudian ia dapat merubah-rubah bentuk besi itu
tanpa memerlukan api atau peralatan apapun. Dari besi itu, ia dapat membuat
baju besi yang dikokohkan dengan tenunan dari bulatan-bulatan rantai yang
saling menjalin secara berkesinambungan. Jenis baju ini membuat pemakainya
lebih bebas bergerak, karena tidak kaku seperti baju besi biasa yang dibuat
dari besi lembaran.
Tentang mukjizatnya ini disebutkan dalam surat
Saba': 10 dan Al-Anbiyâ': 80.
Nabi Daud juga dikaruniai suara yang sangat
merdu sekali. Kitab Zabur yang diturunkan kepadanya selain berisi pelajaran dan
peringatan, juga berisi nyanyian puji-pujian kepada Tuhan. Nyanyian ini sering
juga disebut dengan Mazmur.
Nabi Daud membagi hari-harinya menjadi 4 bagian.
Sehari untuk beribadah, sehari ia menjadi hakim, sehari untuk memberikan
pengajaran, dan sehari lagi untuk kepentingan pribadi. Ia juga suka berpuasa.
Ia melakukan puasa dua hari sekali, sehari berpuasa, sehari lagi tidak.
Peringatan Allah pada Nabi Daud AS
Para nabi adalah manusia yang menjadi contoh
teladan umat. Jika ia melakukan kesalahan, maka Allah segera memperingatkannya
untuk meluruskan kesalahannya itu. Demikian pula halnya dengan Nabi Daud. Ia
memiliki istri 99 orang. Ketika itu memang tidak ada pembatasan jumlah istri
yang boleh dimiliki oleh seorang lelaki. Seorang lelaki biasa untuk memiliki
banyak istri, terlebih lagi bagi seorang raja. Nabi Daud ingin menggenapkan
istrinya menjadi 100 orang.
Pada suatu hari, datanglah dua orang lelaki
mengadu kepada Nabi Daud. Seorang di antara mereka berkata, "Saudaraku ini
memiliki kambing 99 ekor, sedang aku hanya memiliki seekor, tetapi ia menuntut
dan mendesakku agar menyerahkan kambingku yang seekor itu kepadanya, supaya jumlah
kambingnya menjadi genap 100 ekor. Ia membawa berbagai alasan yang tak bisa
kubantah karena aku tak pandai berdebat."
Daud lalu bertanya pada lelaki yang satu lagi,
"Benarkah ucapan saudaramu itu?"
"Benar," jawab lelaki itu.
Berkatalah Daud dengan marah, "Jika
demikian halnya, maka saudaramu telah berbuat zalim. Aku tidak akan
membiarkanmu meneruskan perbuatanmu yang semena-mena itu atau engkau akan
mendapat hukuman pukulan pada wajah dan hidungmu!"
"Hai Daud!" kata lelaki itu,
"Sebenarnya engkaulah yang pantas mendapat hukuman yang kau ancamkan
kepadaku itu. Bukankah engkau telah mempunyai 99 istri? Tetapi mengapa kau
masih menyunting lagi seorang gadis yang sudah bertunangan dengan pemuda yang
menjadi tentaramu sendiri? Padahal pemuda itu sangat setia dan berbakti
kepadamu."
Nabi Daud tercengang mendengar ucapan yang tegas
dan berani dari lelaki itu. Ia berpikir keras, siapakah sesungguhnya kedua
orang ini? Tetapi tiba-tiba kedua pria itu sudah hilang lenyap dari
pandangannya. Tahulah Nabi Daud bahwa ia telah diperingatkan Allah melalui
malaikat-Nya. Ia segera bertaubat memohon ampun kepada Allah, dan Allah
menerima taubatnya.
Pelanggaran terhadap Hari Sabath
Suatu ketika rakyat Nabi Daud AS bersepakat
untuk melanggar ketentuan yang menyatakan hari Sabtu (Sabath) sebagai hari
besar untuk Bani Israil, sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi Musa AS.
Hari Sabat dikhususkan untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT, menyucikan hati
dan pikiran dengan berzikir dan bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya,
serta memperbanyak amal dan diharamkan melakukan kesibukan-kesibukan yang
bersifat duniawi.
Penduduk desa Ailat di tepi Laut Merah juga
mematuhi perintah itu. Pada hari Sabtu mereka tidak menangkap ikan, tetapi pada
hari Sabtu itu justru ikan-ikan di laut banyak menampakkan diri. Akhirnya
penduduk Ailat tidak dapat menahan diri untuk melanggar larangan hari Sabtu
itu. Hari Sabtu mereka gunakan untuk mengumpulkan ikan.
Azab Allah SWT pun turun kepada mereka. Wajah
mereka diubah menjadi wajah yang amat buruk, kemudian terjadi gempa bumi yang
dahsyat. Kisah ini diriwayatkan dalam surat Al-A'râf: 163-166.
Asal-usul Baitul Maqdis
Pada suatu hari, berjangkitlah penyakit kolera
di wilayah kerajaan yang dikuasai Nabi Daud AS. Banyak rakyat yang mati karena
penyakit ini. Nabi Daud kemudian berdoa kepada Allah agar menghilangkan wabah
ini, maka hilanglah penyakit itu.
Untuk menunjukkan rasa syukurnya kepada Allah,
maka Nabi Daud mengajak putranya, Sulaiman, untuk membangun tempat suci, yaitu
Baitul Maqdis, yang sekarang kita kenal sebagai Masjidil Aqsha di Yerusalem,
Palestina. Tempat inilah yang menjadi kiblat pertama umat Islam sebelum beralih
ke Ka'bah.
Mukjizat Nabi Daud: Figur Nabi Daud
memuncak saat dia berhasil membunuh jalut, pemimpin kaum pemberontak palestina.
Nabi Daud kemudian menjadi seorang raja dan berlaku sangat adil.
Di masa kerajaan Nabi Daud tumbuh kuat dan masyarakat menjadi makmur. Suatu
saat Nabi Daud melarang para nelayan untuk tidak melaut di hari sabtu, namun peringatan tersebut dilanggar,
sehingga terjadi bencana gempa yang menewaskan seluruh penduduk
18. Sulaiman AS
Nabi Sulaiman AS adalah putra Nabi Daud AS.
Setelah Nabi Daud AS wafat, Nabi Sulaiman AS menggantikannya sebagai Raja.
Mukjizatnya yang paling terkenal adalah ia diberi keistimewaan oleh Allah SWT
dapat memerintah bukan hanya kepada manusia, melainkan juga kepada hewan,
angin, dan jin. Nabi Sulaiman dapat menjadikan angin bertiup atas perintahnya
ke tempat yang ia kehendaki. Allah pun menundukkan syaitan-syaitan untuk
melayani Sulaiman. Di antara mereka ada yang bisa membangun istana dan
benteng-benteng, ada yang bertugas menyelam di laut untuk mengeluarkan mutiara
dan batu-batu mulia, sebagaimana Allah memberi kekuasaan pada Sulaiman atas
syaitan-syaitan yang kafir sehingga ia mampu mengikat mereka untuk mencegah
kejahatan mereka. Allah SWT juga memberinya mukjizat berupa kemampuan mengerti
bahasa binatang.
Kearifan Nabi Sulaiman AS sebagai hakim
Pada suatu malam, sekelompok kambing memasuki
kebun seseorang tanpa sepengetahuan penggembalanya, hingga rusaklah tanaman di
kebun itu. Maka pemilik kebun kemudian datang mengadu kepada hakim Daud AS.
"Wahai Nabi Allah, sesungguhnya kami telah membajak tanah kami dan
menanaminya serta memeliharanya. Tapi ketika tiba waktu panen, datanglah
kambing orang-orang ini pada suatu malam dan memakan tanaman di kebun kami
hingga habis seluruhnya."
"Benarkah apa yang dikatakan oleh mereka
ini?" tanya Daud.
"Ya," jawab mereka.
Kemudian Daud bertanya tentang harga tanaman
dari orang yang satu dan harga kambing dari orang yang lain. Ketika mengetahui
harga keduanya hampir sama, maka ia pun berkata kepada pemilik kambing,
"Berikanlah kambingmu kepada pemilik tanaman sebagai ganti rugi bagi
mereka atas binasanya tanaman mereka."
Namun putranya Sulaiman yang hadir menyaksikan
pengadilan ini memberikan usul lain, "Saya mempunyai pendapat yang berbeda
dalam perkara ini. Menurut saya, pemilik kambing sebaiknya memberikan kambing
mereka kepada pemilik tanaman, dan mengambil manfaatnya berupa bulu wol, susu,
dan anak-anak kambing tsb. Sedangkan ia sendiri mengambil alih tanaman yang
telah rusak itu, menanaminya kembali dan mengairi serta memeliharanya hingga
tumbuh tanamannya. Apabila telah tiba waktu panen, mereka harus menyerahkan
hasil tanaman itu kepada pemiliknya, dan menerima kembali kambing mereka.
Dengan demikian semua pihak akan mendapatkan keuntungan dan manfaat."
Luar biasa bijaksana dan arifnya Nabi Sulaiman
ini dalam memberikan keputusan. Semua pihak pun langsung menyetujui usulnya
yang hebat itu. Berkatalah Daud pada putranya, "Engkau telah memutuskan
hukum dengan tepat, anakku." Dan ia pun berfatwa seperti apa yang
diputuskan oleh Sulaiman.
Kisah ini diceritakan dalam Al-Qur'an surat
Al-Anbiyâ': 78-79.
Kisah Nabi Sulaiman AS dan Ratu Bilqis
Pada suatu hari, Nabi Sulaiman mengadakan apel
besar bagi seluruh bala tentaranya, baik dari golongan manusia, jin, syetan,
dan binatang, semua diperintahkan untuk berkumpul menghadap Nabi Sulaiman AS.
Semua sudah hadir kecuali seekor burung bernama Hudhud.
"Mengapa burung Hudhud belum datang?"
tanya Nabi Sulaiman. "Sesungguhnya jika ia tidak bisa memberi alasan yang
jelas atas keterlambatannya, sebagai hukuman aku akan menyembelihnya."
Tak berapa lama kemudian burung itu datang dan
bersujud di hadapan nabi Sulaiman. Hampir saja burung itu terkena hukuman kalau
tidak segera mengajukan alasa kenapa ia terlambat datang.
"Ampunilah hamba Tuanku, hamba memang telah
terlambat. Tetapi hamba membawa kabar yang sangat penting. Di negeri Saba
hiduplah seorang Ratu yang bernama Ratu Bilqis. Ia mempunyai singgasana yang
agung. Kerajaannya luas dan rakyatnya hidup dengan makmur. Namun sayang mereka
tidak menyembah Allah. Mereka disesatkan oleh iblis sehingga menyembah
matahari."
Menjawablah Nabi Sulaiman, "Aku percaya
dengan berita yang kaubawa itu. Tetapi aku akan menyelidiki dulu kebenaran
beritamu. Bawalah suratku untuk Ratu Bilqis. Kalau sudah diterimanya nanti,
sembunyilah kau di celah-celah jendela, dan dengarkanlah apa yang akan
dilakukannya."
Maka terbanglah burung Hudhud ke negeri Saba
yang terletak di kota Yaman. Ia menyerahkan surat Nabi Sulaiman kepada Ratu
Bilqis. Kemudian sesuai perintah, ia bersembunyi di balik celah jendela. Ratu
Bilqis membaca surat itu, isinya kurang lebih seperti ini:
Surat ini datang dari Sulaiman. Dengan menyebut
nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Janganlah kamu berlaku
sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah
diri."
Setelah membaca surat itu, Ratu Bilqis memanggil
seluruh abdi dan penasihatnya untuk bermusyawarah. Ratu Bilqis tidak ingin
terjadi peperangan yang hanya merusak keindahan istana dan merugikan rakyat.
Maka sebagai hasil dari musyawarah itu, diputuskan bahwa ia hanya akan
mengirimkan hadian kepada Sulaiman melalui utusannya. Jika Sulaiman menerima
hadiahnya, tahulah ia bahwa Sulaiman hanyalah seorang raja yang senang menerima
hadiah. Tetapi jika ia seorang nabi, ia hanya ingin agar mereka mengikuti
agamanya.
Berangkatlah utusan Ratu Bilqis ke Palestina
dengan membawa berbagai hadiah yang indah-indah dan mahal-mahal. Ketika mereka
sampai di istana Nabi Sulaiman, mereka sangat tercengang. Kerajaan Saba tidak
ada apa-apanya dibandingkan dengan keindahan dan kemegahan kerajaan Sulaiman.
Ketika para utusan itu hendak menyerahkan hadiah
mereka, dengan tegas Nabi Sulaiman menolak hadiah-hadiah itu karena ia memiliki
harta benda yang jauh lebih baik daripada hadiah yang diberikan oleh Ratu
Bilqis. Kepada para utusan tsb, ia meminta kedatangan Ratu Bilqis agar Ratu itu
memeluk agama Islam dan meninggalkan penyembahan terhadap matahari. Jika
menurut, maka kerajaan Saba akan selamat, jika membangkang maka Nabi Sulaiman
akan mengerahkan bala tentaranya yang tidak mungkin akan dilawan oleh Ratu
Bilqis.
Para utusan itu segera kembali ke Negeri Saba.
Mereka melaporkan segala apa yang dilihatnya tentang Sulaiman dan kerajaannya
yang jauh lebih besar, megah, dan kuat dibanding negeri Saba. Akhirnya
diputuskanlah bahwa Ratu Bilqis akan datang memenuhi permintaan Nabi Sulaiman
AS.
Sulaiman mengetahui perjalanan Bilqis menuju ke
negerinya, maka ia pun bermaksud menunjukkan suatu mukjizat kepadanya sebagai
bukti atas kenabiannya. Sulaiman bertanya kepada jin yang ada di dekatnya,
"Siapakah yang sanggup mendatangkan singgasana Bilqis kepadaku untuk
melihat kekuasan Allah berlangsung di hadapan mereka?"
Jin Ifrit berkata, "Aku sanggup membawanya
kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu."
Akan tetapi ada seorang anak buah Sulaiman
lainnya yang bernama Ashif bin Barkiya yang memiliki ilmu dari kitab-kitab
Samawi berkata, "Aku sanggup mendatangkannya lebih cepat dari kejapan
mata."
Maka tiba-tiba saja singgasana itu pun telah ada
di hadapan Nabi Sulaiman AS.
Sementara itu dengan diiringi ribuan prajurit,
Ratu Bilqis penguasa Saba datang menemui Nabi Sulaiman di Palestina. Ia
benar-benar tercengang menyaksikan keindahan dan kemegahan kerajaan Nabi
Sulaiman. Ratu Bilqis merasa malu mengingat betapa dulu ia telah mengirimkan hadiah
kepada Nabi Sulaiman untuk melunakkan hatinya agar Nabi Sulaiman tidak
menyerang Negeri Saba.
Ketika ia masuk ke istana Nabi Sulaiman, Nabi
Sulaiman bertanya, "Apakah singgasana ini serupa dengan singgasana
kerajaanmu?".
"Ya, sepertinya memang milikku," kata
Ratu Bilqis seraya memeriksa singgasana itu. Setelah memeriksanya, akhirnya ia
yakin bahwa itu memang singgasananya. Maka berkatalah ia kepada Sulaiman,
"Sesungguhnya aku telah mengetahui kekuasaan Allah dan kebenaran
kenabianmu sebelum ini, yaitu tatkala datang burung Hudhud membawa surat
darimu. Namun yang menghalangi-halangi kami untuk menyatakan keimanan kami
adalah karena kami hidup di tengah-tengah kaum yang sudah mendalam
kekufurannya. Itulah yang membuat kami menyembunyikan keimanan kami hingga saat
ini kami datang menghadapmu."
Nabi Sulaiman tersenyum lalu mempersilakan Ratu
Bilqis memasuki istananya. Lantai di istana itu terbuat dari kaca tipis yang di
bawahnya dialiri air. Ratu Bilqis mengira itu benar-benar aliran air sungai,
karenanya ia menyingkapkan sedikit kainnya hingga nampaklah betisnya. Nabi
Sulaiman segera memberitahu bahwa lantai itu terbuat dari kaca putih yang
tipis. Ratu Bilqis tersipu malu. Serta merta ia bersujud dan menyatakan
keimanannya kepada Allah SWT.
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat
zalim terhadap diriku, dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah,
Tuhan Semesta Alam."
Wafatnya Nabi Sulaiman AS
Hampir tak seorang pun mengetahui saat kematian
Nabi Sulaiman, baik dari golongan jin maupun manusia. Kematian Nabi Sulaiman AS
baru diketahui setelah tongkat yang digunakannya bersandar rapuh dimakan rayap
dan beliau jatuh tersungkur ke lantai.
Doa Nabi Sulaiman telah dikabulkan Allah, yaitu
tidak ada seorang pun yang memiliki kerajaan besar dan kaya raya seperti
kerajaannya. Namun meskipun kaya raya dan berkuasa, Nabi Sulaiman tetap patuh
dan tunduk pada perintah Allah SWT.
Kisah Nabi Sulaiman AS terdapat dalam Al-Quran
surat An-Naml: 15-44, dan Saba': 12-14.
Mukjizat Nabi Sulaiman: Salah satu
keahlian Nabi Sulaiman yang paling menonjol adalah kemampuannya berkomunikasi
dengan binatang. Dia juga merupakan raja yang sangat bijaksana, kekuasaannya
bahkan mencakup bangsa jin
19. Ilyas AS
Nabi Ilyas AS adalah keturunan ke-4 dari Nabi
Harun AS. Ia diutus oleh Allah SWT kepada kaumnya, Bani Israil, yang menyembah
patung berhala bernama Ba'al. Berulang kali Nabi Ilyas AS memperingatkan
kaumnya, namun mereka tetap durhaka.
Karena itulah Allah SWT menurunkan musibah
kekeringan selama bertahun-tahun, sehingga mereka baru tersadar bahwa seruan
Nabi Ilyas AS itu benar. Setelah kaumnya tersadar, Nabi Ilyas AS berdoa kepada
Allah SWT agar musibah kekeringan itu dihentikan. Namun setelah musibah itu
berhenti, dan perekonomian mereka memulih, mereka kembali durhaka kepada Allah
SWT. Akhirnya kaum Nabi Ilyas AS kembali ditimpa musibah yang lebih berat
daripada sebelumnya, yaitu gempa bumi yang dahsyat sehingga mereka mati
bergelimpangan.
Mukjizat Nabi Ilyas: Nabi Ilyas tinggal
di lembah sungai Yordan dimana penduduknya menyembah berhala, Nabi Ilyas
menyuruh kepada mereka semua untuk meninggalkan berhala, namun mereka tidak
mengindahkannya.
Bahkan menantang agar Tuhan yang disembah Nabi Ilyas menurunkan bencana, dan
akhirnya kekeringan melanda daerah tersebut. Setelah beberapa tahun, Nabi Ilyas
dapat meyakinkan kaum tersebut untuk menyembah Allah SWT.
20. Ilyasa AS
Setelah Nabi Ilyas AS meninggal dunia, ia
digantikan oleh anak angkatnya yang bernama Ilyasa. Nabi Ilyasa AS melanjutkan
misi ayah angkatnya dan kaumnya kembali taat kepadanya. Selama masa
kepemimpinan Nabi Ilyasa ini kaum Bani Israil hidup rukun, tentram, makmur,
karena berbakti dan bertakwa kepada Allah. Akan tetapi setelah ia wafat,
kaumnya kembali durhaka. Akhirnya kaumnya dilanda kesengsaraan, dan pada saat-saat
seperti itu lahirlah Nabi Yunus AS.
Mukjizat Nabi Ilyasa: Nabi Ilyasa
merupakan kerabat dekat Nabi Ilyas. Setelah Nabi Ilyas meninggal, beliau
melanjutkan perjuangan Nabi Ilyas untuk menghalau penyembahan berhala yang
kembali merebak di lembah sungai Yordan.
Namun kaum tersebut tidak mau mendengarkan sehingga terjadi bencana kekeringan
kembali melanda mereka.
21. Yunus AS
Nabi Yunus bin Mata diutus oleh Allah SWT untuk
menghadapi penduduk Ninawa, suatu kaum yang keras kepala, penyembah berhala,
dan suka melakukan kejahatan. Berulang kali Nabi Yunus AS memperingatkan
mereka, tetapi mereka tidak mau berubah, apalagi karena Nabi Yunus AS bukan
dari kaum mereka. Hanya ada 2 orang yang bersedia menjadi pengikutnya, yaitu
Rubil dan Tanuh. Rubil adalah seorang yang alim bijaksana, sedang Tanuh adalah
seorang yang tenang dan sederhana.
Nabi Yunus AS meninggalkan kaumnya
Karena tak mendapat sambutan yang baik dari
penduduk Ninawa, Nabi Yunus memberi ultimatum pada kaumnya, jika dalam tempo 30
hari mereka tidak mau insyaf, tidak bertaubat kepada Allah, maka akan
diturunkan siksa. Akan tetapi Allah mencela batas waktu yang ditetapkan Nabi
Yunus, dan memerintahnya untuk menambahnya menjadi 40 hari. Nabi Yunus pun
menuruti perintah Allah, dan mengabarkan pada kaumnya bahwa batas waktu mereka
diubah menjadi 40 hari. Tetapi rupanya kaumnya tidak menggubris tenggang waktu
itu. Mereka malah menantang dan berani menunggu datangnya siksa itu.
Karena kesal, Nabi Yunus lalu pergi meninggalkan
penduduk Ninawa menuju suatu tempat. Sepeninggal Nabi Yunus AS, setelah 40 hari
tiba-tiba muncullah awan gelap di pagi hari, semakin siang mereka melihat
cahaya merah seperti api hendak turun dari langit. Mereka sangat ketakutan.
Berbondong-bondong mereka mencari Nabi Yunus, tapi tak ada seorang pun yang tau
dimana keberadaannya.
Mereka lalu bertobat dan berdoa dengan khusyu
kepada Allah. Semua orang, baik laki-laki maupun perempuan, tak ketinggalan
juga anak-anak saling menangis dan mengembalikan barang-barang rampasan kepada
pemiliknya. Maka Allah SWT menerima taubat mereka, dan mencabut kembali
azab-Nya.
Nabi Yunus AS dalam perut ikan
Setelah meninggalkan kaum Ninawa, Nabi Yunus AS
tiba di suatu tempat di pinggir laut. Disana ia menjumpai sejumlah orang yang
bergegas naik perahu. Nabi Yunus meminta izin pada mereka agar diperbolehkan
ikut, dan mereka mengizinkannya. Namun ketika berada di tengah laut tiba-tiba
badai menerjang. Sang Nahkoda meminta salah satu dari penumpang untuk turun
agar yang lain terselamatkan. Setelah diundi berkali-kali, selalu nama Nabi
Yunus AS yang keluar, sehingga ia pun pasrah. Ia menganggap bahwa itu sudah
kehendak Allah SWT, dan ia pun terjun ke laut.
Begitu melompat ke laut, tiba-tiba seekor ikan
besar menelannya dan membawanya ke pantai. Di dalam perut ikan itu Nabi Yunus
menyadari kesalahannya telah meninggalkan kaumnya. Ia pun berdoa dan bertaubat
kepada Allah memohon ampunannya. Atas kesungguhan doanya, maka sesampainya di
pantai, Nabi Yunus dikeluarkan kembali dari perut ikan dalam keadaan sakit dan
lemah. Setelah Allah mengembalikan kesehatan dan kekuatannya, Nabi Yunus AS
mendapat wahyu agar kembali ke Ninawa untuk membina kaumnya yang sudah sadar
itu.
Kisah Nabi Yunus AS terdapat di Al Qur'an dalam
surat Yûnus: 98, As-Saffât: 139-148, dan Al-Anbiyâ: 87-88.
Mukjizat Nabi Yunus: Nabi yunus
berusaha menyebarkan ajaran Allah, namun ia tidak mendapat sambutan baik dari
masyarakat. Dalam perjalanannya menjauhi daerah tersebut karena khawatir akan
dibunuh, kapal yang ia tumpangi diguncang topan dan diputuskan bahwa Nabi Yunus
akan dikorbankan untuk ditenggelamkan ke laut demi keselamatan penumpang
lainnya.
Namun mukjizat Allah tiba, Nabi Yunus dimakan oleh seekor ikan yang kemungkinan
adalah ikan paus, dan ditemukan masih hidup didalam perut ikan paus tersebut.
22. Zakaria AS
Nabi Zakaria AS mendambakan seorang anak
Nabi Zakaria AS adalah pemimpin Bani Israil. Ia
sangat mendambakan seorang anak, namun ia merasa pesimis karena usianya yang
sudah sangat lanjut. Nabi Zakaria AS lalu berdoa kepada Allah SWT agar diberi
seorang anak. Akhirnya doanya terkabul. Di usianya yang ke-90, ia dikaruniai
anak laki-laki yang diberi nama Yahya.
Ketika mendengar kabar yang dibawa oleh malaikat
bahwa ia akan dikaruniai anak dan istrinya akan segera mengandung, Zakaria
sempat merasa tidak yakin, lalu ia memohon kepada Allah SWT agar diberi tanda
untuk mengetahui bilamana istrinya telah hamil. Maka Allah memberitahukan
kepadanya bahwa tandanya ialah dia tidak akan dapat berbicara dengan manusia
dan bertukar pikiran kecuali dengan isyarat tangan, mata, menggoyangkan kepala
atau semacam itu, dan hal itu berlangsung selama 3 hari berturut-turut. Selama
3 hari itu, hendaklah ia memperbanyak tasbih di waktu pagi dan petang, karena
meskipun tidak dapat berbicara dengan orang lain, namun ia tetap dapat
beribadah dan bertasbih.
Kisah ini tedapat dalam surat Maryam: 7-11.
Kelahiran Maryam binti Imran
Zakaria adalah paman dan wali pemelihara Maryam
binti Imran. Imran adalah salah seorang penguasa dan Ulama Bani Israil yang
meninggal dunia ketika Maryam masih dalam kandungan ibunya. Maryam adalah gadis
suci yang setiap hari selalu beribadah kepada Allah SWT di mihrabnya di
Baitulmakdis. Sesuai nazar yang diucapkan ibunya sejak Maryam masih dalam
kandungan, hak pemeliharaan Maryam diperoleh Nabi Zakaria AS melalui undian
karena begitu banyaknya ulama Bani Israil yang ingin menjadi wali gadis suci
itu.
Ketika memelihara Maryam, banyak keanehan yang
dialami Nabi Zakaria AS yang semakin meyakinkannya bahwa Maryam berada dalam
pemeliharaan Allah SWT. Antara lain Nabi Zakaria AS menyaksikan bahwa dalam
mihrab Maryam terdapat buah-buahan musim panas, padahal tidak seorang pun dapat
masuk kesana, lagipula saat itu adalah musim dingin. Maryam mengatakan bahwa
buah-buahan itu datang dari Allah SWT.
Kisah kelahiran Maryam dan pemeliharaan Nabi
Zakaria AS terhadapnya terdapat dalam surat Ãli-'Imrân: 35-37 dan 42-44.
Wafatnya Nabi Zakaria AS
Yahya putra Zakaria meninggal lebih dulu
daripada ayahnya. Setelah kematian Yahya, perhatian orang-orang yang beriman
beralih kepada Nabi Zakaria AS yang sudah tua. Mereka meminta pendapat tentang
masalah pernikahan antara ayah dan kemenakan yang ingin dilakukan oleh Raja
Hirodus, namun sama seperti Nabi Yahya AS, Nabi Zakaria AS juga tetap berpegang
teguh pada syariat Taurat bahwa pernikahan semacam itu diharamkan.
Akibat sikapnya ini, Raja Hirodus menjadi marah
dan memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Nabi Zakaria AS. Namun rakyat
melindungi nabi yang sudah berusia lanjut itu. Sampai pada suatu hari, Nabi Zakaria
AS bersembunyi di sebuat hutan, mendadak hutan itu dikepung oleh bala tentara
Hirodus yang dibantu tentara Romawi. Nabi Zakaria AS melihat sebuah pohon besar
yang bagian tengahnya membelah. Masuklah ia ke dalam pohon itu, sehingga
tentara Hirodus tak dapat menemukannya.
Tetapi iblis yang menyerupai wujud manusia
memberitahukan tempat persembunyian Nabi Zakaria AS ini kepada tentara Hirodus.
Para prajurit itu sebenarnya tidak terlalu percaya, namun mereka menggergaji
pula pohon yang dimaksud. Mendadak dari pohon itu keluar darah. Dengan demikian
mereka mengira telah membunuh Nabi Zakaria AS.
Benarkah demikian?
Hanya Allah SWT yang Maha Tahu apa sebenarnya
yang telah menimpa diri Nabi Zakaria AS.
Mukjizat Nabi Zakaria: Nabi Zakaria dan
istrinya, Isya, membaktikan diri untuk menjaga Baitul Maqdis - Rumah Ibadah
peninggalan Nabi Sulaiman di Yerusalem. Nabi Zakaria dikaruniai keturunan oleh
Allah SWT di saat usianya sudah cukup uzur, yaitu sekitar 100 tahun, anak
tersebut adalah Nabi Yahya.
23. Yahya AS
Nabi Yahya AS adalah putra tunggal Nabi Zakaria
AS. Meskipun ia dilahirkan oleh pasangan yang sudah sangat tua, namun ia tetap
tumbuh sebagai manusia yang normal dan sehat. Kisah kelahiran Nabi Yahya AS
terdapat dalam surat Ali-'Imrân: 38-41.
Oleh kaumnya, Nabi Yahya AS dikenal sebagai
orang alim, menguasai soal-soal keagamaan, dan hapal kitab Taurat, dan menjadi
hakim dalam hukum agama. Dalam usahanya menegakkan kebenaran, Yahya dikenal
sangat berani.
Pada masa itu, Hirodus, penguasa Palestina,
merencanakan menikah dengan kemenakannya sendiri, Hirodia. Hirodia sendiri
merasa senang jika diperistri oleh seorang raja. Ia adalah seorang gadis yang
haus kekuasan dan harta.
Yahya melarang pernikahan ini karena
bertentangan dengan syariat kitab Taurat dan Zabur. Seluruh istana pun gempar,
mereka setuju dengan pendapat Yahya. Raja menjadi malu dan murka. Ia dan
Hirodia berusaha mencari jalan untuk membungkam mulut Yahya, bahkan bila perlu
membunuhnya.
Maka suatu hari, dengan berdandan cantik Hirodia
datang menemui Yahya di rumahnya. Ia mencoba merayu Yahya untuk melakukan
perbuatan mesum. Ia berharap sesudah melakukan perbuatan nista itu Yahya akan
menjadi penurut dan tidak lagi menentang pernikahannya dengan Raja Hirodus.
Tentu saja rayuan ini ditolak dengan tegas oleh Yahya. Pemuda itu tidak tergoda
sedikit pun, bahkan sebaliknya ia merasa jijik dengan sikap Hirodia yang sangat
tidak bermoral itu. Ia mengusir Hirodia dengan suara sangat keras seolah
menggelegar di telinga Hirodia. Hirodia merasa malu dan terhina sekali,
karenanya ia merasa dendam dan sangat membenci Yahya.
Ia lalu memfitnah Yahya dengan mengadu kepada
Hirodus bahwa Yahya telah mencoba memperkosanya. Tentu saja fitnahan Hirodia
ini membakar kemarahan Raja Hirodus. Ia mengutus bala tentaranya untuk
memenggal kepala Yahya. Para tentara itu sebenarnya keberatan, namun jika
menolak mereka diancam dengan hukuman yang sangat berat. Maka dengan segala
cara mereka berusaha menangkap Yahya, membawanya ke penjara dan memenggal
kepalanya disana.
Nabi Yahya AS dikenal sebagai seorang pembabtis,
yaitu memandikan orang-orang berdosa yang bertaubat di tepi sungai Yordan.
Pemandian itu bukan berarti mensucikan dosa, melainkan hanya sebagai tanda
bahwa orang yang dimandikan telah bertaubat. Jadi taubatnya inilah yang insya
Allah akan mensucikan dosanya.
Mukjizat Nabi Yahya: Nabi Yahya
mengajarkan bahwa kebenaran harus ditegakkan dengan resiko apapun. Pada
riwayatnya dicontohkan saat ia bersikeras melarang pernikahan antara seorang
paman dengan keponakannya sendiri.
24. Isa AS
Kelahiran Isa yang aneh
Di antara kekuasaan Allah adalah menciptakan
Adam tanpa ayah dan ibu, menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam, serta
menciptakan Isa tanpa ayah.
Ya, Nabi Isa AS adalah putra Maryam binti Imran
yang dilahirkan tanpa ayah, karena Maryam hamil tanpa berhubungan dengan
laki-laki.
Maryam adalah wanita salehah yang sehari-hari
beribadah kepada Allah SWT di mihrabnya di Baitulmakdis. Suatu ketika ia
didatangi malaikat yang memberitahukan bahwa ia mengandung atas seizin Allah SWT.
Maryam merasa sangat sedih dan cemas karena khawatir namanya akan tercemar.
Menjelang kelahiran bayinya, ia segera meninggalkan daerah tempat tinggalnya.
Di bawah sebatang pohon kurma, jauh dari tempat asalnya, Maryam melahirkan.
Peristiwa aneh ini akhirnya diketahui juga oleh
penduduk. Mereka menuduh Maryam berbuat zina, namun keajaiban terjadi, bayi
yang baru dilahirkan itu menyelamatkan ibunya dengan ucapan yang fasih bahwa
ibunya tidak melakukan kesalahan dan semua ini terjadi semata-mata kehendak Allah
SWT. Bayi Maryam inilah yang kelak menjadi Nabi Isa AS.
Kisah kelahiran Nabi Isa AS terdapat dalam surat
Ãli-'Imrân: 45-48, dan 59, surat Maryam: 16-35, Al-Anbiyâ: 91, dan At-Tahrîm:
12.
Mukjizat Nabi Isa AS
Sejak kecil, Isa telah menunjukkan perilaku yang
berbeda dibanding anak-anak sebayanya. Ia sangat haus ilmu pengetahuan. Sejak
usia 12 tahun ia telah menghabiskan seluruh waktunya untuk menuntut ilmu dan
menghadiri pertemuan serta diskusi para ulama di Baitulmakdis.
Nabi Isa AS, yang dalam agama Nasrani dikenal
dengan nama Yesus Kristus, menerima tugas kenabian pada usia 30 tahun di Bukit
Zaitun. Ia segera memproklamasikan kerasulannya pada Bani Israil. Saat itu
kehidupan keagamaan Bani Israil sudah jauh menyimpang dari ajaran Nabi Musa AS.
Bahkan sebagian dari mereka telah murtad.
Para pemuka Bani Israil menuntut Isa membuktikan
kenabiannya. Allah SWT memberikan banyak mukjizat bagi Isa, diantaranya ia
dapat menghidupkan orang mati, menyembuhkan sejumlah penyakit, menyembuhkan
mata orang yang buta sejak lahir, membuat burung hidup dari tanah liat, dan
memberitahukan kepada orang-orang tentang apa yang mereka makan dan mereka
simpan di rumah-rumah mereka.
Mukjizatnya ini ditunjukkan pada Bani Israil,
dan dalam waktu relatif singkat, Nabi Isa AS berhasil memperoleh banyak
pengikut.
Selain mukjizat-mukjizat tsb, Allah SWT juga
menganugerahi kitab Injil.
Sejumlah keistimewaan Nabi Isa AS dikisahkan
dalam Al Qur'an surat Ãli-'Imrân: 49-50 dan Al-Mâ'idah: 110.
Kabar tentang akan datangnya Nabi Akhir Zaman
Di antara tugas Nabi Isa AS adalah
memberitahukan tentang akan datangnya utusan Allah di akhir zaman yang bernama
Ahmad, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur'an surat Ash-Shâf: 6.
Dan (ingatlah) ketika 'Isa putera Maryam
berkata: Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu,
membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar
gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang
namanya Ahmad (Muhammad). Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan
membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: Ini adalah sihir yang nyata.
(QS. 61:6)
Isa menyebut nama Muhammad dengan perkataan
Paraclet yang berasal dari kata Piracletus dalam bahasa Yunani. Kata ini memang
terdapat dalam Injil bahasa Yunani. Dalam bahasa Yunani, Piracletus artinya
yang terpuji. Arti ini sama dengan kata bahasa Arab Ahmad (=terpuji) atau
Muhammad (=orang yang terpuji).
Pengangkatan Isa ke sisi Allah SWT
Nabi Isa AS diutus oleh Allah kepada Bani Israil
untuk meluruskan akhlak kaum Bani Israil yang telah menyimpang dari ajaran
Taurat dan Zabur yang dibawa oleh Nabi Musa AS dan Nabi Daud AS. Dalam
berdakwah, Nabi Isa AS didampingi para sahabatnya yang disebut al-Hawâriyyûn,
yang jumlahnya 12 orang, sesuai dengan jumlah suku (sibith) Bani Israil,
sehingga masing-masing hawari ini ditugaskan untuk menyampaikan risalah Injil
bagi masing-masing suku Bani Israil.
Nama-nama ke-12 hawari itu menurut Injil adalah
sebagai berikut:
Simon bin Yunus (alias Petrus)
Andreas bin Yunus
Yakub bin Zabdi
Yahya bin Zabdi (alias Yohannes)
Pilipus
Natanael (alias Bartolomius)
Thomas
Matius bin Alpius (alias Lewi, pemungut cukai
dari Kapernaum)
Yakub bin Alpius
Lebeus (alias Tadius)
Simon Zelotes (dari Kanani)
Yudas Iskariot
Kisah para sahabat Nabi Isa AS ini terdapat
dalam surat Al-Mâ'idah: 111-115 dan surat Ãli-'Imrân: 52. Dalam surat tsb
diceritakan bahwa al-Hawâriyyûn meminta Nabi Isa AS menurunkan makanan dari
langit. Nama surat Al-Maidah yang berarti makanan diambil karena mengandung
kisah ini. Kejadian turunnya makanan dari langit ini makin menambah ketebalan
iman para pengikut Isa AS.
Karena makin lama pengikut Isa AS semakin
banyak, para pemuka Yahudi makin kehilangan pengaruh. Mereka lalu membuat
sejumlah tuduhan palsu terhadap Isa yang mengakibatkan pihak penguasa Romawi
memutuskan untuk menangkap Isa. Allah SWT yang melindungi rasul-Nya
menyelamatkan Isa dengan mengangkatnya ke sisi-Nya. Sementara itu, Yudas, murid
Isa AS yang munafik dan berkhianat dengan menunjukkan tempat persembunyian Nabi
Isa AS kepada musuh yang mengejarnya, wajahnya dibuat oleh Allah SWT menjadi
serupa dengan Isa AS, sehingga dialah yang kemudian diambil pasukan raja dan
disalib di tiang kayu.
Kisah ini terdapat dalam surat Ãli-'Imrân: 55
dan An-Nisâ: 157-158.
Menurut riwayat, 6 tahun setelah pengangkatan
Nabi Isa AS, Maryam wafat dan dimakamkan di sebuah gereja di Baitulmakdis.
Sementara itu para al-Hawâriyyûn yang selamat dari pengejaran berdakwah
menyebarkan ajaran Nabi Isa AS secara sembunyi-sembunyi
Mukjizat Nabi Isa: Nabi Isa adalah
putra dari Bunda Maryam yang dilahirkan tanpa memiliki suami, Hal ini
menimbulkan kontroversi dan hujatan bertubi-tubi kepada Maryam.
Secara ajaib Nabi Isa yang saat itu masih bayi tiba-tiba berbicara dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Bahwa penciptaan dirinya diawalai dari kedatangan malaikat jibril kepada
ibunya.
Nabi Isa juga memperlihatkan banyak mukjizat lainnya ketika ia tumbuh dewasa,
diantaranya membentuk seekor burung hidup dari sebuah tanah liat, menghidupkan
orang mati, menyembuhkan kebutaan dan mendatangkan makanan yang semula tidak
ada dan menjadi ada.
Penyelamatan Nabi Isa dari penyaliban juga merupakan salah satu bentuk mukjizat
yang diberikan oleh Allah SWT.
25. Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW adalah nabi pembawa risalah
Islam, rasul terakhir penutup rangkaian nabi-nabi dan rasul-rasul Allah SWT di
muka bumi. Ia adalah salah seorang dari yang tertinggi di antara 5 rasul yang
termasuk dalam golongan Ulul Azmi atau mereka yang mempunyai keteguhan hati
(QS. 46: 35). Keempat rasul lainnya dalam Ulul Azmi tsb ialah Ibrahim AS, Musa
AS, Isa AS, dan Nuh AS.
Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Masa pengasuhan Haliman binti Abi Du'aib
as-Sa'diyah
Tanda-tanda kenabian
Gelar al-Amin
Pernikahan dengan Khadijah
Wahyu pertama
Dakwah Nabi Muhammad SAW
Aksi-aksi menentang Dakwah Nabi Muhammad SAW
Peristiwa Isra Mi'raj
Hijrah
Terbentuknya Negara Madinah
Perang Badr
Perang Uhud
Perang Khandaq
Perjanjian Hudaibiyah
Penyebaran Islam ke negeri-negeri lain
Kembali ke Mekah
Ibadah haji terakhir
Kembali ke Madinah
Wafatnya Nabi SAW
Ummul Mukminin
Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim,
sebuah kabilah yang paling mulia dalam suku Quraisy yang mendominasi masyarakat
Arab. Ayahnya bernama Abdullah Muttalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar
pengaruhnya. Ibunya bernama Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Baik dari
garis ayah maupun garis ibu, silsilah Nabi Muhammad SAW sampai kepada Nabi
Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.
Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal dengan
nama Tahun Gajah, karena pada tahun itu terjadi peristiwa besar, yaitu
datangnya pasukan gajah menyerbu Mekah dengan tujuan menghancurkan Ka'bah.
Pasukan itu dipimpin oleh Abrahah, gubernur Kerajaan Habsyi di Yaman. Abrahah
ingin mengambil alih kota Mekah dan Ka'bahnya sebagai pusat perekonomian dan
peribadatan bangsa Arab. Ini sejalan dengan keingin Kaisar Negus dari Ethiopia
untuk menguasai seluruh tanah Arab, yang bersama-sama dengan Kaisar Byzantium
menghadapi musuh dari timur, yaitu Persia (Irak).
Dalam penyerangan Ka'bah itu, tentara Abrahah
hancur karena terserang penyakit yang mematikan yang dibawa oleh burung Ababil
yang melempari tentara gajah. Abrahah sendiri lari kembali ke Yaman dan tak
lama kemudian meninggal dunia.
Peristiwa ini dikisahkan dalam Al-Qur'an surat
Al-Fîl: 1-5.
Beberapa bulan setelah penyerbuan tentara gajah,
Aminah melahirkan seorang bayi laki-laki, yang diberi nama Muhammad. Ia lahir
pada malam menjelang dini hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, bertepatan
dengan 20 April 570 M. Saat itu ayah Muhammad, Abdullah, telah meninggal dunia.
Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya, Abdul
Muttalib. Nama itu sedikit ganjil di kalangan orang-orang Quraisy, karenanya
mereka berkata kepada Abdul Muttalib, "Sungguh di luar kebiasaan, keluarga
Tuan begitu besar, tetapi tak satu pun yang bernama demikian." Abdul
Muttalib menjawab, "Saya mengerti. Dia memang berbeda dari yang lain.
Dengam nama ini saya ingin agar seluruh dunia memujinya."
Masa pengasuhan Haliman binti Abi Du'aib
as-Sa'diyah
Adalah suatu kebiasaan di Mekah, anak yang baru
lahir diasuh dan disusui oleh wanita desa dengan maksud supaya ia bisa tumbuh
dalam pergaulan masyarakat yang baik dan udara yang lebih bersih. Saat Muhammad
lahir, ibu-ibu dari desa Sa'ad datang ke Mekah menghubungi keluarga-keluarga
yang ingin menyusui anaknya. Desa Sa'ad terletak kira-kira 60 km dari Mekah,
dekat kota Ta'if, suatu wilayah pegunungan yang sangat baik udaranya.
di antara ibu-ibu tsb terdapat seorang wanita
bernama Halimah binti Abu Du'aib as Sa'diyah. Keluarga Halimah tergolong
miskin, karenanya ia sempat ragu untuk mengasuh Muhammad karena keluarga Aminah
sendiri juga tidak terlalu kaya. Akan tetapi entah mengapa bayi Muhammad sangat
menawan hatinya, sehingga akhirnya Halimah pun mengambil Muhammad SAW sebagai
anak asuhnya.
Ternyata kehadiran Muhammad SAW sangat membawa
berkah pada keluarga Halimah. Dikisahkan bahwa kambing peliharaan Haris, suami
Halimah, menjadi gemuk-gemuk dan menghasilkan susu lebih banyak dari biasanya.
Rumput tempat menggembala kambing itu juga tumbuh subur. Kehidupan keluarga
Halimah yang semula suram berubah menjadi bahagia dan penuh kedamaian. Mereka
yakin sekali bahwa bayi dari Mekah yang mereka asuh itulah yang membawa berkah
bagi kehidupan mereka.
Tanda-tanda kenabian
Sejak kecil Muhammad SAW telah memperlihatkan
keistimewaan yang sangat luar biasa.
Usia 5 bulan ia sudah pandai berjalan, usia 9
bulan ia sudah mampu berbicara. Pada usia 2 tahun ia sudah bisa dilepas bersama
anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing. Saat itulah ia berhenti
menyusu dan karenanya harus dikembalikan lagi pada ibunya. Dengan berat hati
Halimah terpaksa mengembalikan anak asuhnya yang telah membawa berkah itu,
sementara Aminah sangat senang melihat anaknya kembali dalam keadaan sehat dan
segar.
Namun tak lama setelah itu Muhammad SAW kembali
diasuh oleh Halimah karena terjadi wabah penyakit di kota Mekah. Dalam masa
asuhannya kali ini, baik Halimah maupun anak-anaknya sering menemukan keajaiban
di sekitar diri Muhammad SAW. Anak-anak Halimah sering mendengar suara yang
memberi salam kepada Muhammad SAW, "Assalamu 'Alaika ya Muhammad,"
padahal mereka tidak melihat ada orang di situ.
Dalam kesempatan lain, Dimrah, anak Halimah,
berlari-lari sambil menangis dan mengadukan bahwa ada dua orang bertubuh
besar-besar dan berpakaian putih menangkap Muhammad SAW. Halimah bergegas
menyusul Muhammad SAW. Saat ditanyai, Muhammad SAW menjawab, "Ada 2
malaikat turun dari langit. Mereka memberikan salam kepadaku, membaringkanku,
membuka bajuku, membelah dadaku, membasuhnya dengan air yang mereka bawa, lalu
menutup kembali dadaku tanpa aku merasa sakit."
Halimah sangat gembira melihat
keajaiban-keajaiban pada diri Muhammad SAW, namun karena kondisi ekonomi
keluarganya yang semakin melemah, ia terpaksa mengembalikan Muhammad SAW, yang
saat itu berusia 4 tahun, kepada ibu kandungnya di Mekah.
Dalam usia 6 tahun, Nabi Muhammad SAW telah
menjadi yatim-piatu. Aminah meninggal karena sakit sepulangnya ia mengajak
Muhammad SAW berziarah ke makam ayahnya. Setelah kematian Aminah, Abdul
Muttalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad SAW. Namun kemudian
Abdul Muttalib pun meninggal, dan tanggung jawab pemeliharaan Muhammad SAW beralih
pada pamannya, Abi Thalib.
Ketika berusia 12 tahun, Abi Thalib mengabulkan
permintaan Muhammad SAW untuk ikut serta dalam kafilahnya ketika ia memimpin
rombongan ke Syam (Suriah). Usia 12 tahun sebenarnya masih terlalu muda untuk
ikut dalam perjalanan seperti itu, namun dalam perjalanan ini kembali terjadi
keajaiban yang merupakan tanda-tanda kenabian Muhammad SAW.
Segumpal awan terus menaungi Muhammad SAW
sehingga panas terik yang membakar kulit tidak dirasakan olehnya. Awan itu
seolah mengikuti gerak kafilah rombongan Muhammad SAW. Bila mereka berhenti,
awan itu pun ikut berhenti. Kejadian ini menarik perhatian seorang pendeta
Kristen bernama Buhairah yang memperhatikan dari atas biaranya di Busra. Ia
menguasai betul isi kitab Taurat dan Injil. Hatinya bergetar melihat dalam
kafilah itu terdapat seorang anak yang terang benderang sedang mengendarai
unta. Anak itulah yang terlindung dari sorotan sinar matahari oleh segumpal
awan di atas kepalanya. "Inilah Roh Kebenaran yang dijanjikan itu,"
pikirnya.
Pendeta itu pun berjalan menyongsong
iring-iringan kafilah itu dan mengundang mereka dalam suatu perjamuan makan.
Setelah berbincang-bincang dengan Abi Thalib dan Muhammad SAW sendiri, ia
semakin yakin bahwa anak yang bernama Muhammad adalah calon nabi yang ditunjuk
oleh Allah SWT. Keyakinan ini dipertegas lagi oleh kenyataan bahwa di belakang
bahu Muhammad SAW terdapat sebuah tanda kenabian.
Saat akan berpisah dengan para tamunya, pendeta
Buhairah berpesan pada Abi Thalib, "Saya berharap Tuan berhati-hati
menjaganya. Saya yakin dialah nabi akhir zaman yang telah ditunggu-tunggu oleh
seluruh umat manusia. Usahakan agar hal ini jangan diketahui oleh orang-orang
Yahudi. Mereka telah membunuh nabi-nabi sebelumnya. Saya tidak mengada-ada, apa
yang saya terangkan itu berdasarkan apa yang saya ketahui dari kitab Taurat dan
Injil. Semoga tuan-tuan selamat dalam perjalanan."
Apa yang dikatakan oleh pendeta Kristen itu
membuat Abi Thalib segera mempercepat urusannya di Suriah dan segera pulang ke
Mekah.
Gelar al-Amin
Pada usia 20 tahun, Muhammad SAW mendirikan
Hilful-Fudûl, suatu lembaga yang bertujuan membantu orang-orang miskin dan
teraniaya. Saat itu di Mekah memang sedang kacau akibat perselisihan yang
terjadi antara suku Quraisy dengan suku Hawazin. Melalui Hilful-Fudûl inilah
sifat-sifat kepemimpinan Muhammad SAW mulai tampak. Karena aktivitasnya dalam
lembaga ini, disamping ikut membantu pamannya berdagang, namanya semakin
terkenal sebagai orang yang terpercaya. Relasi dagangnya semakin meluas karena
berita kejujurannya segera tersiar dari mulut ke mulut, sehingga ia mendapat
gelar Al-Amîn, yang artinya orang yang terpercaya.
Selain itu ia juga terkenal sebagai orang yang
adil dan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Suatu ketika bangunan Ka'bah
rusak karena banjir. Penduduk Mekah kemudian bergotong-royong memperbaiki
Ka'bah. Saat pekerjaan sampai pada pengangkatan dan peletakan Hajar Aswad ke
tempatnya semula, terjadi perselisihan. Masing-masing suku ingin mendapat
kehormatan untuk melakukan pekerjaan itu. Akhirnya salah satu dari mereka
kemudian berkata, "Serahkan putusan ini pada orang yang pertama memasuki
pintu Shafa ini."
Mereka semua menunggu, kemudian tampaklah
Muhammad SAW muncul dari sana. Semua hadirin berseru, "Itu dia al-Amin,
orang yang terpercaya. Kami rela menerima semua keputusannya."
Setelah mengerti duduk perkaranya, Muhammad SAW
lalu membentangkan sorbannya di atas tanah, dan meletakkan Hajar Aswad di
tengah-tengah, lalu meminta semua kepala suku memegang tepi sorban itu dan
mengangkatnya secara bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian yang
diharapkan, Muhammad SAW meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan
demikian selesailah perselisihan di antara suku-suku tsb dan mereka pun puas
dengan cara penyelesaian yang sangat bijak itu.
Pernikahan dengan Khadijah
Pada usia 25 tahun, atas permintaan Khadijah
binti Khuwailid, seorang saudagar kaya raya, Muhammad SAW berangkat ke Suriah
membawa barang dagangan saudagar wanita yang telah lama menjanda itu. Ia
dibantu oleh Maisaroh, seorang pembantu lelaki yang telah lama bekerja pada
Khadijah. Sejak pertemuan pertama dengan Muhammad SAW, Khadijah telah menaruh
simpati melihat penampilan Muhammad SAW yang sopan itu. Kekagumannya
semakin bertambah mengetahui hasil penjualan yang dicapai Muhammad SAW di
Suriah melebihi perkiraannya.
Akhirnya Khadijah mengutus Maisaroh dan teman
karibnya, Nufasah untuk menyampaikan isi hatinya kepada Muhammad SAW. Khadijah
yang berusia 40 tahun, melamar Muhammad SAW untuk menjadi suaminya.
Setelah bermusyawarah dengan keluarganya,
lamaran itu akhirnya diterima dan dalam waktu dekat segera diadakan upacara
pernikahan dengan sederhana. yang hadir dalam acara itu antara lain Abi Thalib,
Waraqah bin Nawfal dan Abu Bakar as-Siddiq.
Pernikahan bahagia itu dikaruniai 6 orang anak,
terdiri dari 2 anak lelaki bernama Al-Qasim dan Abdullah, dan 4 anak perempuan
bernama Zainab, Ruqayyah, Ummu Kalsum, dan Fatimah. Kedua anak lelakinya
meninggal selagi masih kecil. Nabi Muhammad SAW tidak menikah lagi sampai
Khadijah meninggal, saat Muhammad SAW berusia 50 tahun.
Dalam kehidupan rumah-tangganya dengan Khadijah,
Muhammad SAW tidak pernah menyakiti hati istrinya. Sebaliknya istrinya pun
ikhlas menyerahkan segalanya pada suaminya. Kekayaan istrinya digunakan oleh
Muhammad SAW untuk membantu orang-orang miskin dan tertindas. Budak-budak yang
telah dimiliki Khadijah sebelum pernikahan mereka, semuanya ia bebaskan, salah
satunya adalah Zaid bin Haritsah yang kemudian menjadi anak angkatnya.
Wahyu pertama
Menjelang usianya yang ke-40, Nabi Muhammad SAW
sering berkhalwat (menyendiri) ke Gua Hira, sekitar 6 km sebelah timur kota
Mekah. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana. Suatu ketika, pada
tanggal 17 Ramadhan/6 Agustus 611, ia melihat cahaya terang benderang memenuhi
ruangan gua itu. Tiba-tiba Malaikat Jibril muncul di hadapannya sambil berkata,
"Iqra' (bacalah)." Lalu Muhammad SAW menjawab, "Mâ anâ bi qâri'
(saya tidak dapat membaca)." Mendengar jawaban Muhammad SAW, Jibril lalu
memeluk tubuh Muhammad SAW dengan sangat erat, lalu melepaskannya dan kembali
menyuruh Muhammad SAW membaca. Namun setelah dilakukan sampai 3 kali dan
Muhammad SAW tetap memberikan jawaban yang sama, Malaikat Jibril kemudian
menyampaikan wahyu Allah SWT pertama, yang artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang
Menciptakan. Ia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah
yang Paling Pemurah. yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. 96: 1-5)
Saat itu Muhammad SAW berusia 40 tahun 6 bulan 8
hari menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau
39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah (penanggalan
berdasarkan matahari). Dengan turunnya 5 ayat pertama ini, berarti Muhammad SAW
telah dipilih oleh Allah SWT sebagai rasul.
Setelah pengalaman luar biasa di Gua Hira tsb,
dengan rasa ketakutan dan cemas Nabi Muhammad SAW pulang ke rumah dan berseru
pada Khadijah, "Selimuti aku, selimuti aku." Sekujur tubuhnya terasa
panas dan dingin berganti-ganti. Setelah lebih tenang, barulah ia bercerita
kepada istrinya. Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Nabi
Muhammad SAW datang pada saudara sepupunya, Waraqah bin Naufal, yang banyak
mengetahui kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami
Nabi Muhammad SAW, Waraqah pun berkata, "Aku telah bersumpah dengan nama
Tuhan, yang dalam tangan-Nya terletak hidup Waraqah, Tuhan telah memilihmu
menjadi nabi kaum ini. An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang
kepadamu. Kaummu akan mengatakan bahwa engkau penipu, mereka akan memusuhimu,
dan mereka akan melawanmu. Sungguh, sekiranya aku dapat hidup pada hari itu,
aku akan berjuang membelamu."
Dakwah Nabi Muhammad SAW
Wahyu berikutnya adalah surat Al-Muddatsir: 1-7,
yang artinya:
Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah,
lalu berilah peringatan! dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah,
dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu
memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk
(memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah. (QS. 74: 1-7)
Dengan turunnya surat Al-Muddatsir ini, mulailah
Rasulullah SAW berdakwah. Mula-mula ia melakukannya secara sembunyi-sembunyi di
lingkungan keluarga dan rekan-rekannya. Orang pertama yang menyambut dakwahnya
adalah Khadijah, istrinya. Dialah yang pertama kali masuk Islam. Menyusul
setelah itu adalah Ali bin Abi Thalib, saudara sepupunya yang kala itu baru
berumur 10 tahun, sehingga Ali menjadi lelaki pertama yang masuk Islam.
Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Baru kemudian
diikuti oleh Zaid bin Haritsah, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya,
dan Ummu Aiman, pengasuh Nabi SAW sejak ibunya masih hidup.
Abu Bakar sendiri kemudian berhasil mengislamkan
beberapa orang teman dekatnya, seperti, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam,
Abdurrahman bin Auf, Sa'd bin Abi Waqqas, dan Talhah bin Ubaidillah. Dari
dakwah yang masih rahasia ini, belasan orang telah masuk Islam.
Setelah beberapa lama Nabi SAW menjalankan
dakwah secara diam-diam, turunlah perintah agar Nabi SAW menjalankan dakwah
secara terang-terangan. Mula-mula ia mengundang kerabat karibnya dalam sebuah
jamuan. Pada kesempatan itu ia menyampaikan ajarannya. Namun ternyata hanya
sedikit yang menerimanya. Sebagian menolak dengan halus, sebagian menolak
dengan kasar, salah satunya adalah Abu Lahab.
Langkah dakwah seterusnya diambil Nabi Muhammad
SAW dalam pertemuan yang lebih besar. Ia pergi ke Bukit Shafa, sambil berdiri
di sana ia berteriak memanggil orang banyak. Karena Muhammad SAW adalah orang
yang terpercaya, penduduk yakin bahwa pastilah terjadi sesuatu yang sangat
penting, sehingga mereka pun berkumpul di sekitar Nabi SAW.
Untuk menarik perhatian, mula-mula Nabi SAW
berkata, "Saudara-saudaraku, jika aku berkata, di belakang bukit ini ada
pasukan musuh yang siap menyerang kalian, percayakah kalian?"
Dengan serentak mereka menjawab, "Percaya,
kami tahu saudara belum pernah berbohong. Kejujuran saudara tidak ada duanya.
Saudara yang mendapat gelar al-Amin."
Kemudian Nabi SAW meneruskan, "Kalau
demikian, dengarkanlah. Aku ini adalah seorang nazir (pemberi peringatan).
Allah telah memerintahkanku agar aku memperingatkan saudara-saudara. Hendaknya
kamu hanya menyembah Allah saja. Tidak ada Tuhan selain Allah. Bila saudara
ingkar, saudara akan terkena azabnya dan saudara nanti akan menyesal.
Penyesalan kemudian tidak ada gunanya."
Tapi khotbah ini ternyata membuat orang-orang
yang berkumpul itu marah, bahkan sebagian dari mereka ada yang mengejeknya
gila. Pada saat itu, Abu Lahab berteriak, "Celakalah engkau hai Muhammad.
Untuk inikah engkau mengumpulkan kami?"
Sebagai balasan terhadap ucapan Abu Lahab tsb
turunlah ayat Al-Qur'an yang artinya:
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan
sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan
apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan
(begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar. yang di lehernya ada tali dari
sabut. (QS. 111: 1-5)
Aksi-aksi menentang Dakwah Nabi Muhammad SAW
Reaksi-reaksi keras menentang dakwah Nabi SAW
bermunculan, namun tanpa kenal lelah Nabi Muhammad SAW terus melanjutkan
dakwahnya, sehingga hasilnya mulai nyata. Hampir setiap hari ada yang
menggabungkan diri dalam barisan pemeluk agama Islam. Mereka terutama terdiri
dari kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang miskin serta lemah. Meskipun
sebagian dari mereka adalah orang-orang yang lemah, namun semangat yang
mendorong mereka beriman sangat membaja.
Tantangan dakwah terberat datang dari para
penguasa Mekah, kaum feodal, dan para pemilik budak. Mereka ingin
mempertahankan tradisi lama disamping juga khawatir jika struktur masyarakat
dan kepentingan-kepentingan dagang mereka akan tergoyahkan oleh ajaran Nabi
Muhammad SAW yang menekankan pada keadilan sosial dan persamaan derajat. Mereka
menyusun siasat untuk melepaskan hubungan keluarga antara Abi Thalib dan Nabi
Muhammad SAW dengen cara meminta pada Abu Thalib memilih satu di antara dua:
memerintahkan Muhammad SAW agar berhenti berdakwah, atau menyerahkannya kepada
mereka. Abi Thalib terpengaruh oleh ancaman itu, ia meminta agar Muhammad SAW
menghentikan dakwahnya. Tetapi Muhammad SAW menolak permintaannya dan berkata,
"Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini,
walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara mengucilkan saya."
Mendengar jawaban ini, Abi Thalib pun berkata,
"Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu".
Gagal dengan cara pertama, kaum Quraisy lalu
mengutus Walid bin Mugirah menemui Abi Thalib dengan membawa seorang pemuda
untuk dipertukarkan dengan Muhammad SAW. Pemuda itu bernama Umarah bin Walid,
seorang pemuda yang gagah dan tampan. Walid bin Mugirah berkata, "Ambillah
dia menjadi anak saudara, tetapi serahkan kepada kami Muhammad untuk kami
bunuh, karena dia telah menentang kami dan memecah belah kita".
Usul Quraisy itu ditolak mentah-mentah oleh Abi
Thalib dengan berkata, "Sungguh jahat pikiran kalian. Kalian serahkan anak
kalian untuk saya asuh dan beri makan, dan saya serahkan kemenakan saya untuk
kalian bunuh. Sungguh suatu penawaran yang tak mungkin saya terima."
Kembali mengalami kegagalan, berikutnya mereka
menghadapi Nabi Muhammad SAW secara langsung. Mereka mengutus Utbah bin
Rabi'ah, seorang ahli retorika, untuk membujuk Nabi SAW. Mereka menawarkan
takhta, wanita, dan harta yang mereka kira diinginkan oleh Nabi SAW, asal Nabi
SAW bersedia menghentikan dakwahannya. Namun semua tawaran itu ditolak oleh
Nabi Muhammad SAW dengan mengatakan, "Demi Allah, biarpun mereka
meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, aku tidak
akan menghentikan dakwah agama Allah ini, hingga agama ini memang atau aku
binasa karenanya."
Setelah gagal dengan cara-cara diplomatik dan
bujuk rayu, kaum Quraisy mulai melakukan tindak kekerasan. Budak-budak mereka
yang telah masuk Islam mereka siksa dengan sangat kejam. Mereka dipukul,
dicambuk, dan tidak diberi makan dan minum. Salah seorang budak bernama Bilal,
mendapat siksaan ditelentangkan di atas pasir yang panas dan di atas dadanya
diletakkan batu yang besar dan berat.
Setiap suku diminta menghukum anggota
keluarganya yang masuk Islam sampai ia murtad kembali. Usman bin Affan
misalnya, dikurung dalam kamar gelap dan dipukul hingga babak belur oleh
anggota keluarganya sendiri. Secara keseluruhan, sejak saat itu umat Islam
mendapat siksaan yang pedih dari kaum Quraisy Mekah. Mereka dilempari kotoran,
dihalangi untuk melakukan ibadah di Ka'bah, dan lain sebagainya.
Kekejaman terhadap kaum Muslimin mendorong Nabi
Muhammad SAW untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya keluar dari Mekah. Dengan
pertimbangan yang mendalam, pada tahun ke-5 kerasulannya, Nabi SAW menetapkan
Abessinia atau Habasyah (Ethiopia sekarang) sebagai negeri tempat pengungsian,
karena raja negeri itu adalah seorang yang adil, lapang hati, dan suka menerima
tamu. Nabi SAW merasa pasti rombongannya akan diterima dengan tangan terbuka.
Rombongan pertama terdiri dari 10 orang pria dan
5 orang wanita. di antara rombongan tsb adalah Usman bin Affan beserta istrinya
Ruqayah (putri Rasulullah SAW), Zubair bin Awwam, dan Abdur Rahman bin Auf.
Kemudian menyusul rombongan kedua yang dipimpin oleh Ja'far bin Abi Thalib.
Beberapa sumber menyatakan jumlah rombongan ini lebih dari 80 orang.
Berbagai usaha dilakukan oleh kaum Quraisy untuk
menghalangi hijrah ke Habasyah ini, termasuk membujuk raja negeri tsb agar
menolak kehadiran umat Islam disana. Namun berbagai usaha itu pun gagal.
Semakin kejam mereka memperlakukan umat Islam, justru semakin bertambah jumlah
yang memeluk Islam. Bahkan di tengah meningkatnya kekejaman tsb, dua orang kuat
Quraisy masuk Islam, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab.
Dengan masuk Islamnya dua orang yang dijuluki "Singa Arab" itu,
semakin kuatlah posisi umat Islam dan dakwah Muhammad SAW pada waktu itu.
Hal ini membuat reaksi kaum Quraisy semakin
keras. Mereka berpendapat bahwa kekuatan Nabi Muhammad SAW terletak pada
perlindungan Bani Hasyim, maka mereka pun berusaha melumpuhkan Bani Hasyim
dengan melaksanakan blokade. Mereka memutuskan segala macam hubungan dengan
suku ini. Tidak seorang pun penduduk Mekah boleh melakukan hubungan dengan Bani
Hasyim, termasuk hubungan jual-beli dan pernikahan. Persetujuan yang mereka
buat dalam bentuk piagam itu mereka tanda-tangani bersama dan mereka gantungkan
di dalam Ka'bah. Akibatnya, Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan, dan
kesengsaraan. Untuk meringankan penderitaan itu, Bani Hasyim akhirnya mengungsi
ke suatu lembah di luar kota Mekah.
Tindakan pemboikotan yang dimulai pada tahun
ke-7 kenabian Muhammad SAW dan berlangsung selama 3 tahun itu merupakan
tindakan yang paling menyiksa. Pemboikotan itu berhenti karena terdapat
beberapa pemimpin Quraisy yang menyadari bahwa tindakan pemboikotan itu sungguh
keterlaluan. Kesadaran itulah yang mendorong mereka melanggar perjanjian yang
mereka buat sendiri. Dengan demikian Bani Hasyim akhirnya dapat kembali pulang
ke rumah masing-masing.
Setelah Bani Hasyim kembali ke rumah mereka, Abi
Thalib, paman Nabi SAW yang merupakan pelindung utamanya, meninggal dunia dalam
usia 87 tahun. Tiga hari kemudian, Khadijah, istrinya, juga meninggal dunia.
Tahun ke-10 kenabian ini benar-benar merupakan Tahun Kesedihan ('Âm al-Huzn)
bagi Nabi Muhammad SAW. Telebih sepeninggal dua pendukungnya itu, kaum Quraisy
tidak segan-segan melampiaskan kebencian kepada Nabi SAW. Hingga kemudian Nabi
SAW berusaha menyebarkan dakwah ke luar kota, yaitu ke Ta'if. Namun reaksi yang
diterima Nabi SAW dari Bani Saqif (penduduk Ta'if), tidak jauh berbeda dengan
penduduk Mekah. Nabi SAW diejek, disoraki, dilempari batu sampai ia luka-luka
di bagian kepala dan badannya.
Peristiwa Isra Mi'raj
Pada tahun ke-10 kenabian, Nabi Muhammad SAW
mengalami peristiwa Isra Mi'raj.
Isra, yaitu perjalanan malam hari dari Masjidilharam
di Mekah ke Masjidilaksa di Yerusalem.
Mi'raj, yaitu kenaikan Nabi Muhammad SAW dari
Masjidilaksa ke langit melalui beberapa tingkatan, terus menuju Baitulmakmur,
sidratulmuntaha, arsy (takhta Tuhan), dan kursi (singgasana Tuhan), hingga
menerima wahyu di hadirat Allah SWT.
Dalam kesempatannnya berhadapan langsung dengan
Allah SWT inilah Nabi Muhammad SAW menerima perintah untuk mendirikan sholat 5
waktu sehari semalam.
Peristiwa Isra Mi'raj ini terdapat dalam
Al-Qur'an surat Al-Isrâ' ayat 1.
Hijrah
Harapan baru bagi perkembangan Islam muncul
dengan datangnya jemaah haji ke Mekah yang berasal dari Yatsrib (Madinah). Nabi
Muhammad SAW memanfaatkan kesempatan itu untuk menyebarkan agama Allah SWT
dengan mendatangi kemah-kemah mereka. Namun usaha ini selalu diikuti oleh Abu
Lahab dan kawan-kawannya dengan mendustakan Nabi SAW.
Suatu ketika Nabi SAW bertemu dengan 6 orang
dari suku Aus dan Khazraj yang berasal dari Yatsrib. Setelah Nabi SAW
menyampaikan pokok-pokok ajaran Islam, mereka menyatakan diri masuk Islam di
hadapan Nabi SAW. Mereka berkata, "Bangsa kami sudah lama terlibat dalam
permusuhan, yaitu antara suku Khazraj dan Aus. Mereka benar-benar merindukan
perdamaian. Kiranya kini Tuhan mempersatukan mereka kembali dengan perantaramu
dan ajaran-ajaran yang kamu bawa. Oleh karena itu kami akan berdakwah agar
mereka mengetahui agama yang kami terima dari kamu ini."
Pada musim haji tahun berikutnya, datanglah
delegasi Yatsrib yang terdiri dari 12 orang suku Khazraj dan Aus. Mereka
menemui Nabi SAW di suatu tempat bernama Aqabah. Di hadapan Nabi SAW, mereka
menyatakan ikrar kesetiaan. Karena ikrar ini dilakukan di Aqabah, maka
dinamakan Bai'at Aqabah. Rombongan 12 orang tsb kemudian kembali ke Yatsrib
sebagai juru dakwah dengan ditemani oleh Mus'ab bin Umair yang sengaja diutus
oleh Nabi SAW atas permintaan mereka.
Pada musim haji berikutnya, jemaah haji yang
datang dari Yatsrib berjumlah 75 orang, termasuk 12 orang yang sebelumnya telah
menemui Nabi SAW di Aqabah. Mereka meminta agar Nabi SAW bersedia pindah ke
Yatsrib. Mereka berjanji akan membela Nabi SAW dari segala ancaman. Nabi SAW
menyetujui usul yang mereka ajukan.
Mengetahui adanya perjanjian antara Nabi
Muhammad SAW dengan orang-orang Yatsrib, kaum Quraisy menjadi semakin kejam
terhadap kaum muslimin. Hal ini membuat Nabi SAW memerintahkan para sahabatnya
untuk hijrah ke Yatsrib. Secara diam-diam, berangkatlah rombongan-rombongan
muslimin, sedikit demi sedikit, ke Yatsrib. Dalam waktu 2 bulan, kurang lebih
150 kaum muslimin telah berada di Yatsrib. Sementara itu Ali bin Abi Thalib dan
Abu Bakar as-Sidiq tetap tinggal di Mekah bersama Nabi SAW, membelanya sampai
Nabi SAW mendapat wahyu untuk hijrah ke Yatsrib.
Kaum Quraisy merencanakan untuk membunuh Nabi
Muhammad SAW sebelum ia sempat menyusul umatnya ke Yatsrib. Pembunuhan itu
direncanakan melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh seorang pemudanya
yang terkuat. Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW, sehingga ia
merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta
mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor
unta. Sementara Ali bin Abi Thalib diminta untuk menggantikan Nabi SAW
menempati tempat tidurnya agar kaum Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.
Pada malam hari yang direncanakan, di tengah
malam buta Nabi SAW keluar dari rumahnya tanpa diketahui oleh para pengepung
dari kalangan kaum Quraisy. Nabi SAW menemui Abu Bakar yang telah siap
menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah menuju sebuah Gua Tsur, kira-kira 3
mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka bersembunyi di gua itu selama 3 hari 3
malam menunggu keadaan aman. Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai
menurun karena mengira Nabi SAW sudah sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi SAW dan
Abu Bakar dari persembunyiannya. Pada waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang
diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan membawa 2 ekor unta yang memang
telah dipersiapkan sebelumnya. Berangkatlah Nabi SAW bersama Abu Bakar menuju
Yatsrib menyusuri pantai Laut Merah, suatu jalan yang tidak pernah ditempuh
orang.
Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu
Bakar tiba di Quba, sebuah desa yang jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini
mereka beristirahat selama beberapa hari. Mereka menginap di rumah Kalsum bin
Hindun. Di halaman rumah ini Nabi SAW membangun sebuah masjid yang kemudian
terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang dibangun Nabi SAW
sebagai pusat peribadatan.
Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan
Nabi SAW. Sementara itu penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Menurut
perhitungan mereka, berdasarkan perhitungan yang lazim ditempuh orang,
seharusnya Nabi SAW sudah tiba di Yatsrib. Oleh sebab itu mereka pergi ke
tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah Quba, menantikan dan menyongsong
kedatangan Nabi SAW dan rombongan. Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun
tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka mengelu-elukan kedatangan Nabi SAW.
Mereka berbaris di sepanjang jalan dan menyanyikan lagu Thala' al-Badru, yang
isinya:
Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah
al-Wadâ'i (celah-celah bukit).
Kami wajib bersyukur, selama ada orang yang
menyeru kepada Ilahi,
Wahai orang yang diutus kepada kami,
engkau telah membawa sesuatu yang harus kami
taati.
Setiap orang ingin agar Nabi SAW singgah dan
menginap di rumahnya. Tetapi Nabi SAW hanya berkata, "Aku akan menginap
dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak hatinya."
Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua
anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di depan rumah milik Abu Ayyub al-Anshari.
Dengan demikian Nabi SAW memilih rumah Abu Ayyub sebagai tempat menginap
sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW tinggal di rumah Abu Ayyub, sementara
kaum Muslimin bergotong-royong membangun rumah untuknya.
Sejak itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madînah
an-Nabî (kota nabi). Orang sering pula menyebutnya Madînah al-Munawwarah (kota
yang bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia.
Terbentuknya Negara Madinah
Setelah Nabi SAW tiba di Madinah dan diterima
penduduk Madinah, Nabi SAW menjadi pemimpin penduduk kota itu. Ia segera
meletakkan dasar-dasar kehidupan yang kokoh bagi pembentukan suatu masyarakat
baru.
Dasar pertama yang ditegakkannya adalah Ukhuwah
Islamiyah (persaudaraan di dalam Islam), yaitu antara kaum Muhajirin (orang-orang
yang hijrah dari Mekah ke Madinah) dan Anshar (penduduk Madinah yang masuk
Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin). Nabi SAW mempersaudarakan
individu-individu dari golongan Muhajirin dengan individu-individu dari
golongan Anshar. Misalnya, Nabi SAW mempersaudarakan Abu Bakar dengan Kharijah
bin Zaid, Ja'far bin Abi Thalib dengan Mu'az bin Jabal. Dengan demikian
diharapkan masing-masing orang akan terikat dalam suatu persaudaraan dan
kekeluargaan. Dengan persaudaraan yang semacam ini pula, Rasulullah telah
menciptakan suatu persaudaraan baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama,
menggantikan persaudaraan berdasarkan keturunan.
Dasar kedua adalah sarana terpenting untuk
mewujudkan rasa persaudaraan tsb, yaitu tempat pertemuan. Sarana yang dimaksud adalah
masjid, tempat untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT secara berjamaah, yang
juga dapat digunakan sebagai pusat kegiatan untuk berbagai hal, seperti
belajar-mengajar, mengadili perkara-perkara yang muncul dalam masyarakat,
musyawarah, dan transaksi dagang.
Nabi SAW merencanakan pembangunan masjid itu dan
langsung ikut membangun bersama-sama kaum muslimin. Masjid yang dibangun ini
kemudian dikenal sebagai Masjid Nabawi. Ukurannya cukup besar, dibangun di atas
sebidang tanah dekat rumah Abu Ayyub al-Anshari. Dindingnya terbuat dari tanah
liat, sedangkan atapnya dari daun-daun dan pelepah kurma. Di dekat masjid itu
dibangun pula tempat tinggal Nabi SAW dan keluarganya.
Dasar ketiga adalah hubungan persahabatan dengan
pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di Madinah, disamping orang-orang
Arab Islam juga masih terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab
yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat
diwujudkan, Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka.
Perjanjian tsb diwujudkan melalui sebuah piagam yang disebut dengan Mîsâq
Madînah atau Piagam Madinah. Isi piagam itu antara lain mengenai kebebasan
beragama, hak dan kewajiban masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban
negerinya, kehidupan sosial, persamaan derajat, dan disebutkan bahwa Rasulullah
SAW menjadi kepala pemerintahan di Madinah.
Masyarakat yang dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW
di Madinah setelah hijrah itu sudah dapat dikatakan sebagai sebuah negara,
dengan Nabi Muhammad SAW sebagai kepala negaranya. Dengan terbentuknya Negara
Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu membuat
orang-orang Mekah menjadi resah. Mereka takut kalau-kalau umat Islam memukul
mereka dan membalas kekejaman yang pernah mereka lakukan. Mereka juga khawatir
kafilah dagang mereka ke Suriah akan diganggu atau dikuasai oleh kaum muslimin.
Untuk memperkokoh dan mempertahankan keberadaan
negara yang baru didirikan itu, Nabi SAW mengadakan beberapa ekspedisi ke luar
kota, baik langsung di bawah pimpinannya maupun tidak. Hamzah bin Abdul
Muttalib membawa 30 orang berpatroli ke pesisir L. Merah. Ubaidah bin Haris
membawa 60 orang menuju Wadi Rabiah. Sa'ad bin Abi Waqqas ke Hedzjaz dengan 8
orang Muhajirin. Nabi SAW sendiri membawa pasukan ke Abwa dan disana berhasil
mengikat perjanjian dengan Bani Damra, kemudian ke Buwat dengan membawa 200
orang Muhajirin dan Anshar, dan ke Usyairiah. Di sini Nabi SAW mengadakan
perjanjian dengan Bani Mudij.
Ekspedisi-ekspedisi tsb sengaja digerakkan Nabi
SAW sebagai aksi-aksi siaga dan melatih kemampuan calon pasukan yang memang
mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru
dibentuk. Perjanjian perdamaian dengan kabilah dimaksudkan sebagai usaha
memperkuat kedudukan Madinah.
Perang Badr
Perang Badr yang merupakan perang antara kaum
muslimin Madinah dan kaun musyrikin Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H.
Perang ini merupakan puncak dari serangkaian pertikaian yang terjadi antara
pihak kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy. Perang ini berkobar
setelah berbagai upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad SAW gagal.
Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang
dengan perlengkapan senjata sederhana yang terdiri dari pedang, tombak, dan
panah. Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan semangat pasukan yang membaja,
kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal, panglima perang pihak pasukan
Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal, tewas dalam perang itu.
Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi tawanan. Di
pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai syuhada. Kemenangan itu
sungguh merupakan pertolongan Allah SWT (QS. 3: 123).
Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan
kemenangan kaum muslimin. Mereka memang tidak pernah sepenuh hati menerima
perjanjian yang dibuat antara mereka dan Nabi Muhammad SAW dalam Piagam
Madinah.
Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan
perang, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan
tebusan sesuai kemampuan masing-masing. Tawanan yang pandai membaca dan menulis
dibebaskan bila bersedia mengajari orang-orang Islam yang masih buta aksara.
Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan kepandaian apa-apa pun tetap
dibebaskan juga.
Tidak lama setelah perang Badr, Nabi Muhammad
SAW mengadakan perjanjian dengan suku Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin
hubungan dengan Nabi SAW karenan melihat kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata
suku-suku itu hanya memuja kekuatan semata.
Sesudah perang Badr, Nabi SAW juga menyerang
Bani Qainuqa, suku Yahudi Madinah yang berkomplot dengan orang-orang Mekah.
Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.
Perang Uhud
Perang yang terjadi di Bukit Uhud ini
berlangsung pada tahun 3 H. Perang ini disebabkan karena keinginan balas dendam
orang-orang Quraisy Mekah yang kalah dalam perang Badr.
Pasukan Quraisy, dengan dibantu oleh kabilah
Tihama dan Kinanah, membawa 3.000 ekor unta dan 200 pasukan berkuda di bawah
pimpinan Khalid bin Walid. Tujuh ratus orang di antara mereka memakai baju
besi.
Adapun jumlah pasukan Nabi Muhammad SAW hanya
berjumlah 700 orang.
Perang pun berkobar. Prajurit-prajurit Islam
dapat memukul mundur pasukan musuh yang jauh lebih besar itu. Tentara Quraisy
mulai mundur dan kocar-kacir meninggalkan harta mereka.
Melihat kemenangan yang sudah di ambang pintu,
pasukan pemanah yang ditempatkan oleh Rasulullah di puncak bukit meninggalkan
pos mereka dan turun untuk mengambil harta peninggalan musuh. Mereka lupa akan
pesan Rasulullah untuk tidak meninggalkan pos mereka dalam keadaan bagaimana
pun sebelum diperintahkan. Mereka tidak lagi menghiraukan gerakan musuh.
Situasi ini dimanfaatkan musuh untuk segera melancarkan serangan balik. Tanpa
konsentrasi penuh, pasukan Islam tak mampu menangkis serangan. Mereka terjepit,
dan satu per satu pahlawan Islam berguguran.
Nabi SAW sendiri terkena serangan musuh.
Sisa-sisa pasukan Islam diselamatkan oleh berita tidak benar yang diterima
musuh bahwa Nabi SAW sudah meninggal. Berita ini membuat mereka mengendurkan
serangan untuk kemudian mengakhiri pertempuran itu.
Perang Uhuh ini menyebabkan 70 orang pejuang
Islam gugur sebagai syuhada.
Perang Khandaq
Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan
perang antara kaum muslimin Madinah melawan masyarakat Yahudi Madinah yang
mengungsi ke Khaibar yang bersekutu dengan masyarakat Mekah. Karena itu perang
ini juga disebut sebagai Perang Ahzab (sekutu beberapa suku).
Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang
tentara. Salman al-Farisi, sahabat Rasulullah SAW, mengusulkan agar kaum
muslimin membuat parit pertahanan di bagian-bagian kota yang terbuka. Karena
itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.
Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tsb
mengepung Madinah dengan mendirikan perkemahan di luar parit hampir sebulan
lamanya. Pengepungan ini cukup membuat masyarakat Madinah menderita karena
hubungan mereka dengan dunia luar menjadi terputus. Suasana kritis itu
diperparah pula oleh pengkhianatan orang-orang Yahudi Madinah, yaitu Bani
Quraizah, dibawah pimpinan Ka'ab bin Asad.
Namun akhirnya pertolongan Allah SWT
menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan mengadakan pengepungan, persediaan
makanan pihak sekutu berkurang. Sementara itu pada malam hari angin dan badai
turun dengan amat kencang, menghantam dan menerbangkan kemah-kemah dan seluruh
perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka terpaksa menghentikan pengepungan
dan kembali ke negeri masing-masing tanpa suatu hasil.
Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah
dijatuhi hukuman mati.
Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat
Al-Ahzâb: 25-26.
Perjanjian Hudaibiyah
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah
disyariatkan, hasrat kaum muslimin untuk mengunjungi Mekah sangat bergelora.
Nabi SAW memimpin langsung sekitar 1.400 orang kaum muslimin berangkat umrah
pada bulan suci Ramadhan, bulan yang dilarang adanya perang. Untuk itu mereka
mengenakan pakaian ihram dan membawa senjata ala kadarnya untuk menjaga diri,
bukan untuk berperang.
Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di
Hudaibiyah yang terletak beberapa kilometer dari Mekah.
Orang-orang kafir Quraisy melarang kaum muslimin
masuk ke Mekah dengan menempatkan sejumlah besar tentara untuk berjaga-jaga.
Akhirnya diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah
antara Madinah dan Mekah, yang isinya antara lain:
Kedua belah pihak setuju untuk melakukan
gencatan senjata selama 10 tahun.
Bila ada pihak Quraisy yang menyeberang ke pihak
Muhammad, ia harus dikembalikan. Tetapi bila ada pengikut Muhammad SAW yang
menyeberang ke pihak Quraisy, pihak Quraisy tidak harus mengembalikannya ke
pihak Muhammad SAW.
Tiap kabilah bebas melakukan perjanjian baik
dengan pihak Muhammad SAW maupun dengan pihak Quraisy.
Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka'bah
pada tahun tsb, tetapi ditangguhkan sampai tahun berikutnya.
Jika tahun depan kaum muslimin memasuki kota
Mekah, orang Quraisy harus keluar lebih dulu.
Kaum muslimin memasuki kota Mekah dengan tidak
diizinkan membawa senjata, kecuali pedang di dalam sarungnya, dan tidak boleh
tinggal di Mekah lebih dari 3 hari 3 malam.
Tujuan Nabi SAW membuat perjanjian tsb
sebenarnya adalah berusaha merebut dan menguasai Mekah, untuk kemudian dari
sana menyiarkan Islam ke daerah-daerah lain.
Ada 2 faktor utama yang mendorong kebijaksanaan
ini:
Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab,
sehingga dengan melalui konsolidasi bangsa Arab dalam Islam, diharapkan Islam
dapat tersebar ke luar.
Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, maka
Islam akan memperoleh dukungan yang besar, karena orang-orang Quraisy mempunyai
kekuasaan dan pengaruh yang besar di kalangan bangsa Arab.
Setahun kemudian ibadah haji ditunaikan sesuai
perjanjian. Banyak orang Quraisy yang masuk Islam setelah menyaksikan ibadah
haji yang dilakukan kaum muslimin, disamping juga melihat kemajuan yang dicapai
oleh masyarakat Islam Madinah.
Penyebaran Islam ke negeri-negeri lain
Gencatan senjata dengan penduduk Mekah memberi
kesempatan kepada Nabi SAW untuk mengalihkan perhatian ke berbagai
negeri-negeri lain sambil memikirkan bagaimana cara mengislamkan mereka. Salah
satu cara yang ditempuh oleh Nabi SAW kemudian adalah dengan mengirim utusan
dan surat ke berbagai kepala negara dan pemerintahan.
di antara raja-raja yang dikirimi surat oleh
Nabi SAW adalah raja Gassan dari Iran, raja Mesir, Abessinia, Persia, dan
Romawi. Memang dengan cara itu tidak ada raja-raja yang masuk Islam, namun
setidaknya risalah Islam sudah sampai kepada mereka. Reaksi para raja itu pun
ada yang menolak dengan baik dan simpatik sambil memberikan hadiah, ada pula
yang menolak dengan kasar.
Raja Gassan termasuk yang menolak dengan kasar.
Utusan yang dikirim Nabi SAW dibunuhnya dengan kejam. Sebagai jawaban, Nabi SAW
kemudian mengirim pasukan perang sebanyak 3.000 orang dibawah pimpinan Zaid bin
Haritsah. Peperangan terjadi di Mu'tah, sebelah utara Semenanjung Arab.
Pasukan Islam mendapat kesulitan menghadapi
tentara Gassan yang mendapat bantuan langsung dari Romawi. Beberapa syuhada
gugur dalam pertempuran melawan pasukan berkekuatan ratusan ribu orang itu. di
antara mereka yang gugur adalah Zaid bin Haritsah sendiri, Ja'far bin Abi
Thalib, dan Abdullah bin Abi Rawahah.
Melihat kekuatan yang tidak seimbang itu, Khalid
bin Walid, bekas panglima Quraisy yang sudah masuk Islam, mengambil alih
komando dan memerintahkan pasukan Islam menarik diri dan kembali ke Madinah.
Perang melawan tentara Gassan dan pasukan Romawi
ini disebut dengan Perang Mu'tah.
Kembali ke Mekah
Selama 2 tahun Perjanjian Hudaibiyah, dakwah
Islam sudah menjangkau Semenanjung Arab dan mendapat tanggapan yang positif.
Hampir seluruh Semenanjung Arab, termasuk suku-suku yang paling selatan, telah
menggabungkan diri ke dalam Islam. Hal ini membuat orang-orang Mekah merasa
terpojok. Perjanjian Hudaibiyah ternyata telah menjadi senjata bagi umat Islam
untuk memperkuat dirinya. Oleh karena itu secara sepihak orang-orang Quraisy
membatalkan perjanjian tsb. Mereka menyerang Bani Khuza'ah yang berada di bawah
perlindungan Islam hanya karena kabilah ini berselisih dengan Bani Bakar yang
menjadi sekutu Quraisy. Sejumlah orang Kuza'ah mereka bunuh dan sebagian lainnya
dicerai-beraikan. Bani Khuza'ah segera mengadu pada Nabi Muhammad SAW dan
meminta keadilan.
Rasulullah SAW segera bertolak dengan 10.000
orang tentara untuk melawan kaum musyrik Mekah itu. Kecuali perlawanan kecil
dari kaum Ikrimah dan Safwan, Nabi Muhammad SAW tidak mengalami kesukaran
memasuki kota Mekah. Nabi SAW memasuki kota itu sebagai pemenang. Pasukan Islam
memasuki kota Mekah tanpa kekerasan. Mereka kemudian menghancurkan
patung-patung berhala di seluruh negeri. Allah SWT berfirman:
"...Kebenaran sudah datang dan yang bathil
telah lenyap. Sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti
lenyap."(QS. 17: 81)
Setelah melenyapkan berhala-berhala itu, Nabi
SAW berkhotbah menjanjikan ampunan bagi orang-orang Quraisy. Setelah khotbah
tsb, berbondong-bondong mereka datang dan masuk Islam. Ka'bah bersih dari
berhala dan tradisi-tradisi serta kebiasaan-kebiasaan musyrik.
Sejak itu, Mekah kembali berada di bawah
kekuasaan Nabi SAW.
Setelah Mekah dapat dikalahkan, masih terdapat
suku-suku Arab yang menentang, yaitu Bani Saqif, Bani Hawazin, Bani Nasr, dan
Bani Jusyam. Suku-suku ini berkomplot membentuk satu pasukan untuk memerangi
Islam karena ingin menuntut bela atas berhala-berhala mereka yang diruntuhkan
Nabi SAW dan umat Islam di Ka'bah. Pasukan mereka dipimpin oleh Malik bin Auf
(dari Bani Nasr).
Dalam perjalanan mereka ke Mekah, mereka
berkemah di Lembah Hunain yang sangat strategis.
Kurang lebih 2 minggu kemudian, Nabi SAW
memimpin sekitar 12.000 tentara menuju Hunain. Saat melihat banyak pasukan
Islam yang gugur, sebagian pasukan yang masih hidup menjadi goyah dan kacau
balau, sehingga Nabi SAW kemudian memberi semangat dan memimpin langsung
peperangan tsb. Akhirnya umat Islam berhasil menang. Pasukan musuh yang
melarikan diri ke Ta'if terus diburu selama beberap minggu sampai akhirnya
mereka menyerah. Pemimpin mereka, Malik bin Auf, menyatakan diri masuk Islam.
Dengan ditaklukannya Bani Saqif dan Bani
Hawazin, kini seluruh Semenanjung Arab berada di bawah satu kepemimpinan, yaitu
kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Melihat kenyataan itu, Heraclius, pemimpin
Romawi, menyusun pasukan besar di Suriah, kawasan utara Semenanjung Arab yang
merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu bergabung Bani
Gassan dan Bani Lachmides.
Dalam masa panen dan pada musim yang sangat
panas, banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri untuk berperang bersama Nabi
SAW. Pasukan Romawi kemudian menarik diri setelah melihat betapa besarnya
pasukan yang dipimpin Nabi SAW. Nabi SAW sendiri tidak melakukan pengejaran,
melainkan ia berkemah di Tabuk. Disini Nabi SAW membuat beberapa perjanjian
dengan penduduk setempat. Dengan demikian daerah perbatasan itu dapat dirangkul
ke dalam barisan Islam.
Perang yang terjadi di Tabuk ini merupakan
perang terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.
Pada tahun 9 dan 10 H banyak suku dari seluruh
pelosok Arab yang mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad SAW untuk
menyatakan tunduk kepada Nabi SAW. Masuknya orang Mekah ke dalam agama Islam
mempunyai pengaruh yang amat besar pada penduduk Arab. Oleh karena itu, tahun
ini disebut dengan Tahun Perutusan atau 'Âm al-Bi'sah. Mereka yang datang ke
Mekah, rombongan demi rombongan, mempelajari ajaran-ajaran Islam dan setelah
itu kembali ke negeri masing-masing untuk mengajarkan kepada kaumnya. Dengan
cara ini, persatuan Arab terbentuk. Peperangan antar suku yang berlangsung
selama ini berubah menjadi persaudaraan agama. Pada saat itu turunlah firman
Allah SWT:
Apabila telah datang pertolongan Allah dan
kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (QS. 110: 1-3)
Kini apa yang ditugaskan kepada Nabi Muhammad
SAW sudah tercapai.
Di tengah-tengah suatu bangsa yang tenggelam
dalam kebiadaban, telah lahir seorang nabi.
Ia telah berhasil membacakan ayat-ayat Allah SWT
kepada mereka dan mensucikannya serta mengajarkan kitab dan hikmah kepada
mereka, padahal sebelumnya mereka berada dalam kegelapan yang pekat.
Pada awalnya Nabi Muhammad SAW mendapati mereka
bergelimang dalam ketakhyulan yang merendahkan derajat manusia, lalu ia
mengilhami mereka dengan kepercayaan kepada satu-satunya Tuhan yang Maha Besar
dan Maha Kasih Sayang.
Saat mereka bercerai-berai dan terlibat dalam
peperangan yang seolah tak ada habisnya, dipersatukannya mereka dalam ikatan
persaudaraan.
Kalau sebelumnya Semenanjung Arab berada dalam
kegelapan rohani, maka ia datang membawa cahaya terang-benderang untuk
menyinari rohani mereka.
Pekerjaannya selesai sudah, dan seluruhnya
dikerjakan dengan baik semasa hidupnya.
Disinilah letak keunggulan Nabi Muhammad SAW
dibanding dengan nabi-nabi yang lain.
Ibadah haji terakhir
Pada tahun 10 H, Nabi SAW mengerjakan ibadah
haji yang terakhir, yang disebut juga dengan haji wada'.
Pada tanggal 25 Zulkaidah 10/23 Februari 632
Rasulullah SAW meninggalkan Madinah. Sekitar seratus ribu jemaah turut
menunaikan ibadah haji bersamanya.
Pada waktu wukuf di Arafah, Nabi Muhammad SAW
menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah. Isi khotbah itu antara lain:
larangan menumpahkan darah kecuali dengan haq
(benar) dan mengambil harta orang lain dengan bathil (salah), karena nyawa dan
harta benda adalah suci.
larangan riba dan larangan menganiaya
perintah untuk memperlakukan para istri dengan
baik serta lemah lembut
perintah menjauhi dosa
semua pertengkaran di antara mereka di zaman
Jahiliah harus dimaafkan
pembalasan dengan tebusan darah sebagaimana yang
berlaku di zaman Jahiliyah tidak lagi dibenarkan
persaudaraan dan persamaan di antara manusia
harus ditegakkan
hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik,
yaitu mereka memakan apa yang dimakan majikannya dan memakai apa yang dipakai
majikannya
dan yang terpenting, bahwa umat Islam harus
selalu berpegang teguh pada dua sumber yang tak akan pernah usang, yaitu
Al-Qur'an dan Sunah Nabi SAW.
Setelah itu Nabi SAW bertanya kepada seluruh
jemaah, "Sudahkan aku menyampaikan amanat Allah, kewajibanku, kepada kamu
sekalian?"
Jemaah yang ada di hadapannya segera menjawab,
"Ya, memang demikian adanya."
Nabi Muhammad SAW kemudian menengadah ke langit
sambil mengucapkan, "Ya Allah, Engkaulah menjadi saksiku."
Dengan kata-kata seperti itu Rasulullah SAW
mengakhiri khotbahnya.
Kembali ke Madinah
Setelah upacara haji yang lain disempurnakan,
Nabi Muhammad SAW kembali ke Madinah. Disinilah ia menghabiskan sisa hidupnya.
Ia mengatur organisasi masyarakat di kabilah-kabilah yang telah memeluk Islam
dan menjadi bagian dari persekutuan Islam. Petugas keamanan dan para da'i
dikirimnya ke berbagai daerah untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur
peradilan Islam, dan memungut zakat. Salah seorang di antara petugas itu adalah
Mu'az bin Jabal yang dikirim oleh Nabi SAW ke Yaman. Ketika itulah hadist Mu'az
yang terkenal muncul, yaitu perintah Nabi SAW agar Mu'az menggunakan
pertimbangan akalnya dalam mengatur persoalan-persoalan agama apabila ia tidak
menemukan petunjuk dalam Al-Qur'an dan hadist Nabi SAW.
Pada saat-saat itu pula wahyu Allah SWT yang
terakhir turun:
"... Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nimat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agamamu ..." (QS. 5: 3)
Mendengar ayat ini, banyak orang yang bergembira
karena telah sempurna agama mereka, tetapi ada pula yang menangis, seperti Abu
Bakar, karena mengetahui bahwa ayat itu jelas merupakan pertanda berakhirnya
tugas Rasulullah SAW.
Wafatnya Nabi SAW
Dua bulan setelah menunaikan ibadah haji wada'
di Madinah, Nabi SAW sakit demam. Meskipun badannya mulai lemah, ia tetap
memimpin shalat berjamaah. Baru setelah kondisinya tidak memungkinkan lagi,
yaitu 3 hari menjelang wafatnya, ia tidak mengimami shalat berjamaah. Sebagai
gantinya ia menunjuk Abu Bakar sebagai imam shalat. Tenaganya dengan cepat
semakin berkurang.
Pada tanggal 13 Rabiulawal 11/8 Juni 632, Nabi
Muhammad SAW menghembuskan nafasnya yang terakhir di rumah istrinya, Aisyah
binti Abu Bakar, dengan wasiat terakhir, "Ingatlah shalat, dan
taubatlah...".
Detik-detik Wafatnya Nabi Muhammad SAW
PAGI itu, Rasulullah dengan suara terbata-bata
memberikan petuah: “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan
Cinta Kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah hanya kepada-Nya. Kuwariskan dua
hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur’an. Barang siapa yang mencintai Sunnahku
berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan
bersama-sama masuk surga bersama aku,".
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan
mata Rasullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap
mata itu dengan berkaca-kaca. Umar dadanya naik turun menahan nafas dan
tangisnya. Ustman menghela nafas panjang dan Ali menundukan kepalanya
dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba
“Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan
Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.
Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana sepertinya tengah menahan detik-detik
berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah
Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring
lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang
menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang
berseru mengucapkan salam.
“Assalaamu’alaikum… .Bolehkah saya masuk ?”
tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk,
“Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan
menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka
mata dan bertanya kepada Fatimah.
“Siapakah itu, wahai anakku?”
“Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali
ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu Rasulullah menatap putrinya itu
dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak
dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan
sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. dialah Malaikat Maut,”
kata Rasulullah. Fatimah pun menahan tangisnya.
Malaikat Maut datang menghampiri, tapi
Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah
Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit untuk menyambut ruh kekasih
Allah dan Penghulu dunia ini. (sepertinya Malaikat Jibril Tidak Sanggup melihat
Rasulullah dicabut nyawanya)
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan
Allah?” Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.
“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat
telah menanti Ruhmu, semua pintu Surga terbuka lebar menanti kedatanganmu” kata
Jibril. Tapi itu semua ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih
penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar kabar ini, Ya
Rasulullah?” tanya Jibril lagi.
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku
kelak?”
“Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah
mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali
umat Muhammad telah berada didalamnya’,” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail
melakukan tugas. Perlahan Ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh
Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini,” ujar
Rasulullah mengaduh lirih.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah engkau melihatku, hingga kaupalingkan
wajahmu, wahai Jibril?” tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.
“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah
direngut ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik
karena sakit yang tak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja
semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku.”
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya
sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikan sesuatu,
Ali segera mendekatkan telinganya.
“Peliharalah shalat dan santuni orang-orang
lemah diantaramu”
Di luar pintu, tangis mulai terdengar
bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya,
dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii. ummatii. ummatii.”
“Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada
tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah
hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam jannah-Ku.”
‘Aisyah ra berkata: ”Maka jatuhlah tangan
Rasulullah, dan kepala beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku
telah tahu bahwa beliau telah wafat.”
Dia berkata: ”Aku tidak tahu apa yg harus aku
lakukan, tidak ada yg kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yg disana
ada para sahabat, dan kukatakan:
”Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat,
Rasulullah telah wafat.”
Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid,
karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin Affan seperti anak kecil
menggerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan.
Adapun Umar bin Khathab berkata: ”Jika ada
seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah
meninggal, akan kupotong kepalanya dengan pedangku, beliau hanya pergi untuk
menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa pergi untuk menemui Rabb-Nya.”
Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar,
dia masuk kepada Rasulullah, memeluk beliau dan berkata: ”Wahai sahabatku,
wahai kekasihku, wahai bapakku.”
Kemudian dia mencium Rasulullah dan berkata:
”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”
Keluarlah Abu Bakar ra menemui orang-orang dan
berkata: ”Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah wafat,
dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan
tidak akan mati.”
‘Aisyah berkata: “Maka akupun keluar dan
menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku menangis sendiri.”
Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah
berpulang ke rahmat Allah manusia yang paling mulia, manusia yang paling kita
cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat
pada usia 63 tahun lebih 4 hari. Shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi
tercinta Rasulullah.
Allahumma shali'alla sayyidina wa mawlana
Muhammad....
Mukjizat Nabi Muhammad SAW: Nabi Muhammad SAW
adalah Rasul terakhir, sekaligus sebagai penutup para Rasul-Rasul sebelumnya.
Dia lah yang menyempurnakan ajaran-ajaran Islam.
Mukjizat yang diturunkan Allah kepadanya sangatlah banyak, salah satunya yang
paling besar adalah Al-Qur'an, yang menjadi pedoman utama kehidupan manusia.
Selain itu ada pula peristiwa Isra Mi'raj yang membawanya bertemu dengan Allah
SWT.
Daftar Pustaka
Prof.Dr.A. Syalabi,1982.Sejarah dan Kebudayaan Islam.Jakarta:Pustaka
Al Husna
Syaikh Syaifurrahman Al Mubarakfury,2010.Sirrah Nabawiyah.YDSF
Surabaya
http://pokokilmu.blogspot.com/2013/06/kisah-25-nabi-dan-rasul-beserta.html